Share

Manggung

last update Last Updated: 2022-02-28 19:57:40

“Lu pegang-pegang gitar, emangnya tau cara mainin?”

Dengan semangat, Adri – lagi-lagi dengan wajah lugunya – mengangguk. Berkali-kali malah. Sebuah gestur yang menurut Arjun layak disematkan buat orang bodoh.

“Sadiki.”

“Ha?”

“Maksudku…. Bisa sedikit.”

“Oh.” Arjun mengangguk-angguk. “Biasa main di kunci apa?”

“Kunci C,” jawabnya dengan semangat 45.

Melihat jawaban spontan dan mantap tapi hanya di kunci C membuat Arjun tertawa. Tawa Arjun kemudian diikuti oleh ‘bodyguard’ tadi yang ada di sampingnya. O ya, namanya Nathan.

“Bisa kunci C aja bangga,” cetus si bodyguard.

“Lagu daerah aku banyak tau. Aku suka.”

Arjun dan temannya makin kencang tertawa.

“Lagu Maroon 5 ada yang lu tau?”

“Siapa itu Marun?” Adri mengerenyitkan kening. “Siswa di sini juga?”

Makin kencanglah tertawanya Arjun.

“Dasar katrok. Masa gak ada sih lagu yang elo tau selain lagu daerah?”

Adri menepuk kening.  “O ya, aku juga bisa lagu jenis lain.”

“Apa?”

“Lagu wajib, seperti Halo-halo Bandung, Maju Tak Gent…”

Kalimatnya tak selesai karena lagi-lagi Arjun tertawa diikuti orang-orang lain di sekitar. Salah seorang panitia mendadak mendekati Arjun dan memberitahu bahwa performer berikut bakal tampil karena sakit murus-murus. Performer berikutnya lagi juga masih belum muncul-muncul yang mungkin terjadi akibat kejebak macet. Mendengar itu, sambil melihati Adri, sebuah ide langsung hinggap di kepala Arjun. Ide licik.

“Anus, gue liat lu minat banget sama gitar gue. Mau mainin?”

Adri tak menyangka dengan tawaran itu. Tadinya ia sudah mau pergi sampai kemudian ia dipanggil lagi oleh Arjun dan diberikan tawaran tadi. Sebetulnya ia tidak suka pada orang itu. Tapi secara tersembunyi tanpa seorang pun di sekolah barunya tahu – ia sebetulnya memiliki bakat seni yang kuat, baik sebagai penyanyi maupun sebagai pemusik. Mengenai ajang Creative Event ini, ia sebetulnya sudah lama tahu. Sayang, unsur nepotisme dan faktor suka-tidak suka dari para guru dan panitia membuatnya tersingkar dari daftar mereka yang layak jadi performer. Jadinya ia hanya berdiri di luar panggung dan harus puas dalam posisi sebagai penonton. Tidak lebih.

“Lho, koq bengong? Tawaran gue serius, gue nggak becanda. Mau nggak lu gue kasih kesempatan manggung sambil lu boleh pake gitar gue? Gitar kayak gini belum pernah lu mainin kan? Hmm?”

“Ya, ya, kita mau… eh, aku mau. Lagunya apa?”

Sadar bahwa Adri tak tahu – dan otomatis takkan bisa – menyanyikan lagu-lagu kekinian, rekan Arjun tadi kemudian membisiki sesuatu. Arjun tertawa. Dia merasa usul itu lucu dan langsung memberikan tawaran pada Adri.

“Gini deh. Lu kan gak tau lagu-lagu yang lagi hits. Lu taunya lagu daerah tapi itu jelas nggak bisa ditampilin di sini. Apalagi lagu wajib karena ini bukan momen tujuhbelasan. Jadi gue minta elo nyanyi lagu yang gue mau. Lagunya gampang koq.”

Adri bersemangat. “O, lagu apa?”

“Kamu bisa dong kalo aku minta kamu mainin lagu Balonku.”

“Maksud kamu lagu yang judulnya ‘Balonku ada lima rupa-rupa warnanya’?”

“Ya, ya, ya gitu deh. Di sini kamu nyebutnya ‘Balonku’ doang. Nggak panjang-panjang kayak elu tadi.”

Adri manggut-manggut. “Di kampung saya lagu itu sudah lama dikenal dan…”

“Ok, Ok, gak perlu dijelasin panjang lebar. Untuk nyingkat waktu lu siap-siap tampil aja sehabis performer yang sekarang.” Arjun memberi isyarat dan temannya yang sama kini menyerahkan gitar. Bedanya sekarang ia menyerahkan gitar ke Arjun lebih dulu.

