Warning 21+ bacaan dewasa! Nona Muda Celia Richero sudah enam kali kabur dari pernikahan. Kali ini dia benar-benar dikawal ketat oleh dua lusin pengawal hingga ke altar. Celia mencoba mengelabuhi calon suaminya yang ketujuh, "Bolehkah aku ke toilet sebelum mengucap janji pernikahan, Sir?" Senyuman tipis Morgan Bradburry terkembang dan dia menjawab, "Yes, Dear. Tapi aku akan ikut masuk ke toilet bersamamu, Celia!" Sepertinya calon suaminya kali ini terlalu cerdik untuk diperdaya oleh Celia. Sanggupkah Morgan menaklukkan gadis bengal yang tak mau menikah itu dengan pesonanya? Siapa sebenarnya Morgan? Lantas apa alasan Celia selalu kabur dari pernikahan? Ikuti kisah komedi romantis Celia dan Morgan di karya terbaru Agneslovely2014 yang berjudul Nona Muda, Mari Bercinta! Follow I G: Agneslovely2014 Cover by Helga Desain.
ดูเพิ่มเติมSuara kecipak bibir saling beradu terdengar nyaring, beriringan dengan desah dan napas berat yang memenuhi ruangan. Hasrat mereka meledak, seperti tak lagi bisa dikendalikan. Dari celah pintu VIP room Heracles Night Club, sepasang mata basah menyaksikan semua itu.
Celia berdiri kaku. Jemarinya mengepal erat hingga buku-bukunya memutih, menahan luapan emosi yang nyaris meledak. Detik berikutnya, dia sudah tak peduli lagi.
BRAK!
Pintu mahoni itu terhempas keras, menghantam dinding dengan suara memekakkan.“Bravo, Esme dan Austin,” suara Celia terdengar sumbang, seperti tawa yang dipaksa keluar dari dada penuh luka. “Ternyata desas-desus itu bukan sekadar omong kosong, ya? Sudah berapa lama kalian main belakang di belakangku, hah?!”
Tubuhnya tegak, tangan bersedekap defensif, namun matanya menyala marah menatap dua sosok yang kini panik dan setengah telanjang di atas sofa.
Esmeralda hanya menyunggingkan senyum. Gaunnya melorot, memperlihatkan bekas gigitan di dada putihnya, terlihat jejak pengkhianatan yang tak bisa dibantah. “Hai, Celia. Kau ke sini dengan siapa?” tanyanya ringan, pura-pura ramah.
“Aku sendiri. Dan jangan alihkan pembicaraan, Esme. Jawab pertanyaanku!”
Austin berdiri, membenarkan gesper sabuknya, ekspresinya tetap tenang. “Siapa yang memberitahumu bahwa aku di sini?”
“Aku tak peduli siapa. Yang jelas…” Suara Celia tercekat sesaat. “Aku tidak akan menikahimu. Seseorang yang telah selingkuh dengan kakak tiriku sendiri?! Apa dia lebih mudah kau taklukkan, Austin?”
Austin terkekeh meremehkan. “Begitu saja kau menyerah? Padahal dulu kau bilang cintamu lebih dalam dari palung Mariana!”
Celia menggeleng pelan. Sakitnya menusuk, tapi ia tahu ia tak akan pernah bisa menerima pria seperti ini. “Sampah sepertimu memang seharusnya dibuang.”
PLAK!
Tamparan mendarat di pipi Celia, keras dan penuh amarah.“Kau pikir siapa dirimu?! Gadis manja yang tak berguna!” bentak Austin.
Celia memegangi pipinya yang perih, lalu menatapnya lurus. “Kau bedebah. Kita selesai, Austin.”
Dengan langkah cepat, ia menyusuri lorong sempit, keluar dari VIP room, menuju lantai dansa yang dipenuhi cahaya warna-warni dan dentuman musik yang mengguncang dada.Malam belum usai, tetapi Celia ingin menutup babak menyedihkan itu.
Dia menghampiri bar.
“Berikan aku minuman yang enak, Mister Bartender! Buat aku mabuk malam ini,” ucapnya, tersenyum pahit.
“Tequila Sunset cocok untuk nona manis seperti Anda, Miss…?”
“Celia. Panggil saja Celia.”
Gelombang lampu menari-nari di wajahnya ketika minuman jingga kemerahan disodorkan lengkap dengan hiasan buah dan payung kertas mini. Ia meneguknya habis dalam satu seruput panjang. “Satu lagi. Dan satu lagi setelah itu…”
Sementara itu, dari sudut remang-remang, Esmeralda mengamati dengan senyum licik. Dia memanggil salah satu waiter dan menyelipkan selembar uang ke tangan pria itu. “Ada pesta di sana. Pastikan gadis itu ikut.”
