"Apakah makanannya sesuai dengan seleramu, Sayang?" Ducess Diana menatap Canna dengan intens."Ya, aku menyukainya. Rasanya lezat." Canna tersenyum tipis kepada Ducess yang sejak tadi telah memperhatikannya.Canna sedang menikmati makanan yang disajikan oleh Chevalier, koki Duke William. Saat ini, dia berkumpul bersama Duke dan Ducess untuk melakukan makan siang yang mana sudah menjadi kebiasaan—makan bersama di siang dan malam hari di ruang makan.Pada awalnya, Canna juga merasa canggung jika harus berkomunikasi atau berkumpul bersama mereka. Dia tidak ingin membuat kesalahan dan tidak ingin dicurigai. Bagaimana jika mereka tahu kalau dia bukanlah putri mereka 'yang asli'?Namun, meskipun sering mendapat penolakan darinya, mereka seolah tidak berhenti berupaya untuk terus mendekatinya. Mereka tetap menunjukkan kasih sayang tulus yang membuatnya goyah. Lebih tepatnya, kasih sayang yang sebenarnya ditujukan kepada putri kandung mereka. Berkat semua perilaku itu, dia jadi tahu betapa sa
'Hm, jadi begini ... penampakan Felix Theodore, karakter utama pria kedua. Ternyata wajahnya jauh lebih tampan daripada yang kubayangkan.'Canna melamun dan menekuni garis bibir sensual Felix yang sangat cocok dengan wajahnya yang tampan. Saat dia tersenyum, kedua matanya akan menyipit seperti bulan sabit. Dia seperti berhadapan dengan Leonardo DiCaprio semasa muda, pria yang memerankan tokoh Jack dalam film Titanic.'Bedanya, dia terlihat lebih tinggi dan tubuhnya juga sepertinya lebih oke.'Pandangan Canna beralih pada paha Felix yang terlipat karena dalam posisi duduk. Celana kain yang dia kenakan seolah-olah memberitahukan jika ada otot-otot menakjubkan di sana. Karena dia seorang kstaria, otot-ototnya pasti terbentuk sempurna.Dalam perjalanan, Canna justru sibuk menilai proporsi wajah, tubuh, dada, dan paha Felix seolah-olah dia menjadi juri dalam ajang American Top Model. Otak cantiknya memang luar biasa unik."Apa ada yang salah dengan wajahku? Mengapa kamu terus melihatnya?"
Sepasang kelopak mata yang dinaungi bulu mata lentik terbuka. Canna tidak dapat mengalihkan pandangannya kepada Felix dengan pupil matanya yang mengecil. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat sebelumnya.“Hebat! Apa itu sihir?” Kalimat pertama yang diucapkan Canna setelah kembali ke kenyataan.“Ya, aku melakukan sihir.”Canna terdiam, memaku, dan membisu. Meskipun sejak awal dirinya masuk ke dunia antah berantah ini adalah sebuah ke-irasional-an yang membuatnya tidak habis pikir, melihat hal baru di luar nalar seperti sihir tetap saja membuatnya tidak percaya.“Apa kamu bisa memperlihatkan yang lain? Seperti bagaimana hubungan kedekatanku dengan kedua orangtuaku atau momen bersama teman-teman yang lainnya.”“Tidak bisa. Aku hanya bisa menunjukkan gambaran di mana ada aku di dalamnya. Dalam artian, memori yang kamu lalui saat bersamaku.”“Hm, begitu rupanya, sayang sekali.” Canna bergumam rendah dengan wajah sedikit kecewa sebelum ekspresinya kembali ceria, “Tapi tetap saja
Kereta yang tiba di tujuan akhir, Stasiun Pusat Schwerin, berhenti. Canna buru-buru mengepak barang bawaannya dan meninggalkan kabin di antara para penumpang lainnya.Pita topinya, diikat erat di bawah dagu dan rambutnya yang dikepang rapi bergoyang saat dia mengambil langkah beratnya. Namun, ekspresi optimis itu tidak bertahan lama saat Felix tiba-tiba menggenggam tangannya seperti anak kecil.Kerumunan besar dan suara kesemutan membuat Canna kewalahan untuk sesaat. Dia terjepit dan didorong untuk turun dari kereta hingga koper yang dia jinjing hampir jatuh. Karena itulah Felix menggandeng tangannya dan membawanya menuju pintu keluar dengan selamat.Di sisi lain, hingar bingar penduduk yang ada di stasiun disertai asap hitam yang mengepul di cerobong asap kereta api, menjadi pemandangan unik yang bisa dinikmati.Saat sibuk menikmati keindahan sekitar, dahi Canna tanpa sengaja membentur punggung Felix, “Ah, maaf!”“Tidak masalah.” Bibir Felix melengkung ringan dan kembali berjalan ber