“Ini gue atas nama panitia mau kasih kepercayaan ke lu buat manggung. Gue harap lu jaga baik-baik kepercayaan yang gue kasih. Begitu gitar ini di tangan lu, otomatis lu udah harus manggung. Gak bisa mundur lagi. Ngerti?”

Gitar akustik terindah yang pernah Adri lihat, adalah alasan kuat yang membuat ia lantas menganggukkan kepala. “Ya, kita mangarti noh.”

“Apa?”

“Maksudnya: aku mengertikan maksud daripada kamu.”

 Cape deh.

Arjun paling malas kalau mendengar Adri berucap Bahasa Indonesia tapi hancur. “Oke kalau gitu.”

Selesai berucap, tiba-tiba saja Arjun melempar gitar dengan dua tangan ke arah Adri. Dan karena dilempar mendadak, bodi dan gagang gitar telak menghunjam perut Adri dan menimbulkan perih sampai badannya terbungkuk. Tapi ia masih bisa menangkap gitar sebelum jatuh ke tanah.

“Sakit? Masa’ digituin aja sakit?”

Dengan muka merah menahan perih, Adri menggeleng. “Nyanda.”

Teman Arjun membisiki mengartikan kata itu yang berarti ‘tidak.’

“Lu itu loyo amat. Cekatan dong. Masa’ nggak siap tangkap gitarnya.” Si bodyguard bersuara.

“Gue udah kasih gitar mahal gue ke lu. Lu janji akan tampil yang terbaik kan?”

Dengan mantap Adri mengangguk. “Kita janji.”

“Good.”

Sehabis itu Arjun naik ke panggung karena memang penampilan performer sebelumnya sudah berakhir. Performer yang mencoba tampil sebagi stand-up comedian itu harus turun lebih cepat karena selama lima menit tampil tidak ada seorang pun yang tertawa mendengar lawakannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • OGAH MARRIED!   Sebuah Ajakan

    Dion yang baru saja bersiap pergi melihati sepasang ankle boots yang menutupi mata kaki dan bagian bawah kaki seorang wanita. Matanya menelusuri ke atas, mulai dari betisnya yang putih dan bunting padi, jins cabik, atasan model sabrina dengan bahu terbuka, dan akhirnya pemilik wajah itu. Dewi. Astaga, Dion sampai terpana. Wajah gadis itu kini berubah dewasa, lebih matang, dan amat cantik. Sangat berbeda dengan sembilan tahun lalu, Dewi kini tampil penuh pesona. Ia mengulurkan tangan ke arah Dion. “Mudah-mudahan kamu masih kenal aku.” Dion menyambut uluran tangan Dewi dan merasakan betapa lembutnya telapak tangan gadis yang kini tampil sangat matang itu. “Tentu. Bagaimana mungkin aku lupa.” Ia tidak enak juga karena mereka masih bersalaman dan adalah Dewi yang terus menggenggam tanpa melepas. Walau begitu banyak berubah, sikap kenesnya ternyata tidak. &nb

  • OGAH MARRIED!   Pertemuan Tak Terduga

    Hubungan dirinya dengan kekasihnya makin manis pasca menyusulnya Dion ke Jakarta. Bahagia itu mengharu-biru dan Dion sepertinya menjadi orang yang terpapar bahagia luar biasa. Di bandara Jakarta, ia bertemu kembali dengan orangtua Dessy yang menantinya di pintu keluar usai tuntas urusan di pengambilan bagasi. Pelukan Pak Aldo begitu hangat bak seorang ayah yang kehilangan anaknya sekian lama. Sebuah kejutan manis Dion dapatkan. Ia terpana melihat ibunda Dessy tengah menggandeng seorang bocah laki-laki berumur sekitar lima tahunan. Setelah memeluk bahu wanita itu yang masih tetap segar dibanding sembilan tahun sebelumnya, barulah Adri diberitahu bahwa bocah itu tak lain adalah adik kandung Dessy. Sempat tidak percaya, Adri lantas membalik badan dan menanyai Pak Aldo. “Betul, oom?” Pak Aldo tersenyum. “Akibat metode S-mu itu.” Seketika keduanya terbahak. Sepertinya ada sesuatu di masa lalu yang membuat keduanya tertawa terpingkal-pingkal ketika mendengar ‘metode S’ yang tentu saja D

