Share

* BAB VI Aku, Kau dan Kenangan*

# 26 Desember 2016, @ R. Presdirut

Seorang Pria tampan nan gagah sedang berkutat dengan beberapa berkas yang harus segera ia selesaikan. Belum lagi berkas yang masih menumpuk di meja seberangnya, terlihat sekali belum disentuh sekalipun.

Yup, Pria itu kini sedang sibuk mempelajari semua berkas-berkas di hadapannya ini. Berkas-berkas perusahaan barunya. Ia mempelajari dengan teliti. Dimulai dari berkas biodata karyawan-karyawannya, profil perusahaan, kontrak-kontrak kerja, berkas perjanjian tender, berkas pengumuman pemenang lelang, dll.

Pria itu semakin antusias sekali tatkala kedua pasang matanya menemukan dua berkas yang menarik perhatiannya. Berkas yang suatu saat nanti akan berguna untuknya. Dan ia pun langsung menduplikate dua berkas itu untuk ia simpan sendiri dan mengembalikan berkas aslinya ke tempatnya. Ia lalu meneliti kembali berkas duplikatnya dan mempelajarinya dengan seksama.

‘’Waah, Aku tidak menyangka akan sedetail ini informasinya. Dan gila saja bisa sampai memperoleh info sedetail ini. Hemm, oke lah. Kini Aku sudah memegang kartu AS kalian, hemm. Aku juga tidak akan pernah melepaskan kalian!’’ Ucap Pria itu dengan yakinnya dan disertai senyuman tipis yang semakin menambah ketampanannya.

Pria itu kembali berkutat dengan berkas-berkasnya yang lain. Dan ia berhasil menemukan sebuah nama yang tidak asing dengannya sewaktu remaja dahulu.

‘’Javier Raditya Rhys . . . ??! Could it be him? Is that true? Does it have anything to do with that girl? I didn't expect it to be like this. Like there is a common thread that connects us all. 나는 모든 것을 생각해야한다 . . . ’’ Pria itu semakin tertarik saja dengan sesuatu hal penting yang baru saja ia ketahui.

Pria itu mengambil handphonenya dan menelepon seseorang.

‘’Tut . . . tut . . . tut . . . ’’ Terdengar nada dering di seberang sana.

PIP!

‘’Yeoboseyo, Hyung. Naya, Hyung. Jigeum dowa jul su issseubnikka? (Hallo, Hyung. Ini Aku, Hyung. Bisakah Kamu membantuku sekarang?)’’

‘’ . . . ’’

‘’Nanti akan Aku kirimkan semua data-datanya. Aku minta tolong bantuanmu, Hyung? Nanti akan Aku tf ke rekeningmu, segera!’’ Ucap Pria tampan itu dengan mata berbinar-binar.

‘’ . . . ’’

‘’Baiklah, Hyung, Aku mengandalkanmu. Terima kasih banyak, Hyung!’’ Pria itu semakin bersemangat tatkala apa yang diinginkannya akan segera terwujud.

KLIK!!!

Suara handphone dimatikan dari pihak seberang.

‘’Hemm, Aku akan segera mendapatkanmu!’’ Ucapnya sendiri.

.

.

.

@ Kafetaria

‘’Erina, Kau tidak makan? Kenapa malah melamun seperti itu? Apa ada masalah? Apa ada masalah antara Kau dengan Bossmu?’’ Tanya Jong Yoo hati-hati dan menatap Erina dengan penuh kekhawatiran.

‘’ . . . ’’ Erina tidak bisa menjawab pertanyaan sederhana dari Pria itu. Ia tidak bisa cerita begitu saja pada Pria di depannya ini. Otaknya masih saja terbayang saat ia dan Arthur melakukan hal gila itu di kantor.

Jam kerja.

Gil*!

Dan Erina semakin merona tatkala mengingat kejadian pagi tadi. Ia menelan ludahnya saat memori diotaknya menampilkan siluet tubuh sexy Arthur saat Pria itu menciumnya.

Astaga!

Kenapa otaknya bisa mesum seperti ini?

