Share

BAB. 5

Author: Rustina Zahra
last update Last Updated: 2020-09-22 01:41:16

Wahyu berusaha fokus pada berkas-berkas yang harus ia tanda tangani. Tapi suara tawa dari dapur sungguh membuatnya ingin beranjak dari duduknya, dan segera masuk ke dapur.

Wahyu sungguh penasaran, apa sebenarnya yang Nur, dan Bayu bicarakan, sehingga mereka bisa tertawa selepas itu. Seakan yang mereka bicarakan adalah hal yang sangat lucu sekali. Akhirnya Wahyu beranjak dari duduknya, lalu melangkah menuju dapur, untuk memuaskan rasa penasaran di dalam hatinya.

"Apa yang kalian tertawakan, mengganggu pekerjaanku saja!" Serunya dari ambang pintu dapur. Sontak Bayu, dan Nur menolehkan kepala.

"Maaf Kak, kami berdua lagi mengenang masa kecil," jawab Bayu sambil memasukan ikan yang sudah digoreng ke dalam mulutnya.

"Hhhhh, jangan tertawa terlalu keras!" ujar Wahyu, sebelum meninggalkan ambang pintu dapur.

"Kak Bayu sih, Kak Wahyu jadi marahkan," Nur menatap Bayu dengan wajah cemberut.

"Dia memang pemarah, kamu sering dimarahinya juga, Nur?" Tanya Bayu. Nur menggelengkan kepala, bibirnya berusaha mengukir senyuman. Nur tidak ingin, apa yang terjadi di dalam rumah tangganya selama satu tahun ini, terungkap pada siapapun.

"Kalau dia marah, tabahkan saja hatimu ya Nur. Dia marah tidak pernah lama, meledak-ledak, lalu padam dengan sendirinya" ujar Bayu.

"Iya Kak Bayu," kepala Nur mengangguk.

"Hari minggu ini kalian pulangkan?" Tanya Bayu.

"Iya," Nur kembali menganggukkan kepalanya.

"Nenek baru pulang dari rumah sakit di Jakarta, beliau ingin kalian menginap di rumah nanti" ucapan bernada datar dari Bayu membuat Nur tersentak kaget.

"Menginap?" Nur menatap Bayu dengan mata, dan mulut terbuka, karena rasa kaget, mendengar ucapan  Bayu. Selama satu tahun menikah, Nur, dan Wahyu belum sekalipun menginap berdua di rumah orang tua mereka. Biasanya, mereka hanya berkunjung saja, datang pagi, pulang malam.

"Iya, kenapa? Selama menikah, kalian belum pernah menginap di rumah kamikan?"

"Iya." Nur menganggukan kepala dengan wajahnya yang terlihat pucat.  Kedua keluargapun bisa dikatakan tidak pernah berkunjung ke rumah mereka, hanya mereka yang datang berkunjung ke sana.

Kalau mereka menginap, tidak mungkin tidur di kamar yang terpisah. Lalu bagaimana kalau mereka harus tidur satu kamar, sedang Wahyu saja tidak ingin melihat wajah Nur.

"Nur ... Nur."

"Eeh, ooh ya Kak. Kakak tunggu di ruang tengah saja dengan Kak Wahyu, biar aku selesaikan ini sendiri. Tinggal membuat sambal saja" ujar Nur tergagap. Persoalan menginap sungguh menjadi beban pikiran Nur sekarang. Nur tidak bisa memperkirakan, apa nanti yang akan dikatakan, atau dilakukan Wahyu.

"Aku bantu menyiapkan di meja makan ya. Piring, sendok, garpu. Aah makan kaya ini nyamannya betangan ja, kada usah basinduk (makan begini lebih enak pakai tangan saja, tidak perlu pakai sendok)"

"Terserah Kak Bayu saja," sahut Nur.

Saat makan, Bayu mengutarakan keinginan nenek mereka, agar Wahyu, dan Nur menginap di kampung. Wahyu hanya bereaksi dengan ber 'ooh' saja, meski terkejut, ia bisa untuk tidak menunjukan keterkejutannya.

Setelah makan, Bayu pamit pulang. Tinggalah Wahyu, dan Nur berdua di rumah. Wahyu masuk ke kamarnya, sementara Nur membereskan meja makan, dan dapur. Pikiran Nur terus pada pembicaraannya dengan Bayu soal menginap.

