Joshua tiba-tiba saja berubah. Ia menjadi dingin dan jarang pulang ke mansionnya. Ia mengabaikan Karina dan terlalu sibuk dengan pekerjaanya dan juga organiasasi black moon yang ia pimpin itu. Ia jarang berkomunikasi dengan Karina, bahkan terksan ia menghindari percakapan dengan wanita itu. Tentu perubahan sikapnya itu mengundang tanda tanya besar di kepala Karina. Ia bahkan sudah tidak pernah disentuh lagi oleh sang tuan. Ia selalu di abaikan oleh sang Tuan. Bahkan hari ini pun saat mereka tidak sengaja bertemu di lorong, Joshua mengabaikan Karina dan memilih untuk masuk ke dalam ruang kerjanya. Sesuatu yang salah tercium di hidung Karina, akan tetapi dia tidak berani untuk bertanya, rasa takut itu masih ada di dalam dadanya. Alhasil, Karina ikut mengabaikan Joshua dengan mulai menyibukkan diri dengan persiapan kuliahnya. Laki-laki itu bahkan tidak bertanya bagaimana perasaan Karina setelah diberi izin untuk berkuliah lagi. “Saya tidak mengerti dengan jalan pikirannya,” ucap Karin
“Dengar Nyonya, aku melakukan ini karena kau yang memancingku terlebih dahulu. Aku tidak melakukannya karena aku menaruh hati padamu,” ucap Joshua bangkit dari posisinya.Matanya melihat Kalista dengan tatapan yang dingin namun penuh intimidasi. Joshua tidak mau Kalista salah paham dengan kegiatan panas yang ia lakukan barusan. Joshua melakukannya karena memang ia berengsek dan juga ia tidak tahan dengan godaan yang Kalista berikan padanya.“Kenapa? Apa kau takut jatuh cinta padaku, tuan Carrington?”Kalista membenarkan pakaiannya lalu melangkah pelan ke arah Joshua. Tatapa matanya sungguh tajam, sangat berbeda dengan Kalista yang Joshua kenal sebagai wanita yang lemah lembut dan memiliki tutur kata yang baik.“Wah, ternyata benar. Uang dan kekayaan mampu mengubah sifat seseorang. Kau sungguh berbeda, Nyona.” Joshua tepuk tangan, ia juga berseru kagum melihat ibu tirinya yang terlihat tidak ada rasa takut sama sekali dengan dirinya.Padahal dulu, wanita itu selalu menundukkan pandanga
“Bagaimana dengan kebebasan Adellia, Tuan?”Jari Joshua berhenti mengetik, ia angkat kepalanya untuk melihat kearah sang tuan kanan. Ia kemudian tersenyum tipis sembari menatap lurus ke manik mata Elliot.“Kenapa? Kau sudah tidak tahan melihatnya berada di penjara itu?” tanya Joshua.“Saya pikir, wanita itu sudah mendapat hukumannya, sepertinya sudah waktunya dia di bebaskan.” Elliot masih mencoba membujuk Joshua untuk menyetujui permintaanya.Joshua kemudian berdiri dari duduknya. Ia memandang wajah Elliot tajam. Joshua sangat tau tujuan Elliot memintanya melepaskan Adellia. Laki-laki di hadapannya ini sangat mencintai pelayan rendahannya itu, ia berpikir kalau Elliot melakukan ini untuk melindungi Adellia.“Aku tidak mengerti dengan jalan pikiranmu Elliot. Kau mencintainya, tapi kau juga orang yang membuatnya mendekam di penjara itu. Apa tujuan utamamu melakukan ini? aku sungguh tidak mengerti.” Joshua bersandar di meja kerjanya, masih menatap Elliot dengan segudang rasa penasaran d
“Saya mohon, Tuan. Saya tidak bermaksud untuk berkhianat, itu semua kecelakaan.”Kedua telapak tangan itu saling bergosokan satu sama lain, kepala yang seharusnya menatap lurus kini hanya bisa memandang lantai berbalut karpet polos berwarna merah. Dia bahkan tidak ada rasa malu mencium ujung sepatu hitam runcing yang ada di hadapan matanya.“Tuan... ampuni saya!”“Kau tau berapa banyak kerugian yang black moon tutupi karena kecerobohan mu itu?”“Ampun, Tuan, Ampun.” Bukannya menjawab pertanyaan, orang itu semakin menginggikan volume suaranya, meraung-raung meminta apun sang bos dengan penuh rasa takut di dadanya.“Berisik sekali,” desis Joshua, ia mencungkil telinganya menggunakan jari kelingking.“Saya berjanji akan setia kepada Tuan, hanya Tuan yang ada di hati saya. Mohon ampuni kesalahan saya kali ini, saya ber-”Dor-“Berisik sekali orang ini.”Tubuh orang itu terjatuh di atas karpet merah bersamaan dengan darah mengalir di kepalanya. Joshua tidak suka mendengar omong kosong. Ia