‘’Erina . . . Baiklah kalau tidak siap untuk cerita tidak apa-apa, Erina. Aku tidak akan memaksamu, Erina. Ehm, Erina kalaupun ini menyangkut Kau dengan Arthur, kuharap Kamu selalu sabar menghadapinya. Yang kulihat sejauh ini, Arthur benar-benar memiliki perasaan tulus untukmu. Entah sudah berapa kali Aku memergoki dirinya saat memperhatikanmu dalam diam, Erina. Tapi entahlah, Kau boleh percaya boleh tidak, Erina? Yang terpenting bersikap baiklah dengannya, Erina. Dan untuk Bossmu yang satunya, bersikaplah tenang saat engkau menghadapinya. Kulihat sikap mereka berdua 11:12 tidak jauh berbeda. Temperamen semua. Tidak bisa ditebak semua,’’ Jelas Jong Yoo yang membuat Erina terkesiap dan hanya menatapi Jong Yoo yang masih menjelaskan panjang lebar karena ia begitu mengkhawatirkan Erina yang sudah ia anggap adik sendiri.

‘’Ahh, iya Oppa. Terima kasih banyak ya. Entahlah, Oppa, Aku juga bimbang. Aku juga sebenarnya takut saat menghadapi Arthur, tapi Aku lebih takut lagi saat harus menghadapi BigBoss yang satunya seorang diri. Terlihat sekali kalau ia adalah seorang yang tidak mungkin tersentuh siapapun. Bisa dilihat dari cara ia menatap seseorang, Oppa. Hahh . . . ’’ Ucap Erina pasrah saat ia mengingat kedua Bossnya itu.

‘’Wkakahakhakhakha . . . Sabarlah, Erina! Hwaiting!’’ Nampak sekali Jong Yoo menyemangati adiknya itu.

‘’OPPA!!? Hish, menyebalkan!’’ Erina merajuk karena Jong Yoo terlihat menertawakan dirinya.

Disaat mereka berdua sedang berbincang-bincang dan bercanda, tiba-tiba terdapat beberapa Pria berseragam lengkap melewati mereka.

Yup, kafetaria ini seakan menghubungkan loby depan dengan ruangan menuju gedung untuk para petinggi Perusahaan.

Dan benar sekali, bisa dibilang kafetaria tempat untuk memanjakan mata para pegawai perempuan.

Kafetaria yang semula ricuh oleh candaan para pegawai yang sedang menghabiskan waktu istirahat mereka, seketika hening saat beberapa Pria berjas lengkap dengan kacamata hitam berjalan melewati mereka. Dan yang paling menarik perhatian adalah mereka sedang mengawal beberapa Pria tampan.

Di mata mereka, beberapa Pria tampan itu tidak mereka kenal. Karena terlihat asing di mata mereka. Dan yang paling mengejutkan adalah dua orang Pria diantara mereka yang ternyata BigBoss mereka sendiri. Dan mereka semua bisa menebak kalau pria-pria tampan ini adalah para petinggi Perusahaan.

OH NO!!!

‘’OH MY GOD! OH MY GOD! Apa mataku sedang ada masalah? Kenapa banyak sekali Pria tampan blasteran surga berjalan di depan kita?! Astaga! Ataga! Astaga!!’’ Histeris seorang gadis dari Divisi Pemasaran.

‘’Ne . . . ne . . . ne . . . Kau benar. Woahh, daebak! Tampan sekali mereka! Aku tidak pernah sekalipun bertemu para petinggi Perusahaan ini kecuali hanya Tuan Arthur Eryk Shaquile seorang. Dan yang paling depan sendiri itu tampan sekali, Omoo . . . ’’ Ucap gadis lainnya dari Divisi Komunikasi.

‘’Yak, Kau ini! Itu yang paling depan itu BigBoss Perusahaan kita. Presdirut kita!’’ Jawab Gadis lain menimpali yang seketika membuat gadis dari Divisi Komunikasi menutup mulutnya karena saking terkejutnya. Ia tidak menyangka kalau BigBoss mereka tampan-tampan semua.

