Liora Belladona, mendapati dirinya tiba-tiba terlempar ke dunia tak dikenal dan terperangkap dalam zona waktu yang berbeda, tepat setelah mengalami kecelakaan tragis. Sialnya, dia juga masuk ke dalam tubuh tokoh antagonis, Cannaria Swan, karakter yang ditakdirkan menghadapi akhir yang mengenaskan. Kejadian irasional macam apa ini? Dalam kisah yang penuh intrik dan ketegangan, Liora harus menemukan cara untuk mengatasi takdirnya yang terjalin dalam takdir kelam Cannaria. Dia bersumpah untuk menjauhi Pangeran Neraka, bagaimanapun caranya. “Tidak, aku tidak ingin berurusan denganmu,” protes Liora. “Sayangnya, aku justru akan semakin menjeratmu. Semua yang ada di tubuhmu dari ujung kepala hingga ujung kaki adalah milikku,” desak Ellios.
View More"Dasar wanita iblis! Penjahat kejam!" Baroness Phillies berteriak dengan marah, sorakannya bergema di ruangan istana yang mewah.
Cannaria Swan, terombang-ambing di antara para ksatria pengawal yang menahan tangannya. Dia mengenakan gaun compang-camping yang kini tercemar oleh noda darah. Gaun mewah bertabur permata yang biasanya dia kenakan sekarang hanya tinggal kenangan.Dalam perjalanannya menuju istana, wajahnya sudah dipukuli beberapa kali dengan sarung tangan logam oleh para ksatria pengawal. Mulutnya robek, luka, dan bengkak hingga membuatnya sulit berbicara.Meskipun mencoba berjalan dengan kekuatannya sendiri, para ksatria dengan kasar mendorongnya. Ketika kakinya terkilir, dia tak punya pilihan selain menyerah pada dorongan mereka. Pergelangan tangannya yang dipelintir oleh ksatria itu begitu bengkak, dan lengannya yang patah membuatnya semakin menderita."Bagaimana kamu bisa meracuni Ellie? Dia selalu baik padamu." Baroness Phillies berteriak lagi, kemarahannya tak terbendung. "Apa yang telah dia lakukan hingga kamu bisa sejahat ini, huh? Dasar wanita tidak tahu diri!" Tanpa peringatan, Baroness Phillies mendekati Cannaria dan menampar pipinya dengan keras.Tidak perlu dijelaskan, rasa sakitnya hampir tak tertahankan. Tubuh Cannaria terjatuh ke lantai, hingga pandangannya memudar. Dia menatap wanita tua itu dengan mata kabur.Dengan tangis terisak, Baroness Phillies berlari keluar ruangan. Dia berencana untuk menyerang Cannaria dengan apa pun yang bisa dia temukan, baik itu pisau atau kandil, dia sama sekali tak peduli.Namun, seorang pria yang telah mengamati situasi sejak awal menghampiri Baroness dan berkata, "Sudah cukup."Pria itu adalah Ellios Demente de Diaz, sang Putra Mahkota."Bagaimana saya bisa menganggapnya cukup, Yang Mulia? Dia hampir membunuh anak saya. Ellie, calon Putri Mahkota sekaligus tunangan Anda, hampir saja kehilangan nyawa karena perbuatannya. Saya merasa harus membalas dendam." Baroness Phillies berlutut dan menangis dengan penuh kesedihan.Iya, Ellie Phillies masih hidup. Dia berdiri dengan tangan gemetar, menyaksikan semua yang terjadi di belakang Ellios. Kondisinya lemah setelah mengkonsumsi racun yang katanya, diberikan oleh Cannaria karena rasa cemburu.Cannaria memang telah lama mengagumi sang Putra Mahkota dan bermimpi untuk memiliki hatinya. Namun, takdir memilih Ellie sebagai calon Putri Mahkota sekaligus tunangan Ellios.Sementara Baroness, Ibunda Ellie, tidak akan membiarkan seorang penjahat seperti Cannaria hidup lebih lama lagi dan mengancam nyawa putrinya."Apa kamu benar-benar berniat membunuhnya? Meskipun kamu adalah seorang putri Duke, tetapi kejahatan yang kamu lakukan terlalu besar untuk dimaafkan." Suara Ellios terdengar rendah dan berat. Tatapan matanya tanpa emosi, terlihat tenang.Cannaria tersenyum dengan sinis, "Bukan saya yang memberikan racun pada minuman itu. Saya tidak akan melakukan tindakan seceroboh itu hanya untuk membunuhnya.""Jalang sialan! Tidak ada gunanya kamu menyangkal! Semua bukti sudah menunjuk padamu!" Baroness