  • OGAH MARRIED!   Another Kiss

    “Iya. See? Aku menghargai pemberianmu. Kecuali kipas angin ponsel yang sudah lama aku buang karena sudah tak lagi berfungsi.” “Seperti syair lagumu, begitulah aku saat ini. Lelah didera rindu yang mencabik tanpa henti.” Sebuah sentuhan kecil terasakan. Dion menoleh dan melihat jemari Dessy menyentuh telapak tangannya. Betapa besar keinginan Dion untuk membalas. Namun pikiran lain menghalangi usahanya “Terima kasih untuk perhatianmu. Tapi aku tetap yakin tidak banyak yang bisa aku berikan untuk membahagiakanmu.” “Dengan kuatnya kemauan kamu pikir perbedaan tidak mampu teratasi?” “Kamu pernah punya pacar dari rakyat jelata?” “Jadi menurutmu uang adalah standar kebahagiaanku?” “Memangnya apa yang bisa kuberikan untukmu?” “Kamu tak merasa memiliki banyak nilai kemanusiaan yang bagus untuk dibagikan?” “Kamu tahu atau tidak sadar sih bahwa dirimu itu super nekad?” “Tidak jadi masalah bagimu kalau punya pacar seperti itu kan?” “Kenapa kalau kutanya kamu selalu balik bertanya?” Des

  • OGAH MARRIED!   Bebi Co Cwit

    Tapi, ternyata ada gunanya juga Dessy selama ini suka menikmati tayangan Crime Scene Investigation. Berbagai seri yang ditonton ternyata membuatnya kritis menyikapi kasus ini yang melibatkan dirinya sendiri. Bantahan dari Jason yang coba didukung oleh Astrid jadi mentah seketika saat Dessy menunjukan rekaman CCTV yang tersimpan di ponselnya. Jason pun luluh. Kebusukannya terbongkar. * “Lagu yang tadi kamu nyanyiin di cafe, indah lho.” Kalimat itu memecah keheningan di dalam kabin taksi yang mengantar kepergian Dessy ke bandara dengan ditemani Dion. Di bangku belakang keduanya memang hanya diam sejak lima menit lalu taksi yang mereka tumpangi meninggalkan lobby hotel. “Lagu itu menurutmu indah?” “Iya. Indahnya pake banget. Judulnya apa sih?” Dion menoleh ke arah Dessy dan tersenyum lebar. “Thank God You’re Mine.” Dessy tersipu. “Lagu yang indah lebih mudah terci

  • OGAH MARRIED!   Rahasia Yang Terungkap

    Gimme your heart. Be with me forever. I’m gonna thank God when you’re mine. Penonton bertempik sorak akibat permainan musik dan vokal yang memanjakan telinga. Lengking siulan terdengar dari beberapa orang. Para pengunjung yang menonton pertunjukan Dion serentak melakukan penghormatan sembari berdiri, standing ovation. Dion kini turun panggung sambil menyerahkan gitar yang tadi dimainkan ke pemandu acara. Dengan canggung karena disalami serta ditepuki pundaknya oleh beberapa dari para pengunjung, Dion mendekati meja di mana Dessy sebelumnya duduk di sana. Helaan nafasnya terhenti seketika saat melihat tempat itu telah kosong. Tak ada lagi Dessy di sana. * Taksi air yang dikemudikan oom Allo membelah permukaan laut yang membiru. Hatinya riang karena sejauh ini pemasukan yang ia dapat melebihi daripada biasanya. Kegembiraan itu ia bagikan pada pa

  • OGAH MARRIED!   Pujangga Pelantun Cinta

    Dessy terpekur. Apa yang hendak laki-laki itu lakukan dengan membuatnya pingsan? Ia bergidik memikirkan kemungkinan buruk yang bisa terjadi seandainya ia tidak pergi dari café dan terbawa ke kampung tempat Dion. Kampung itu bukan tempat ideal memang. Tapi tanpa sadar peristiwa terdamparnya ia ke tempat itu justeru menyelamatkan dirinya dari cengkeraman dan rencana licik dari orang yang selama ini ia pikir adalah pendamping setianya. Dan siapa yang akan menyangka bahwa selain itu ia pun masih menelikung dirinya dengan menjalin hubungan dengan Astrid? Seusai dari kantor manajer café, Dessy kembali ke mejanya. Kue pesanannya masih utuh. Bedanya semua pesanan di atas meja itu kini tak lagi membangkitkan seleranya. Begitu pun live music di café yang tak lagi mampu memupus kegalauan. Dessy menyandarkan tubuh di bangkunya. Mendadak kelopak matanya memberat. Matanya sembab. Tak tahan dan tak menduga akan adanya pengkhianatan yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status