‘’Cekrek!! Cekrek!!’’ Terdengar jepretan handphone seseorang saat para Pria tampan tengah berjalan menuju gedung mereka.

~~~

# R. Divisi Pemasaran

‘’Woahh, benar-benar ciptaan Tuhan yang paling sempurna di dunia ini. Dan lihatlah ini! Benar-benar tidak ada celah. Alias no Visual Hole (Everything is Visual / semuanya Visual). Bolehkah Aku berhalu sedikit, Erina?’’ Tanya Eritha pada Erina yang saat itu masih sibuk untuk mengerjakan deadline task yang siang ini harus ia serahkan pada BigBoss.

Memikirkannya saja membuat Erina mual apalagi harus berhadapan langsung dengan BigBoss itu. Ia tidak sanggup rasanya.

‘’Hah, Kau ini! Kenapa bisa Kau mendapatkan foto mereka? Kapan Kau memotret mereka, heol?’’ Tanya Erina sembari mengerjakan pekerjaannya.

Erina tidak habis fikir, sahabatnya yang satu ini benar-benar berlebihan kalau menyangkut Pria tampan.

‘’Yahh, Kau ini gimana, sih, Erina! Ini itu sangat berharga buatku. Dan jarang-jarang kita bisa melihat formasi lengkap pejabat Perusahaan kita. He . . . he . . . Eh, Erina, bukankah ini Presdirut kita ya, Zhafar Basrian Rafael?’’ Tanya Eritha sambil memperlihatkan cetakan foto Zhafar Basrian Rafael pada Erina dan mau tidak mau membuat Erina mengalihkan pandangannya pada kertas yang disodorkan oleh Eritha.

‘’Ehmm, ne. Waeyo?’’

‘’Ah, tidak. Ternyata dia benar-benar cool, tinggi, tampan dan garang. Terlihat sekali aura kepemimpinannya. Tapi . . . Ia sepertinya agak dingin pada siapapun, deh. Dan juga ia jarang terlihat di kantor, ya setelah peresmiannya itu?’’ Erina yang mendengar Eritha mengatakan hal itu pun langsung menatap Eritha dengan pandangan tidak biasa.

‘’What you say?’’

‘’Lah, BigBoss kita ‘kan memang jarang sekali terlihat di kantor, Erina! Apa Kau tidak mengetahuinya? Ahh, iya, yang Kau ketahui ‘kan hanya Arthur Eryk Shaquile. Hi . . . hi . . . hi . . .’’ Ejek Eritha pada Erina yang seketika langsung mendapat hadiah buku terbang di kepalanya.

‘’Yak!! Appo!! Hishh, jahat sekali,’’

‘’Biar, lagian aneh-aneh saja Kau ini. Sudah, kita harus kerja. Dan Aku juga siang ini harus menyerahkan berkas-berkas ini pada dia. Hahh . . . Kalau Aku bisa meminta, Kau saja, ya yang berikan pada dia?’’ Rajuk Erina manja pada Eritha dan langsung mendapat tatapan tajam dari Eritha.

‘’Yahk! Apa maksudmu? Harusnya Kau bahagia karena bisa berdua-duaan dengan Boss-boss tampan seperti mereka. Kenapa malah sedih, sih? Aneh Kau ini!’’ Ucap Eritha sambil mengamati hasil jepretan foto ditangannya namun yang di sindir cuman melirik saja.

Hingga akhirnya,

‘’Yup! Selesaaiii!! Akhirnya. Oke, Mi-ya, Aku ke ruangan BigBoss dulu, ya? Kalau ada yang nyari Aku, bilang saja Aku masih menghadap BigBoss! Dan kalau Kamu butuh bantuan, Kamu bisa tunggu Aku, ya! Oke, Chingu? He . . . he . . . Dah!’’ Erina melangkah sambil melambaikan tangannya ke arah Eritha yang sempat membuat Eritha menatapnya tidak percaya.

Eritha berfikir sepertinya tadi Erina tidak begitu semangat ya untuk menghadapi BigBoss mereka.

‘’Dasar gadis aneh!! Cih, munak loe, Erina! Bilang saja kau suka, dasar!’’ Umpat Eritha sedikit agak kesal dengan Sahabatnya itu.

                                                                  💘

@ Osaka, Japan