'Bagaimana ini, kalau menginap di sana pasti harus tidur di kamar yang sama. Apa aku akan menerima penghinaan lagi dari Kak Wahyu nantinya. Ya Allah, aku pasrahkan semuanya hanya kepadaMu'

Wahyu sendiri juga duduk di tepi ranjang di dalam kamarnya. Ia juga memikirkan hal yang sama dengan Nur. Jika mereka menginap, itu artinya ia harus berada di dalam kamar yang sama dengan Nur. Sedang ia sendiri tidak suka melihat Nur, tapi ia juga tidak mungkin menolak keinginan neneknya. Wahyu meremas rambutnya, kepalanya terasa pusing, matanya terasa berat. Akhirnya ia berbaring di atas ranjang, dan membiarkan kantuk membawanya berlayar ke alam mimpi.

☘☘🏵☘☘

Mereka tiba di rumah orang tua Wahyu. Selama perjalanan tidak ada sepatah katapun yang ke luar dari mulut mereka berdua.

Begitu Wahyu memarkir mobilnya di samping rumah orang tuanya, dengan membawa tas berisi pakaiannya, Nur langsung ke luar dari dalam mobil. Nenek, dan ibu Wahyu menyambut kedatangan mereka di teras rumah. Nur mengucapkan salam sebelum mencium punggung tangan keduanya. Begitupun dengan Wahyu juga.

"Nenek rindu sekali pada kalian berdua," nenek Wahyu menepuk pipi Wahyu lembut. Wahyu menggenggam telapak tangan neneknya.

"Bagaimana keadaan Nenek?" Tanya Nur sambil menuntun lengan nenek Wahyu yang satu lagi, untuk masuk ke dalam rumah dengan satu tangannya, sementara tangannya yang lain masih memegangi tasnya.

"Nenek sudah sehat, dan Nenek berharap akan terus sehat, sehingga bisa melihat anak-anak kalian nanti"

"Aamiin" sahut Nur, dan ibu mertuanya. Mereka duduk di sofa ruang tengah.

"Kalian tidak menunda-nunda punya anakkan?" Tanya Ibu Wahyu.

"Tidak Bu," jawab Nur sambil melirik sekilas pada Wahyu, tepat saat Wahyu juga tengah meliriknya.

"Apa kalian sudah konsultasi ke dokter, kenapa kalian belum juga punya anak?" Tanya ibu Wahyu lagi.

"Tidak perlu Bu," Wahyu yang menjawab.

"Sebaiknya kalian berdua memeriksakan diri," saran nenek.

"Kami menikah baru satu tahun Nek, sabar saja menunggu waktunya tiba," jawab Wahyu lagi.

"Acil Iti sudah menyiapkan kamar kalian, kalian istirahatlah dulu. Nanti kita sholat maghrib sama-sama," ujar ibu Wahyu.

"Nenek mau istirahat juga," ujar Nenek Wahyu.

"Biar aku antar Nek," tawar Nur.

"Boleh Nur," jawab Nenek Wahyu. Nur menuntun lengan nenek untuk masuk ke dalam kamar beliau. Sementara Wahyu masuk ke dalam kamarnya sendiri.

Nur membantu nenek berbaring di atas ranjang.

"Kau bahagiakan menikah dengan Wahyu, Nur?" Pertanyaan nenek yang tidak disangka oleh Nur, membuatnya terkejut. Akhirnya Nur menganggukan kepala.

"Iya Nek" jawabnya nyaris tak terdengar.

"Syukurlah, pernikahan kalian ini keinginan Nenek. Kalau kau tidak bahagia, Nenek akan merasa bersalah, Nur."

"Nenek jangan khawatir soal itu. Sekarang Nenek istirahatlah."

"Terimakasih Nur."

"Ya Nek."

Nur ke luar dari kamar nenek Wahyu, ia mengambil tas berisi pakaiannya yang ia letakan di ruang tamu. Langkahnya meragu untuk masuk ke dalam kamar Wahyu. Ia berdiri diam terpaku di depan pintu. Sampai pintu itu terbuka, dan Wahyu berdiri di hadapannya. Wahyu sudah mengganti pakaiannya. Nur mendongakkan wajah untuk menatap wajah Wahyu. Wahyu juga tengah menatapnya.

