Napas Sebastian makin tersengal gusar kala tidak menemukan Cindy di kamarnya. Ia meremas ponsel Cindy yang ia temukan di dekat ranjang.
“Kita periksa kamera dulu!” ujar Lefrant mencoba menenangkan Sebastian meski sia-sia.
“Aku tidak akan melepaskan siapa pun yang sudah menculik Cindy!” Sebastian menggeram membuat sebuah ancaman. Lefrant mengangguk cepat lalu mengikuti Sebastian keluar dari kamar.
Manajer hotel tersebut kini sedang sibuk serta harus bertanggung jawab. keamanannya bisa bobol dan bocor sehingga tamu penting seperti Sebastian Arson bisa murka. Sebastian dan Lefrant masuk ke ruang kontrol untuk melihat seluruh kamera pengawas.
Tidak butuh waktu lama bagi Sebastian menemukan jika ada seseorang yang tidak dikenal menarik Cindy ke dalam sebuah koridor.
“Itu ... mana kameranya?” tunjuk Sebastian pada manajer tersebut.
“Maaf, Tuan Arson. Hanya kamera ini hanya bisa menyorot sampai pertengahan
Dion menatap Cindy dengan penuh keharuan sekaligus kesedihan. Cindy melihatnya seperti orang asing. Sesungguhnya Cindy tidak akan bisa mengingat Dion jika ia tidak memperkenalkan dirinya sebagai sepupu. Ingatan Cindy dihapus total akibat pengobatan dan percobaan medis yang dilakukan untuknya.Jason Thorn yang merawat Cindy sekaligus yang bertanggung jawab pada pengobatan dan eksperimen itu kini melihat hasilnya. Cindy yang sangat depresi setelah meninggalkan Sebastian benar-benar kehilangan seluruh ingatan dalam hidupnya. Setelah ia sadar, Dion dan Ayu memperkenalkan diri mereka sebagai saudara sekaligus membawa bukti tentang hubungan tersebut. Cindy pun mempercayai semua versi cerita yang dibawa oleh Dion dan Ayu.Dion ingin melepaskan ingatan soal Sebastian dari Cindy. Baginya, Sebastian tidak berhak mengacak-acak kehidupan Cindy. Bibi Dion, Budhe Dewi yang merupakan mendiang ibu kandung Cindy sudah berpesan pada Dion, agar Cindy tetap bersamanya dan dilepaskan dari
Sebastian berjalan melewati lobi hendak pergi mencari Cindy. Akan tetapi, langkahnya terhenti karena Jessica tiba-tiba ada di depannya. Jessica tersenyum cantik melepaskan kaca matanya berjalan mendekati Sebastian. Sebaliknya Sebastian malah mengernyit tak percaya melihat istrinya datang.“Hai, Seb!” sapa Jessica dengan sikap centil dan seksi.“Apa yang kamu lakukan di sini?” sahut Sebastian separuh menghardik. Jessica masih tersenyum lalu mendekat lagi.“Aku datang untuk mengunjungimu. Sepertinya kamu sedang liburan kan? Jadi aku datang untuk menemanimu.”Sebastian masih menatap aneh pada Jessica yang muncul seperti hantu tak diundang. Ia menoleh pada Lefrant yang ikut mendengus kesal. Entah bagaimana wanita itu bisa menemukan mereka di sana.“Aku sibuk. Cari saja kesibukan lain dan jangan ganggu aku,” tukas Sebastian langsung mengultimatum dan hendak melewati Jessica. Seperti Jessica, ia tidak akan membiarkan Sebastian lepas begitu saja.“Kalau begitu, aku ikut.” Jessica langsung ta
Sebastian mendengus kesal lalu memukul setir kemudi yang sedang ia kendalikan. Lefrant ikut terengah sambil sesekali menengok ke belakang, Tidak ada yang mengikuti sepertinya.“Ngapain sih dia ngikutin aku terus? Memangnya siapa yang ngasih tahu alamat hotel tempat aku menginap!” pungkas Sebastian menghardik kesal. Lefrant menggeleng menormalkan napasnya. Ia sempat berpikir lalu menoleh pada Sebastian.“Apa mungkin hotel yang memberi tahu?” Lefrant menebak. Sebastian ikut menoleh dan mengeraskan rahangnya. Bahkan Dion Juliandra bisa menemukan dirinya. maka bukan tidak mungkin, ayahnya juga menemukan hotel tempat Sebastian menginap.“Oh, sialan!” umpat Sebastian pelan.“Sekarang bagaimana, Pak?” tanya Lefrant lagi.“Panggil anak buah kamu. kita cari Cindy!” jawab Sebastian masih menatap ke depan dengan wajah tegang.“Lalu Jessica ....”“Ah, persetan dengan di
Cindy berbaring menyamping di kamar asing yang nyaman dan hangat. Kamar itu cukup mewah untuk Cindy meski tidak jauh berbeda dengan kamar hotel tempatnya dan Sebastian menghabiskan waktu.Waktu sudah semakin siang tetapi Cindy tidak memiliki keinginan sama sekali untuk keluar atau bicara dengan siapa pun. Setelah berbicara pada Dion, ia malah semakin ingin bertemu dengan Sebastian.Mata Cindy perlahan terpejam dan ia mencoba tidur. Setelah dibawa oleh Peter ke sebuah rumah mewah yang tidak diketahui keberadaannya, Cindy belum tertidur sedikit pun. Ia lelah tapi terus memikirkan Sebastian dan malah ingin kembali padanya. Sebastian pasti marah dan kesal melihat Cindy pergi begitu saja. Ia bisa saja membatalkan semua perjanjian yang sudah mereka buat tetapi bukan hal itu yang diinginkan oleh Cindy.Sebuah tangan meraba dari sisi pergelangan tangan sampai ke bahu dengan ujung jemari, kala Cindy membuka perlahan matanya. Ia menoleh perlahan dan wajah serta ujung hidung Sebastian makin mend