Ellie melonggarkan pelukannya, “Apa kamu sungguh tidak mengingat sedikit saja tentangku, Canna?” lirihnya dengan mata seolah menyimpan kristal bening.Canna menggelengkan kepala, masih dengan sekujur tubuh kaku. Mendapat kontak langsung secara tiba-tiba dengan karakter utama wanita, membuatnya hilang kesadaran untuk beberapa saat.Ellie menundukkan kepala, lapisan kristal bening itu meluruh dan membasahi pipinya yang merah, “Maafkan aku, Canna. Ini adalah mimpi buruk. Kamu jadi tidak bisa mengingatku. Sungguh maafkan aku."Canna mengerutkan kening dengan wajah bingung, "Tenanglah! Ini semua bukan salahmu, jadi berhentilah menangis."Ellie tetap sesenggukan sambil menundukkan kepala."Cup-cup! Sudah jangan menangis."Mendengar hal itu, tangisan Ellie justru semakin pecah. Air matanya berderai semakin deras. Wajahnya benar-benar terlihat kacau dan sedih.Bloody Rose, mulanya menceritakan hubungan kedekatan Cannaria dan Ellie yang merupakan sepasang sahabat. Pada suatu hari, mereka berdu
Para murid berkumpul di aula makan Hoover yang luas. Aula makan itu dipenuhi dengan aroma daging asap yang dipanggang. Meja panjang para murid juga telah terisi dengan daging rusa panggang, babi hutan liar, dan keranjang-keranjang roti yang terbuat dari tepung terbaik.Sedangkan di tengah-tengah meja, terdapat beberapa piring perak besar berisi babi yang masih bayi dan diisi dengan daging burung merpati di dalamnya. Selain itu, terdapat beberapa piring besar salad dan buah-buahan bagi murid vegetarian serta berbagai macam cake dan dessert untuk pencuci mulut.Sekilas, Canna melihat ke arah meja makan murid laki-laki hingga pandangannya bersirobok dengan Felix yang juga sedang menatapnya. Pemuda tampan itu menyapanya dengan senyumnya yang menawan. Canna pun bertukar sapaan ringan dengan tatapan mata dan senyuman.Mengalihkan pandangan, Canna mulai berjalan menuju barisan meja para murid perempuan sebelum melihat sebuah lambaian tangan. Tangan itu milik Ellie.“Kemarilah, Canna! Duduk d
Beberapa minggu sebelumnya.Kekaisaran Deltrias adalah wilayah yang dikenal dengan monopoli perdagangan yang jenius disertai kekuatan militer yang kuat. Jumlah kemiskinan dan masalah wabah mulai teratasi sehingga sebagian besar penduduknya aman dan makmur.Tentu saja ada sosok yang berperan penting di balik itu semua. Sosok Dewa Perang yang berhasil memperluas daerah kekuasan sehingga mendapat jarahan perang yang melimpah serta ketenaran.Ellios Demente de Dias, Putra Mahkota yang juga dikenal sebagai Pangeran Neraka, sosok yang ada di balik semuanya. Meskipun berbagai rumor buruk beredar tentangnya, tetap tidak dapat dipungkiri jika dia memiliki konstribusi besar bagi kemakmuran Deltrias.Segala berita tentang Pangeran Neraka memang telah tersebar luas hingga ke penjuru benua. Para penduduk termakan rumor yang mengatakan jika wajah Pangeran itu buruk rupa karena kutukan dari banyaknya mayat yang telah dia bunuh.Padahal, rumor hanya sekadar rumor. Wajahnya sama sekali tidak buruk apa
Suara tepuk tangan meriah sontak menggema ke penjuru aula akademi. Kedatangan Axe membawa atmosfer berbeda yang mana sebelumnya para murid dilanda kebosanan dan terkantuk-kantuk, menjadi membuka mata mereka lebar-lebar, seperti mendapat asupan kafein.Tidak hanya para murid yang dipenuhi antusias, melainkan beberapa guru wanita yang juga telah menantikannya. Tidak ketinggalan, Prof Magdalena, pemilik bibir merah merona dan tahi lalat di atas bibir yang menyerupai Marilyn Monroe itu sejenak lupa akan tugasnya menjadi pembawa acara. Dia tidak bisa melepaskan pandangan dari Axe yang berdiri tepat di sampingnya."Apa kalian tahu siapa dia?" Millie mengerutkan kening dengan wajah kaku yang sulit untuk diurai."Mengapa kamu masih saja bertanya? Dia adalah Axe Jhonson, guru baru kita." Debora tersenyum cerah dengan pipi semerah apel. Dia terlewat antusias hingga tidak repot-repot menoleh ke arah Millie."Bukan itu. Aku rasa tidak pernah melihat wajah seperti itu di pesta bangsawan dan juga p