"Enghh ...." Nur bingung harus berkata apa, Wahyu menggeser tubuhnya, memberikan jalan bagi Nur agar bisa masuk ke dalam kamar. Dengan bimbang Nur masuk ke dalam kamar Wahyu. Ini memang bukan pertama kalinya ia masuk ke dalam kamar ini. Tapi ini pertama kalinya ia akan tidur, dan menginap bersama Wahyu.

Nur meletakan tasnya di sudut kamar, sedang Wahyu tak perlu membawa pakaian, karena pakaiannya masih banyak yang tertinggal di rumah orang tuanya. Nur mengambil baju ganti dari dalam tas, lalu membawa pakaian ganti ke dalam kamar mandi. Sedang Wahyu ke luar dari kamar, dan menutup pintu kamarnya.

☘☘🏵BERSAMBUNG🏵☘☘

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Zekha Zheka
belum uupp
goodnovel comment avatar
Rizka Putri Alfithrah
sabar ya Nul
goodnovel comment avatar
Tusi Tusi
awal yg sedih
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Nur Cahaya Cinta (Bahasa Indonesia)   BAB. 60 ENDING

    Wahyu menggendong salah satu putranya, sementara Nur memberikan asi pada yang satu lagi."Masih sanggup kasih asi mereka tanpa ditambah susu formula, Nur?""Asiku banyak, Kak. Cukup untuk mereka berdua. Lagi pula kalau asi ekslusif, Insya Allah, berat badanku bisa cepat turun, tanpa diet""Tidak usah pakai diet, Nur. Aku tidak mau kamu sakit karena diet""Tapi badanku sebesar gentong begini, Kak""Tidak apa-apa, buatku tidak masalah bentuk tubuhmu seperti apa, yang penting hatimu, cintamu cuma milikku""Ehmn, Kakak gombal, ini mereka dengar""Ya sudah, gombalanku aku bisikin aja ya""Gombalnya nanti saja, Kakak. Kalau mereka sudah tidur""Hhh, mau gombalpun sekarang tidak bebas lagi, apa lagi mau main bola""Jangan mengeluh begitu dong, Kakak. Mereka harus jadi prioritas kita sekarang. Apapun yang kita lakukan, mereka berada pada urutan pertama yang harus kita pertimbangkan""Iya, aku tahu, sayang. Dzaka sudah se

  • Nur Cahaya Cinta (Bahasa Indonesia)   BAB. 59

    Wahyu melepaskan ciumannya."Kakak" Nur menatap Wahyu dengan mata sayu."Apa?" Wahyu menaikan alisnya. Nur meraih telapak tangan Wahyu, lalu menempelkan di atas miliknya."Mau?" Wahyu menatap Nur dengan sorot mata tidak percaya. Dengan wajah merah padam, Nur menganggukan kepalanya pelan."Kata Ibu.. ""Ya sudah tidak usah!" Nur mendorong dada Wahyu agar menjauhinya."Jangan marah dong, aku cuma takut kamu sakit, Nurku sayang. Dalam hal ini aku pasti lebih menginginkannya dari kamu. Memangnya tidak apa-apa kalau kita main bola?""Pelan-pelan saja Kakak""Beneran tidak apa?""Iya, tapi pelan-pelan!" Sahut Nur mulai kesal."Kalau begitu siapa takut, ayo ke kamar, masih ada waktu sebelum maghrib!" Wahyu sekarang justru lebih bersemangat dari pada Nur. Dibantunya Nur berdiri, lalu dituntun istrinya untuk masuk ke kamar. Hatinya luar biasa bahagia, karena adiknya bisa dapat jatah juga sebelum waktunya puasa yang cukup lama.