Cindy menarik napas panjang dan menenangkan diri usai mimpi yang ia alami. Segera Cindy merapatkan kedua pahanya agar tidak ketahuan. Ia baru saja bermimpi erotis dengan Sebastian dan hal itu tidak diketahui oleh Venus.“Kamu gak apa-apa?” tanya Venus dengan sikap yang lebih tenang meski wajahnya masih sangat cemas. Cindy mengangguk pelan dan menundukkan wajahnya. Venus pun tersenyum seraya mengusap sisi lengan Cindy.“Kamu tadi mimpi buruk ya? Soalnya kamu terus menyebut nama Sebastian. Apa dia sedang melakukan hal yang buruk sama kamu?” tanya Venus dengan suara lembutnya. Cindy jadi merona malu. Tidak mungkin jika dirinya mengatakan hal yang jujur tentang mimpi yang dialaminya. Cindy pasti sangat malu untuk mengakuinya.Venus lalu menggeleng dan terkekeh tak enak. Ia pun menggenggam tangan Cindy untuk menghiburnya dari mimpi buruk yang baru saja melanda.“Aku ngomong apa sih, maaf, Cin. Aku gak bermaksud buat bikin kamu takut dan trauma mengingat hal yang buruk. Maafkan aku, Cindy,”
Dion Juliandra bersama teman-temannya mencari tahu informasi sekecil apa pun soal Sebastian Arson. Selama ini, mereka hanya fokus pada Gareth Moultens dan orang-orang di sekitarnya. Mereka melupakan soal Sebastian yang merupakan adik dari mendiang Samuel Arson. Beberapa hal kemudian menjadi pemikiran Dion karena terdapat kejanggalan. Terutama dari bentuk fisik Samuel dan Sebastian yang jauh berbeda.“Dari foto-foto masa kecil Samuel, tidak ada foto Sebastian. Jika melihat dari umur, Sebastian hanya terpaut lima tahun dari Samuel. Bukankah seharusnya, mereka memiliki foto bersama sewaktu kecil?” ujar Dion mengungkapkan rasa penasarannya. Ia menoleh pada Arion yang juga mengangguk setuju.“Hal aneh memang meski beberapa keluarga melakukannya. Terutama jika salah satu anggota keluarga itu bukanlah anggota keluarga inti,” jawab Arion menambahkan. Raut Dion tampak tegang. Ia melihat lagi pada layar laptop di depannya lalu memindahkan pada gambar berikutnya.“Ternyata dia anak yang pintar.
Kening Sebastian mengernyit kala melihat nomor yang tidak teridentifikasi di layar ponselnya. Ia melirik pada Lefranyt yang duduk berhadapan dengannya.“Siapa yang menelepon?” tanya Lefrant ikut mengernyit heran. Sebastian menggelengkan kepala.“Jessica ... apa mungkin dia yang menghubungiku?” ujar Sebastian dengan nada rendah dan tampak cemas.“Dia gak tahu kan nomormu, Pak.” Sebastian mencebik lalu membuang muka ke samping. tangannya tidak kunjung mengambil ponsel tersebut dan mengangkat panggilannya. Ia mengabaikan sejenak sampai deringnya mati. Matanya masih melirik pada layar ponsel yang kembali menampilkan nomor yang sama. Nomornya tak terlihat seperti sedang disembunyikan. Rasa penasaran akhirnya membuat Sebastian mengangkat panggilan tersebut.“Halo?” sapa Sebastian lebih dulu.“Akhirnya kau mengangkat panggilanku. Namaku Dion Juliandra.” Mata Sebastian membesar lalu menatap Lefrant yang tampak serius.“Apa maumu? Mana Cindy?” hardik Sebastian. Wajahnya jadi tegang karena ia a
Jason Thorn melakukan pemeriksaan fisik pada Cindy setelah makan malam. Secara kasat mata, Cindy tampak baik-baik saja. Tetapi saat itu memeriksa bagian kaki dan siku, kening Jason mengernyit.“Apa luka ini sudah lama?” tanya Jason menunjuk pada bekas luka di lutut lalu bagian siku. Cindy terkesiap dan membesarkan matanya. Ia menaikkan pandangan pada Jason yang menatapnya tajam. Cindy pun mengangguk cepat.Jason yang memakai sarung tangan latex lalu menekan kulit Cindy yang berbekas luka itu dengan ujung jarinya. Lukanya hanya tinggal bekas dan sepertinya tidak sakit lagi.“Bisa ceritakan luka ini disebabkan oleh apa?” tanya Jason lagi masih terus menelisik luka tersebut. Dilihat dari bekasnya, Jason bisa memperkirakan jika luka tersebut akibat benturan keras benda tumpul.“Aku terjatuh dari tangga.” Cindy menjawab dengan nada terdengar ragu.“Berapa kali?” Cindy melihat lagi pada lukanya.&ldq