‘’Hello, Hyung! Ini Aku! Kau masih mengenaliku, 'kan?’’ Tanya Pria pada orang di seberang sana. Pria itu masih sibuk dengan telephone di genggamannya.

‘’ . . . ’’

‘’Aniya, Aku hanya ingin tahu saja bagaimana keadaannya setelah sekian lama Aku tidak bertemu dengannya. Apa Kau tahu sesuatu, Hyung?’’ Pria itu bertanya dengan sedikit antusias. Ia tidak pernah mempunyai waktu untuk sekedar bertanya kabar mengenai seseorang itu.

Yap, mungkin inilah saatnya untuk kembali lagi di kehidupannya.

What? Kembali lagi di kehidupannya?!

Hahh, itu serasa tidak mungkin terjadi. Setelah apa yang Kau lakukan padanya. Hemm . . .

‘’ . . . ’’

‘’Aku ingin sekali menemuinya, Hyung. Aku minta tolong padamu, ya? Karena memang Aku ingin pindah ke Seoul lagi. Aku akan menetap disana. Dan karena di sana juga, salah satu anak Perusahaanku juga sedang membutuhkanku. Aku mohon bantuanmu, ya Hyung? Gomawo, Hyung,’’ Terang Pria itu dengan sangat antusias dan ia mematikan sambungan telephonenya.

Pria itu meletakkan handphonenya di meja. Melepas setelan jas yang dipakainya. Seakan gerah setelah mendapat kabar tidak menyenangkan dari Hyungnya di Seoul. Dan ia terpaksa menyembunyikan perasaannya bahwa ia menahan amarah dan cemburunya.

Ya, Pria itu sedang menahan amarahnya terhadap seseorang.

Pria itu sesekali mengecek handphonenya kembali. Sesekali melihat-lihat kenangan bersama gadis itu.

Ya, dia merindukan semuanya. Ia ingin kembali seperti semula. Tapi itu mustahil terjadi. Ia sadar akan hal itu. Ia tersenyum getir saat mengingatnya.

‘’Anata ga inakute sabushīdesu! Gomen'nasai!? (Aku merindukanmu! Maaf!?)’’ Pria tampan itu terlihat terus memandangi layar handphonenya dan sesekali ia menerawang jauh ke depan. Terlihat sekali dalam pandangan matanya yang terlihat kosong.

TOK!!! TOK!!! TOK!!!

Sebuah ketukan pintu di kamarnya seakan mengembalikan fikirannya yang tadi sempat jauh berkelana dan kembali dengan kenyataan.

‘’Watashi no kodomo. Dō shita? (Anakku. Apa yang terjadi?) Mama lihat, akhir-akhir ini Kau seperti sedang memikirkan hal yang sangat penting. Boleh Mama tahu?’’ Seorang wanita paruh baya yang sangat cantik terlihat berjalan dan duduk di sebelah Pria tampan itu.

Penampilan wanita itu benar-benar menunjukkan kalau dirinya mempunyai peran yang sangat penting di keluarganya.

Benar-benar elegan dan mewah.

‘’Ah, Okaasan . . . Tidak ada apa-apa. Seperti yang Okaasan lihat, Saya baik-baik saja. Hanya saja, Saya ingin kembali lagi ke Seoul. Saya ingin tinggal di sana . . . ’’ Ia tidak lagi melanjutkan kalimatnya karena Mamanya langsung berdiri di depannya dan sudah menatapnya dengan horror.

‘’Kenapa? Kenapa tiba-tiba Kau ingin kembali ke Seoul? Apa ada yang mengganggumu sekarang? Apa jangan-jangan Wanita itu?’’ Cecar Mamanya seraya berkacak pinggang. Wanita  cantik itu seakan mengetahui jika anaknya benar-benar sedang merindukan wanita itu. Cih!

‘’Okaasan . . . Please! Ijinkan Saya kembali ke Seoul? Dan . . . Hahh . . . Okaasan benar, Saya memang ingin tinggal di sana. Dan juga anak Perusahaan Saya juga sangat membutuhkan kehadiran Saya di sana . . . Jadi kali ini, Okaasan harus mengijinkan Saya! Terima kasih. Permisi?’’ Pria itu seakan menahan semua perasaannya saat ini di depan Mamanya. Ia tidak akan mungkin mengatakan hal yang sebenarnya kepada Mamanya jika ia ingin menemui mantan wanitanya lagi.