  • Nur Cahaya Cinta (Bahasa Indonesia)   BAB. 58

    Wahyu dan Bayu tercengang melihat undangan yang diserahkan Henny pada mereka. Keduanya saling pandang, lalu pecahlah tawa kakak beradik itu."Iih, kenapa tertawa!?" Seru Henny dengan mimik marah."Ini karma Henny!" Seru Bayu diantara tawanya. Wajah Henny semakin cemberut jadinya."Sekarang kamu kemakan omonganmu sendirikan, menghina Nur gajah, tidak tahunya sekarang kamu dapat calon suami gendut juga" ujar Wahyu."Tapi aku penasaran, bagaimana mungkin ini bisa terjadi. Seorang Henny yang sangat mengagungkan kesempurnaan, bisa terjebak cinta seorang pria yang berat badannya berkelebihan.""Kalian ini ceriwis seperti perempuan!" Henny menghentakan kakinya gusar. Bayu masih tertawa, tapi Wahyu hanya menggeleng-gelengkan kepala dengan senyum di bibirnya."Ceritakan dong Hen, bagaimana bisa kamu dekat dengan si Willy" bujuk Bayu."Malas, nanti kalian tertawakan, datang tuh ke acara nikahan aku""Resepsinya kapan, ini baru nikahnyakan?""Rese

  • Nur Cahaya Cinta (Bahasa Indonesia)   BAB. 57

    18+Nur duduk bersandar di kepala ranjang, Wahyu duduk di sampingnya sambil mengelus perut besar istrinya yang sudah jalan 7 bulan."Kamu akan jadi yang tercantik di rumah, Nur" ujar Wahyu sambil mengecup bakpao coklatnya yang kini sudah berubah warna lebih terang. Nur menolehkan kepalanya, Wahyu meraih kepala Nur. Bibir Wahyu mendarat di atas bibir Nur. Satu ciuman panjang yang harus berakhir saat Nur kehabisan napasnya."Kamu semakin hari semakin seksi" bisik Wahyu tepat di depan wajah Nur. Dihapusnya bekas ciuman mereka di bibir Nur dengan jempolnya."Kakak gombal!" Nur mencubit perut Wahyu dengan wajah merona."Gombalku halal dan bersertifikat, Sayang. Aku senang sekali melihat lekuk tubuhmu. Dua bukit kecil, satu gunung besar, dan satu bukit kecil yang penuh semak belukar" jemari Wahyu meluncur dari kedua dada Nur, lantas ke perut Nur, dan meluncur turun ke bawah perut Nur."Kakak, enghhh..akhkhhh" Nur mendesah pelan, saat jemari Wahyu menyib

  • Nur Cahaya Cinta (Bahasa Indonesia)   BAB. 56

    Surat perjanjian bermateraipun dibuat di kantor Polisi. Henny berjanji untuk tidak akan mengganggu rumah tangga Wahyu dan Nur lagi. Jika dia mengingkari janjinya, maka Wahyu tidak akan lagi memaafkannya.Wahyu, Bayu, Ayahnya, Pengacara mereka, Ayah Henny, ibu Henny, dan Henny juga pengacara kekuarga Henny ke luar dari kantor Polisi. Di depan teras kantor Polisi mereka bertemu dengan Lindsy dan Tata yang digiring memasuki kantor Polisi."Mas Wahyu!" Seru keduanya terkejut saat melihat Wahyu."Mereka kenapa, Pak?" Tanya Wahyu pada Polisi yang menggiring Tata dan Lindsy yang penampilannya tanpak acak-acakan."Mereka membuat keributan di sebuah rumah makan, katanya memperebutkan seorang pria yang bernama Wahyu" jawab Polisi."Haah, kalian belum berhenti juga mencoba mendapatkan aku. Aku sudah punya istri. Sadar...sadar.. argghhh apa hebatnya aku sih sampai diperebutkan begini!" Wahyu mengusap rambutnya."Kalau begitu, silahkan anda mengikuti kami ke dal

  • Nur Cahaya Cinta (Bahasa Indonesia)   BAB. 55

    Wahyu sudah melaporkan Henny ke Polisi, dengan membawa bukti rekamanan percakapan Henny dengan Bayu, juga rekaman saat Henny mengorek-ngorek sampah.Tuduhan untuk Henny adalah perbuatan tidak menyenangkan dan fitnah terhadap Nur.Polisi berjanji akan segera menindak lanjuti laporan mereka. Henny akan segera mendapatkan surat panggilan untuk di periksa.Siangnya Nur sudah diijinkan pulang, Wahyu membawa Nur pulang ke rumah orang tuanya, sementara barang-barang mereka belum selesai dipindahkan dari rumah lama.Nur ke luar dari mobil dengan dituntun oleh Wahyu dan ibunya. Ia melangkah dengan hati-hati, karena masih dilarang terlalu banyak bergerak, sampai kondisinya benar-benar stabil."Langsung ke kamar saja, Nur harus istirahat di atas ranjang. Tidak boleh ke mana-mana, sampai benar-benar aman kandungannya" ujar ibu Wahyu.Wahyu mendudukan Nur di atas ranjang, lalu diangkatnya kedua kaki Nur ke atas ranjang. Dibantunya Nur berbaring tel