Waiter itu mengangguk. “Beres, Miss. Akan saya antar ke tamu yang sedang mencari hiburan.”
“Pastikan dia tidur dengan salah satu dari mereka. Seratus dolar lagi setelahnya.”
Celia sudah nyaris tak sadar ketika pelayan itu menyambarnya. Kepalanya tertunduk, rambutnya berantakan, tubuhnya lunglai.
“Oh, ini wanita yang kau pesan untuk Master Morgan?” tanya Alfons, asisten pribadi seorang pria berpengaruh.
“Dia hanya terlalu banyak minum, Sir,” dalih pelayan licik itu cepat. “Tapi lihat penampilannya, sangat menarik, bukan?”
Seorang pria tampan dan tinggi dengan aura yang dingin dan mendominasi berdiri, mengamati Celia. “Aku mau dia. Bawa ke kamar yang kusewa.”
Setelah menerima kartu akses, pelayan itu membawa Celia pergi sambil bergumam lirih, “Kau beruntung malam ini, Nona. Setidaknya yang satu ini tampan dan punya uang.”
Celia tidak mendengar. Dunia berputar dalam kabut tebal alkohol. Ia tergeletak di ranjang, sepatu hak tinggi merahnya masih terpakai.
Morgan masuk, sedikit mabuk tapi masih sadar. Dia menatap Celia dengan pandangan yang campur aduk.
Sebuah senyum tipis terangkat di salah satu ujung bibir pria itu, sambil melepas sepatu dari kaki jenjang itu dengan pelan. “Kau terlalu mewah untuk seorang wanita bayaran.”
Tak ada jawaban selain gumaman pelan.
Morgan mendesah, setengah geli.
Gaun merah di tubuh Celia dilucuti perlahan. Morgan menghela napas, matanya membara. “Kau cantik.” Lalu kepalanya mulai menyusuri kulit mulus beraroma parfum lembut yang membuat dia semakin tak sabar mereguk kenikmatan sesaat malam ini.
Morgan mengecup kening Celia yang masih tertidur pulas. Dia sengaja tidak membangunkan istrinya karena masih pagi benar saat dia harus berangkat menyiapkan hidangan pesta keluarga Falcon. "Aku pergi dulu, Baby Girl. Sarapan akan diantar ke kamar ini pukul 08.00 nanti, mungkin kau sudah bangun!" bisik Morgan sebelum bangkit dari tepi ranjang. Dia telah siap dengan seragam jas chef warna putih dipadukan dengan celana panjang kain warna hitam. Tim memasak yang membantunya seperti biasa terdiri dari belasan chef handal, beberapa di antara mereka adalah executive chef cabang restoran Tasty Guaranted yang berketerampilan tingkat tinggi. Hanya pemesanan jasa boga bernilai di atas satu juta USD yang ditangani oleh Morgan langsung. Kebetulan Michael Falcon yang mengundangnya telah menjadi pelanggan setia Tasty Guaranted Company semenjak awal berdiri.Alarm di handphone Celia berbunyi pukul 08.00 tepat dan tak lama setelahnya bel kamar ikut berdentang. "Ya. Sebentar!" sahut Celia seraya ban
"Bagaimana kalau besok aku ikut bersama kau dan adikmu berjalan-jalan ke mall?" pinta Agatha kepada Esmeralda yang mengatakan bahwa mereka ingin menghabiskan waktu window shopping sebelum acara pesta keluarga Falcon.Esmeralda mengangguk setuju karena dia menganggap Agatha adalah istri bos suaminya di rumah sakit. "Boleh saja, ini acara santai. Silakan bergabung kalau kamu berkenan, Agatha!" jawabnya lalu dia berpamitan untuk menghampiri suaminya yang sedang menjaga Celia.Dia maklum karena Morgan nampaknya sedang sibuk menjawab telepon penting di tepi kolam. Esmeralda memeluk Jeff dari balik punggung suaminya lalu berbisik, "Aku merindukanmu, Hubby!"Jeffrey tertawa pelan seraya menoleh menatap istrinya. Dia menjawab, "Sebentar lagi kita kembali saja ke kamar. Sudah petang dan sebentar lagi waktunya makan malam!""Ngomong-ngomong, kalian berencana makan malam di luar hotel atau bagaimana