Phillies meledak dalam kemarahan.Cannaria kembali tertawa sinis. Dia tidak berniat menyangkal bahwa dia adalah orang jahat, tetapi dia tidak bisa menahan tawanya saat diperlakukan seperti orang bodoh. Faktanya, dia sama sekali tidak pernah memberikan racun kepada Ellie seperti yang dituduhkan. Semua ini terasa seperti konspirasi.Namun, menghadapi persepsi buruk sebagai seorang wanita jahat, alasan dan penjelasannya sekarang sudah tidak berarti. Hukum akan menentukan nasibnya, dan hari ini adalah hari pengadilan di istana."Seandainya saya benar-benar ingin membunuhnya, dia pasti sudah mati sekarang. Tapi lihat, dia masih hidup, meski dengan begitu tak tahu malu," ucap Cannaria dengan susah payah. Mulutnya penuh dengan darah dan lidahnya terluka parah akibat gigi yang tajam."Penghinaan! Beraninya kamu menghina calon Putri Mahkota," seru salah satu ksatria yang kembali memukul wajah Cannaria. "Bawa pengkhianat ini ke pengadilan dengan segera!" Dia berseru.Cannaria menatap Ellios dengan mata yang bengkak dan lebam. Putra Mahkota yang juga merupakan cintanya yang tak terbalas itu tetap diam. Dia juga melirik Ellie, yang masih ketakutan, bersembunyi di balik Ellios. Jika dia bisa menahan rasa sakitnya, dia ingin mengucapkan beberapa kata terakhir, bahkan jika itu hanyalah sumpah serapah kepada Ellie.Kemudian, Cannaria dihadirkan di pengadilan, yang dihadiri oleh keluarga kerajaan dan para bangsawan. Para penuduh dan saksi menyajikan berbagai bukti, beberapa memang tindakan jahat yang dilakukan olehnya, yang lain hanya cerita mengerikan yang dibuat-buat.Saat diadili, Cannaria tidak membela diri. Dia terlihat linglung dan lemah."Atas nama Putra Mahkota, aku akan memberi hukuman pada Cannaria Swan Shancez. Gelar bangsawanmu akan dicabut. Karena telah merugikan negara dengan kebohonganmu, maka lidahmu akan dipotong agar tidak melakukan kejahatan yang sama lagi. Kedua tanganmu yang berusaha mencelakai Lady Ellie Phillies yang mana seorang calon Putri Mahkota juga akan dipotong sebagai contoh bagi orang lain."Hukuman mengerikan telah diputuskan. Cannaria akhirnya dibelenggu di penjara bawah tanah yang dalam dan tidak dikenalnya. Dia telah menjadi penjahat terburuk dalam sejarah yang mencoba meracuni calon Putri Mahkota hanya karena kecemburuan.Algojo datang untuk melakukan tugasnya, memotong satu persatu bagian tubuh Cannaria, sesuai dengan hukuman yang diputuskan. Pisau yang sudah diasah dengan tajam terayun di udara, dan ....“CUT!”Tiba-tiba, terdengar aba-aba dari seorang sutradara film yang diikuti dengan suara tepukan dari clapper board, menandakan bahwa syuting hari ini telah selesai.Iya, yang baru saja terjadi adalah adegan dalam film fantasi historis berjudul 'Bloody Rose' yang hampir mencapai akhirnya. Film ini diadaptasi dari sebuah novel bergenre romantis, tragedi, dan thriller, yang mengarah pada peristiwa tragis yang melibatkan tokoh antagonis di akhir cerita.Para kru film memberikan tepukan meriah untuk hasil kerja keras mereka. Para aktor dan aktris juga tersenyum cerah, merasa puas karena telah berhasil menyelesaikan adegan dengan baik."Kerja bagus, Liora. Aktingmu sebagai Cannaria berhasil membuatku berdebar." Eva, manajer aktris Liora, memberikan dukungan saat membantu Liora menuju ruang ganti."Yeah, saat melihatku, semua orang pasti berdebar," seloroh Liora sambil menyentuh wajahnya dengan dramatis. Dia adalah aktris yang berperan sebagai Cannaria.Eva mengikuti leluconnya dengan senyuman yang dipaksakan, "Tentu saja, kamu selalu memukau."Liora kemudian memeriksa gaunnya yang kacau dan penuh bercak darah tiruan, "Bagaimana dengan gaun ini? Masih terlihat cantik saat dikenakan olehku, bukan?"Sejujurnya, itu cukup menggemaskan karena Liora yang melakukannya. Bahkan, para kru dan beberapa aktor yang