“Saya dengar, anda ini adalah tantenya Karina Elizabeth, ya?” Secangkir teh terhidang di atas meja bundar. Sepasang mata tampak sangat serius memandangi lawan bicaranya yang satu ini. Ia tersenyum tipis untuk menghilangkan kesan sombong dari wajah cantiknya.“Ya, anda benar, saya adalah tantenya.” Wanita paruh baya dengan riasan mencolok dan rambut di sanggul menjawab dengan penuh percaya diri.“Wah, saya tidak menyangka ternyata anda benar-benar tantenya. Saya pikir Karina sudah tidak memiliki keluarga lagi.” Senyum tipis itu tidak lekang dari waha cantik Rebecca. “Saya satu-satunya keluarga Karina. Anak itu sudah saya urus sejak umurnya 15 tahun setelah orangtuanya meninggal karena kecelakaan.” Soraya mengoceh tanpa disuruh. Ia sungguh percaya diri dengan posisinya sebagai tante Karina. “Oh, ya? Yaampun, kasihan sekali.” Rebecca pura-pura empati dengan cerita itu. “Ya, dia itu anak yang teramat malang. Tidak punya apa-
“Silakan, selamat menikmati.” Pelayanan kafe itu sangat ramah. Karina tersenyum tipis menanggapi pelayanan tersebut. Setelah pelayanan itu pergi, Karina mulai menikmati cake redvelvet dan milkshake yang ia pesan tadi. Atensi Karina terarah ke ponsel setelah notifikasi masuk dan terpampang di layar kunci. Satu pesan masuk dari nomor tidak dikenal. Karina mengabaikan pesan itu karena itu dari orang asing. Ia tidak akan merespon pesan dari orang asing. Namun, notifikasi itu muncul lagi. Tapi sekarang, Karina buru-buru membuka layar kunci ponselnya dan membaca pesan masuk itu. Dari : 0001 xxxx xxxx ‘Lama tidak bertemu, upik abu. Kau jadi makin sombong setelah dibeli tuan kaya raya, ya?’ Rahang Karina mengeras. Ia membaca ulang pesan itu berulang kali. Lalu, pesan lainnya muncul.Dari : 0001 xxxx xxxx ‘Apa kuenya seenak itu? Hahaha, aku jadi iri denganmu. Melihatmu senang membuatku sangat marah. Aku jadi ingin mencabik-cabikmu lagi.’ “Cherin…?” Karina bergumam, suaranya sedikit be
Sedari tadi Karina hanya diam. Matanya memandang jalan dengan tatapan yang kosong. Hal itu membuat Joshua khawatir. Sedari tadi ia terus bertanya, namun tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Karina. “Hei... kita sudah sampai.” Joshua memegang lengan kiri Karina dan menggenggamnya lembut. “O-O-Oh, maaf,” kejut Karina. “Aku melamun lagi.” Karina menatap Joshua penuh rasa penyesalan. “Ada apa denganmu, hnm?” Jari telunjuk Joshua menyingkirkan anak rambut yang menghalangi pandangan Karina. Karina menggeleng. “Tidak ada, aku mungkin kelelahan saja.” “Haruskah kita pulang saja? Sepertinya kau butuh istirahat.” Joshua benar-benar khawatir dengan keadaan Karina. Karina menggeleng, “Jangan! Aku sudah lama menunggu momen ini. aku tidak mau waktu senggangmu sia-sia.” Karina tersenyum tipis, ia tidak mau Joshua kecewa karena keputusannya. Joshua pun mengangguk setuju, “Kalau kau merasa tidak enak badan, langsung katakan padaku, mengerti?” Joshua mengecup punggung tangan Karina lalu ter
“Karina… lama tidak bertemu.” Kaki Karina berhenti di belakang Joshua. Matanya langsung menatap tajam ke arah depan tempat wanita beranggul itu berada, Soraya. Tante Karina yang sudah lama tak ia dengar kabarnya.Kelihatannya tantenya itu hidup dengan baik. Tambah glamor dan tetap menyebalkan untuk dilihat. “Kau terlihat semakin cantik saja, tante iri, loh.” Gigi Karina beradu tajam, bunyi gemerutuk itu terdengar jelas di telinga. Tinju Karina mengepal penuh emosi, dadanya naik turun secara cepat. Ia tidak akan lupa dengan kelakuan buruk tantenya itu.“Kau tidak mau menyapa tante, Karin?” Soraya tersenyum, namun senyumannya terlihat seperti mengancam Karina. “Tidak tau malu,” desis Karina.Senyum Soraya memudar, matanya menatap tajam Karina. Seolah ia tidak takut dengan Joshua yang ada di samping wanita itu.“Apa yang kau katakan, Karina? Siapa yang tidak tau malu di sini?” Soraya menyeringai, ia mendekati Karina lalu berbisik di telinganya halus. “Kau gadis bodoh tidak tau diri,