  • Nur Cahaya Cinta (Bahasa Indonesia)   BAB. 54

    "Ada apa ke sini?" Tanya Wahyu pada Bayu."Aku ingin memperlihatkan sesuatu pada Kakak" Bayu mengambil ponsel dari saku kemejanya."Apa?""Lihat!" Bayu memperlihatkan apa yang ada di layar ponselnya pada Wahyu.Tawa Kakak dan adik itu pecah seketika, membuat Nur mengerutkan keningnya."Dapat video dan foto ini dari mana?""Iyan yang mengirimkannya""Dapat barang buktinya?""Kakak lihat saja terus videonya""Aduuh, dapat ternyata barang buktinya, si kunti bakat juga jadi pemulung rupanya" ujar Wahyu dengan mata membola menatap ke layar ponsel milik Bayu. Di sana terlihat Henny sedang mengubek-ubek tempat sampah, entah di mana. Tampaknya ia sedang mencari sim card yang nomernya ia pakai untuk mengirimkan foto Nur dan Willy kepada Wahyu."Lihat apa, Kakak?" Akhirnya Nur tidak bisa lagi menahan rasa penasarannya."Kamu tidak usah lihat, nanti muntah Nur" jawab Wahyu."Apa sih, Kakak?""Si kunti lagi jadi pemu

  • Nur Cahaya Cinta (Bahasa Indonesia)   BAB. 53

    Wahyu masuk ke dalam ruang perawatan Nur. Tapi ia tidak menemukan Nur di atas ranjang."Nur" Wahyu mendorong pintu kamar mandi, tapi pintu kamar mandi terkunci."Nur""Ya Kak""Kamu sedang apa?""Sebentar"Pintu kamar mandi terbuka, Nur muncul di ambang pintu dengan botol infus di tangannya."Aku habis buang air, Kak"Wahyu mengambil alih botol infus dan menuntun Nur kembali ke atas ranjang."Ada yang ingin aku bicarakan, Nur""Apa Kak"Nur sudah duduk di atas ranjang, Wahyu duduk di tepi ranjang dengan posisi menghadap Nur."Begini Nur, aku penasaran siapa orang yang mengirimkan fotomu dengan si Willy itu, hoeekkk. Aduuh menyebut nama si gendut itu aku jadi mual, Nur" Wahyu mengelus perutnya, berlagak kalau ia benar-benar mual karena nama Willy."Kakak, aku juga gendut!" Protes Nur dengan wajah cemberut."Maaf, maaf, karena aku menatapmu dengan mata hatiku, jadi hanya kata cantik untukmu yang ada di dal

  • Nur Cahaya Cinta (Bahasa Indonesia)   BAB. 52

    "Nur""Ya Kak""Boleh aku minta sesuatu?""Main bola?""Bukan Sayang, aku juga tahu kalau lapangannya lagi banjir. Dinding tanggulnya retak sedikit, jadi belum bisa main bola" Wahyu mencubit kedua bakpao coklat muda Nur dengan gemas."Sakit, Kakak" rengek Nur manja, sambil mengusap pipinya."Maaf ya, sini aku obati" Wahyu mendekatkan wajahnya. Hidung dan bibirnya menempel di pipi Nur, bergantian kanan dan kiri."Tidak sakit lagikan?""Heum" Nur mengangguk dengan rona merah menghiasi pipinya."Bakpao coklat toping selai strowberry" Wahyu mengusap lenbut pipi Nur dengan ujung jari telunjuknya."Kakak tadi mau minta apa?" Tanya Nur mengingatkan apa yang ingin dikatakan Wahyu tadi."Aku ingin memintamu berhenti bekerja, demi kebaikanmu, dan demi kebaikan anak kita. Mau ya Sayang?" Ujar Wahyu dengan nada memohon. Nur menatap mata Wahyu, perlahan kepalanya mengangguk. Wahyu menarik napas lega. Digenggamnya jemari Nur lalu dikecupnya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status