melihat tingkah unik aktris cantik itu diam-diam bersemu merah dan tersenyum.Hanya Eva yang tidak goyah dan justru ingin menampol sekaligus memakan Liora bulat-bulat—dalam arti yang sesungguhnya."Ya, ya. Tetap cantik, bahkan dengan gaun seperti itu." Eva mendesah. Meskipun sudah lama mengenal Liora, dia masih belum terbiasa dengan kelakuan unik dari aktris sekaligus sahabatnya tersebut."Anehnya aku belum merasa puas. Mungkin karena kamu tidak tulus saat mengatakannya." Liora tersenyum manja, mencoba untuk memancing pujian lebih lanjut."Hm, kamu cantik dan menarik, Liora." Eva tetap tersenyum, tetapi dengan nada bermalas-malasan."Masih belum puas.""Oh, God! Baiklah, kamu aktris paling cantik, menarik, dan top se ...." Eva menggantung kalimatnya."Se ...?""Se-Bikini Bottom," kata Eva lempeng.Liora terkejut, "Kenapa se-Bikini Bottom? Aku bukan ikan ataupun spons, apalagi cumi-cumi.""Oke, oke, kamu adalah aktris paling cantik, menarik, dan top sejagat raya. Kamu makhluk Tuhan paling seksi yang diciptakan dengan begitu hati-hati seperti sebuah mahakarya seni. Puas?" Tidak ada lagi senyuman di wajah Eva, yang ada hidung kembang kempis.Siapa lagi yang membuat slogan menggelikan semacam itu. Tentu saja jawabannya adalah Liora sendiri.Buru-buru Eva menarik tangan Liora agar mempercepat jalan mereka, "Cepat. Jadwal kita masih padat. Jangan membuang-buang waktu dengan hal tidak berguna, oke!"Liora mengikuti Eva dengan riang, "Baiklah, baiklah! Tapi ingat, tanganku adalah aset negara. Jangan menariknya terlalu keras!"***Kegiatan yang paling dinantikan oleh para murid akhir-akhir ini adalah pesta kelulusan tahunan. Pesta ini bukan sekadar perayaan, tetapi juga kesempatan untuk memamerkan kemewahan dan prestise mereka. Para murid telah diberi cuti dan diperbolehkan kembali ke kediaman masing-masing untuk mempersiapkan diri menjelang pesta.Di kediaman mereka, semuanya sibuk menyiapkan diri dengan penuh antusias. Mereka memilih gaun dan setelan jas yang paling sesuai dengan selera masing-masing. Persiapan untuk pesta kelulusan menjadi sebuah ritual istimewa yang mereka lakukan untuk terlihat sempurna.Namun, di tengah keramaian ini, Canna justru sedang bersantai sambil menikmati segelas jus apel yang disiapkan oleh Emma. Beberapa hari terakhir, ia kembali ke kediaman Duke William, dan ternyata, ia merasa nyaman berada di rumah."Lady, ada yang mengirimkan ini untuk Anda," kata Emma sambil membawa sebuah surat dan sebuah kotak hadiah besar.Canna mengangkat alisnya ketika melihat Emma membawa barang-bara
Toko Roti Gustave adalah satu-satunya toko di Pusat Schwerin yang terkenal dengan kualitas adonan terbaik. Mereka sering memuji-muji roti serta kue keringnya yang lezat.Setiap hari, lusinan pelanggan yang mengantri menghiasi toko ini. Termasuk, Canna dan Felix yang sedang duduk di meja, menunggu hidangan yang baru saja mereka pesan di tengah kerumunan pengunjung setia.Gustave dengan gesit mengambil hidangan-hidangan yang baru saja matang dari panggangan, meletakkannya dengan cermat di atas nampan, dan kemudian berjalan dengan langkah pasti menuju meja yang ditempati oleh Canna dan Felix."Baklava, sebuah karya seni roti berlapis yang membawa cita rasa yang hangat telah siap," ucap Gustave sambil merasa puas dengan hasil kerjanya, "Tidak hanya itu, pancake lemon manis juga telah kusiapkan khusus untuk Lady yang manis ini." Dengan sentuhan penuh keanggunan, Gustave meletakkan hidangan-hidangan itu di depan Felix dan Canna.Namun, tak hanya itu yang membuat momen ini istimewa. Gustave