"TING TONG." "Siapa itu, Hubby? Apa kau memesan room service?" tanya Celia yang duduk di sofa ditemani Morgan sambil menonton TV."Entahlah, biar aku memeriksanya sebentar, Baby Girl!" Morgan bangkit berdiri lalu bergegas melihat siapa tamunya dari lubang intip pintu kamar hotel.Pasangan itu berseru kompak, "Surprise!" Jeff dan Esmeralda tersenyum lebar lalu memberi pelukan ke adik ipar mereka bergantian. "Kapan kalian tiba di New York?" tanya Morgan seraya memberi jalan masuk pasangan suami istri yang semakin akrab dengannya itu.Jeff menjawab, "Kami baru saja menaruh koper di kamar 511. Tiga kamar di sisi kanan kamar ini. Jadi lebih baik kami menyapa kalian terlebih dahulu.""Apa kalian sedang tidak ingin diganggu?" tanya Esmeralda sungkan. Dia mengecup pipi Celia kanan kiri lalu duduk di sofa tunggal di sisi adiknya.Celia menggelengkan kepala. Dia menjawab, "Kami hanya menghabiskan waktu dengan bersantai sebelum besok Morgan sibuk mengurusi jasa boga untuk pesta Madam Arabella
"Jeff, apa semua barang kita sudah masuk ke koper? Tak ada yang ketinggalan 'kan?" tanya Esmeralda di dalam mobil yang mengantarkan mereka ke Bandara Kansas."Tenanglah, Honey. Kita sudah rapikan berdua semalam. Tak ada yang tertinggal. Morgan dan Celia juga sudah sampai di New York terlebih dahulu, sepertinya akan seru!" hibur Jeffrey Norton seraya menggenggam telapak tangan Esmeralda yang terbalut sarung rajutan wool.Esmeralda pun berkata, "Yang paling menarik adalah hotel tempat kita menginap memiliki kolam air hangat indoor. Itu pilihan Celia karena dia ingin bisa berenang untuk mengisi waktu luang bersama Morgan.""Tetapi, Morgan memasak. Mungkin kita bisa menemani Celia juga nanti. Aku kuatir dengan kehamilan tripletnya yang sudah mendekati HPL!" sahut Jeff penuh perhatian. "Iya, kau benar. Kuharap ketiga calon keponakanku akan lahir sehat tanpa kurang suatu apa pun!" jawab Esmeralda. Dia pun menenggelamkan diri di pelukan suaminya hingga mobil keluarga Richero sampai di tujua
"Hubby, apa kamu yang akan memasak hidangan di pesta ulang tahun Nyonya Besar Falcon?" tanya Celia ketika suaminya baru saja pulang kerja.Morgan yang baru saja akan berpamitan akan terbang ke New York besok pun agak terkejut. Dia duduk di tepi tempat tidur seraya melepas sepatunya. Dia menjawab, "Benar. Mister Michael Falcon selalu meminta layanan khusus dariku setiap kali beliau menyelenggarakan pesta. Aku tak keberatan karena beliau pelanggan setia sejak lama. Ada apa, Celia?" "Aku ikut bersamamu ke New York kalau begitu, Morgan!" jawab Celia sembari tersenyum lebar."Jadi kau diundang hadir ke pesta itu, bersama siapa?" sahut Morgan sedikit kurang nyaman. Putra bungsu Nyonya Arabella Falcon yaitu Joel pernah bersengketa dengannya karena Celia dan mereka bertiga seolah-olah harus menjalani reuni tanpa disengaja. "Papa dan Esme juga akan hadir, Jeff ikut juga bersama kami. Namun, kalau kamu berangkat lebih dahulu maka aku akan memilih terbang besok juga denganmu, Morgan!" jawab Ce
"BRAKKK!" Pintu ruangan gedung yang ditengarai menjadi tempat penembak jitu yang berhasil melukai Joel Falcon didobrak paksa. Sayangnya pelaku sudah tak ada di sana. Frank berseru ke rekan-rekannya, "Kejar ke tangga darurat dan naik lift ke lantai lobi. Mungkin dia kabur membawa kotak senjata berukuran besar, geledah siapa pun yang mencurigakan!" Enam pengawal profesional itu berpencar membagi tugas agar penjahat yang mereka buru bisa tertangkap. Sesuai dugaan Frank Muller, penembak jitu itu kabur lewat tangga darurat. Leonardo Sanchez yang mengejar melalui jalur yang sama melihat sosok tersebut."Kyle?! Fuck ... ternyata itu kau, Bastard!" umpat Leonardo. Dia terus mengejar di tangga turun sampai nyaris ke pintu keluar yang bermuara di lantai lobi gedung perkantoran itu. Mantan orang kepercayaan Joel Falcon itu terengah-engah berlari membawa kotak Cello berisi senapan laras panjangnya. Dia kesulitan berlari kencang dan mulai terkejar oleh Leonardo. Kebetulan Alvin Soros yang naik
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
ความคิดเห็น