‘’Yakh!! Tunggu dulu!! Okaasan belum selesai bicara sama Kamu. Kamu mau . . . ‘’ Belum selesai wanita cantik itu berbicara, suara pintu lebih dulu menginterupsinya menandakan kalau yang diajak bicara sudah pergi.

BLAM!!!

‘’Astagaa!! Kau ini! Kenapa Kau berubah sikapmu? Mama tidak mengerti. Setiap kali Mama ingin mengenalkanmu pada Putri relasi Papamu, Kau selalu saja menghindar. Apa Kau masih belum melupakan wanita itu, Javier? Mama selalu sedih saat Kau selalu melamun seperti tadi . . . ’’ Ungkap wanita paruh baya itu sambil memandangi Hp putranya yang saat itu sedang menampilkan wallpaper putranya dengan mantan kekasihnya itu. Sesaat ia merasa bersalah atas kekhilafannya dahulu pada gadis dari Putranya itu.

‘’Sempurna! Serasi sekali kalian! Hahhh . . . ’’ Ucap wanita itu sambil lalu dan meninggalkan kamar Putranya.

                                                                        💘

# Seoul, South Korea, @ 28 Desember 2016, @ R. Presdirut

TOK!!! TOK!!! TOK!!!

‘’Masuk!’’ Jawab Zhafar tegas dan ia menghentikan pekerjaannya hanya untuk melihat siapa yang mengetuk pintu dan berhasil mengalihkan perhatiannya.

‘’Permisi!’’ Ucap suara seorang gadis dan terdengar lembut di pendengaran seorang Zhafar Basrian Rafael.

`Zhafar Pov

TOK!!! TOK!!! TOK!!!

‘’Hah, siapa, sih yang mengangguku saat di situasi seperti ini?!’’ Ia merutuki siapa yang berani menginterupsi pekerjaannya.

‘’Permisi!’’ Terdengar suara lembut dari seorang gadis menginterupsi pekerjaanku.

‘’Eh, tunggu! Gadis?! Jangan – jangan . . . ’’ Ucapku sambil merapikan posisi dudukku untuk menunggu gadis itu membuka pintu.

`Zhafar End

‘’Permisi, Pak. Selamat Siang!’’ Erina menyapa Zhafar dengan santun dan berjalan mendekati BigBossnya itu.

‘’Iya, Selamat Siang. Silakan duduk!’’ Tanpa basa basi Pria itu mempersilakan gadis manis itu untuk menempati kursi di hadapannya.

‘’Baik, Pak, terima kasih!’’ Ucap Erina dengan tenang.

‘’Oke. Hari ini Kamu akan menyampaikan laporan terkait apa? Apakah sudah semua?’’ Tanya Zhafar langsung dan masih menatap tajam gadis di depannya ini. Ia tidak pernah sekalipun melepaskan pandangannya dari gadis yang keberadaannya sudah mengalihkan dunianya. Hemm . . .

‘’Ne, Pak. Ini berkasnya. Dan ini Softcopy dari semua laporan yang akan Anda perlukan. Silakan, Pak?’’ Erina menyerahkan berkas-berkas laporan dan FD itu di hadapan BigBossnya.

‘’Ya, terima kasih! Saya periksa dulu, ya? Oia, apa Kamu hari ini banyak pekerjaan / deadline task yang harus Kamu selesaikan hari ini?’’ Tanya Zhafar masih sibuk memperhatikan setiap lembar berkas di hadapannya ini.

‘’Ah, Aniyo, opsemnida! (Tidak. Tidak ada!). Apa Bapak perlu bantuan Saya?’’ Erina balik bertanya pada Pria tampan dan memperhatikan dengan seksama Pria ini.

Pria ini begitu sibuk dengan dunianya sendiri. Auranya sama seperti dengan seseorang. Namun berbeda saat Pria ini sedang terdiam seperti ini. Aura gelapnya seperti terpancar. Tapi tetap saja ia berwibawa. Hem . . .

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status