'Aku, merasa mengantuk,' pikir Canna dengan pandangan kosong.Seperti biasa, Canna berjalan di kampus akademi seperti itik yang kesepian, dikucilkan dari kelompok dan dunia sekitarnya.Saat melangkah, dia tidak bisa menguap karena menjaga citranya sebagai wanita antagonis yang elegan. Sebagai gantinya, dia menggigit bibir hingga air matanya keluar.Langkahnya menuju kelas terasa berat, matanya yang merah seperti kelilipan. Namun, dia tak bisa mengabaikan pemandangan yang terjadi di belakang gedung sihir. Di sana, suasana menjadi serius.Troy, didampingi oleh pengikut-pengikutnya, sedang bersenang-senang dengan menyiksa Dimitri. Bajingan gendut itu bahkan tidak menyadari kehadiran Canna di belakang mereka. Mereka sibuk mengejek Dimitri, sementara Canna menyaksikan semuanya dengan dingin."Hei, Tolol! Katakan berapa 12x7, huh?""...."Dimitri hanya menunduk, kacamata tebalnya nyaris terjatuh dari hidungnya."Bukankah selama ini kamu selalu mencari muka di hadapan para guru? Sekarang kat
🔞 Mature content. Bijaklah dalam membaca!__"Aku ingin sekali memasukkannya ke dalam mulutmu, tapi aku yakin itu akan merusak wajah cantik yang menggemaskan ini. Jadi, bagaimana jawabanmu?" Sambil melafalkan kata-kata vulgar itu, Axe meraih pergelangan Canna dan membiarkannya memegang kejantanannya. Terkejut dengan ketebalan yang tidak bisa dipegang dengan satu tangan, Canna mencoba menarik tangannya keluar dari dalam celananya, tetapi itu sia-sia. "Ke mana perginya keberanianmu tadi? Kamu yang melemparkan dirimu padaku, jika kamu lupa." Mata biru keabu-abuan Axe berkilat menggoda sambil menahan tubuh Canna untuk tidak bergerak. Mulanya, Canna memang hanya berniat menggodanya, tetapi kini dia justru terjebak dan tidak bisa lepas dari genggamannya. Dia sering mendengar dirinya disebut 'wanita gila', tetapi tampaknya Axe bukanlah tandingannya. Pria itu lebih gila daripada siapapun."Tapi, aku tidak tahu bagaimana cara melakukannya." Canna bergumam pelan dan berpura-pura bersikap te
Ellie membawa keranjang buah sambil berjalan menyusuri hutan. Pada sore hari seperti ini, Felix biasanya berlatih pedang di dekat danau, dan Ellie berniat menemuinya.Tepat seperti yang diduga, Felix terlihat begitu serius berlatih hingga keringatnya bercucuran. Gerakannya begitu lihai dalam mengayunkan pedang, disertai mana sihirnya yang kuat membuat aura-nya yang hangat seketika berubah menjadi seperti aura berbahaya.Ellie yang melihat itu semua di balik pohon, tiba-tiba pipinya bersemu merah karena menurutnya Felix terlihat begitu menarik.Felix yang menyadari keberadaan Ellie lantas menghentikan gerakannya dan meletakkan pedangnya, "Apa kamu akan terus bersembunyi di situ?"Ellie terkesiap dan merasa malu. Dengan langkah ragu, dia mendekati Felix dan berusaha mengurangi jarak di antara mereka. "Maaf, aku tahu aku mengganggumu saat latihan. Aku hanya ingin memberimu ini," ucapnya seraya menyodorkan keranjang berisi buah-buahan segar."Sudah kubilang aku tidak membutuhkan sesuatu s
Kelopak mata Canna terbuka hingga mengungkapkan bulu matanya yang lentik. Mengedarkan pandangan, dia mendapati dirinya berada di sebuah rumah klasik yang sederhana. Namun, ini bukanlah kamar asrama Hoover. Apakah dia berada di rumah salah satu penduduk Desa Kacang?"Kamu sudah bangun?" kata Felix sambil membawa makanan dan meletakkannya di atas nakas. "Jangan banyak bergerak, karena lukamu baru diobati.""Terima kasih sudah mengobatiku, Felix.""Bukan aku yang mengobatimu, tetapi Guru Axe. Seperti saat kejadian sebelumnya." Felix membicarakan tentang kejadian racun di Trapple Park dan saat itu Axe juga yang mengobati Canna. "Tapi mengapa kejadian buruk selalu menimpa kamu? Aku khawatir setiap kali," tambahnya sambil menghela nafas."Maaf, aku juga tidak menginginkannya," ujar Canna dengan lesu. "Tapi seseorang memukulku dari belakang. Meskipun tidak seberapa terlihat jelas, aku yakin dia adalah seorang gadis berambut pirang keemasan. Aku benar-benar tidak berbohong. Sungguh!" imbuhnya
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments