“Kamu harus tidur denganku atau bayar utang suamimu sekarang. Jika tidak, jangan salahkan aku jika kamu tidak akan pernah bisa pulang!” Cindy Andriana Halim rasanya tidak bisa berpikir jernih saat mengetahui suaminya menjadikannya jaminan di meja judi. Parahnya lagi, suaminya kalah, sehingga Cindy dipaksa melayani birahi Sebastian Arson, mantan bosnya yang ternyata memenangkan pertaruhan tersebut. Pria itu tampaknya kembali ke Indonesia untuk mendapatkan Cindy, sumber obsesi tergelapnya. Lantas, bagaimana caranya Cindy dapat melepaskan dirinya dari Sebastian?
View More“Apa kamu bertemu Mama kamu lagi?” tanya Sebastian makin penasaran. Cindy menggeleng.“Lalu Dion? Dion Juliandra apa dia bersama kamu?” Cindy mengangguk.“Apa Mas Seb kenal Mas Dion?” tanya Cindy lembut. Wajah Sebastian tidak berubah. Ia masih sama datar dan dinginnya. Sebelah jemari Sebastian kemudian memilin rambut Cindy dengan lembut. Ia menahan rasa marahnya pada Dion Juliandra. Pria itu sudah menjebak dan menipu banyak orang termasuk dirinya.“Iya, aku kenal dia. Dulu namanya Steven, tapi ternyata dia berbohong.” Sebastian menjawab dengan nada sinis. Cindy sampai tertegun mendengar hal tersebut. Cindy masih mengingat Dion dan sikapnya yang sangat baik. Dion membantu Cindy sampai akhirnya mereka berpisah karena ia harus kembali ke Amerika.“Apa yang dilakukan oleh Mas Dion, Mas?”Pertanyaan Cindy membuat Sebastian mengeraskan rahangnya. Ia menarik napas panjang tapi sesak dan berat. Se
Ujung jemari Sebastian memutar lembut pada ujung pundak Cindy yang sedang tertidur di dalam pelukannya. Senyuman Sebastian tidak lekang karena hatinya sedang bahagia. Rasa cintanya pada Cindy terungkap begitu saja. Hidung Sebastian membaui ujung kening Cindy lalu bibirnya mengecup lembut. Cindy yang terlelap lantas sedikit membuka matanya. Ia masih menyandarkan diri pada Sebastian yang memberikan kehangatan cinta yang tak pernah padam untuk Cindy.Cindy pun sedikit menggeliat lalu menaikkan kepala dan memandang Sebastian yang separuh bersandar berbaring. Sebastian tersenyum, tak melepaskan belaian dari rambut Cindy.“Mas?”“Kamu uda bangun, Sayang?” Sebastian bertanya dengan lembut nyaris berbisik. Cindy menundukkan pandangannya dengan wajah merona yang terlihat jelas. Sebastian jadi makin gemas. Cindy masih malu-malu padahal ia bisa merasakan jika Cindy memang menyukainya.“Kenapa kamu malu, Sayang? Apa yang kamu pikirkan? Kita sudah melakukan banyak hal.” Cindy menaikkan pandanganny
Pesta di Majorca, Spanyol berlangsung tanpa henti. Selama 48 jam, Jessica Morine Sanjaya berpesta dengan minum dan berjoget sesuka hati. Tak lupa, ia pun berkencan dengan salah satu selebriti pria yang sudah mengincarnya dari hari pertama mereka menginjakkan kaki di pulau tersebut. Majorca yang indah dan hangat semakin membara dengan birahi di atas ranjang Jessica dan sang selebriti.Tak cukup sekali tapi sampai beberapa keduanya bergumul dalam peluh tanpa sehelai benang pun. Jessica sangat senang dipuaskan dan ia menyenangi pria tampan. Siapa yang peduli jika ia sudah menikah dengan Sebastian Arson yang juga memiliki pesona luar biasa. Hanya saja, Jessica tidak datang saat pernikahannya sehingga ia tidak tahu wajah Sebastian sama sekali.“Oh, yes!” Jessica memekik puas seraya terengah. Ia menghempaskan punggungnya usai melakukan hubungan tanpa berbaring. Sang pria juga terengah puas dan ikut berbaring di samping Jessica─tanpa pakaian sama sekali.“Owh, ternyata Dee benar soal dirimu.
Seraya menyengir nakal penuh kemenangan, Sebastian menenggelamkan hasratnya dengan menggigit pelan leher Cindy. Ia sudah tidak peduli sedang berada di mana saat ini. Perjalanan menggunakan pesawat pribadi memudahkan Sebastian melakukan yang ia inginkan di atas awan dengan membawa Cindy terbang. Cindy pun menggeliat sekaligus menggelinjang pelan. Rasa berdesir menjalar dari tengkuk sampai ujung kaki. Panas sekaligus menggairahkan.“Mas, please jangan,” desah Cindy di dekat telinga Sebastian.“Jangan apa? jangan berhenti?” sindir Sebastian masih dengan keasyikannya mengulum kulit leher Cindy dan sebelah tangannya bermain memilin ujung puncak bukit kembar Cindy yang menegang. Tangan Cindy kemudian memberanikan untuk menghentikan tangan nakal itu semakin mempermainkan miliknya.“Cukup, Mas. Jangan ... kita sedang di pesawat.”“Lalu?” Sebastian makin sinis bertanya. Sebastian sedikit menjarakkan wajahnya dari Cin
Cindy seperti orang gagu setelah kedapatan hendak menghubungi Melvin. Ia tidak memiliki alasan atau pun mampu membela diri. yang dilakukan Sebastian kemudian merusak ponsel Cindy dengan membenturkan LCD nya pada ujung meja.“Mas, itu ....” Cindy separuh memekik karena ponselnya dirusak Sebastian. Tidak hanya itu, Sebastian melepaskan kartu sim yang ada di dalam ponsel untuk kemudian dibuangnya ke toilet sebelum di flush. Cindy hanya bisa bersedih ingin protes tapi tidak bisa.“Kamu berani hubungi dia di belakangku ya? Kamu pikir aku ga akan tahu apa pun yang kamu lakukan?” ucap Sebastian seraya mengibaskan ponsel itu di depan Cindy saat memperingatkannya. Ia lalu melemparkan ponsel itu ke dalam tong sampah.“Tapi, Mas. itu kan ponselku!” Cindy masih protes. Ia mulai kesal dan marah meski tadi sempat terbuai dengan sikap Sebastian yang membuatnya bergairah.“Aku bisa belikan ratusan bahkan ribuan ponsel yang kamu m
“Aku gak ingat sama sekali soal penjara itu, Mas. Beneran ....” Cindy mengaku dengan suara nyaris berbisik lembut. Sebastian masih menatap Cindy lekat lalu membelai kepalanya.“Apa kamu gak ingat kalau kamu pernah di New York?” tanya Sebastian masih mengorek keterangan dari Cindy. Ia sangat penasaran dengan kejanggalan kejadian yang membuat Cindy bersikeras tidak mengingatnya sama sekali.“Iya, aku pernah di New York, tapi aku gak ingat pernah kerja di sana. Cuma ... aku gak nyaman balik ke sana, Mas. Ga ada yang aku kenali di sana,” ujar Cindy dengan raut muram serta sedih. Sebastian menarik napas panjang dengan raut serius yang tak jauh berbeda. Ia meyakini jika Cindy memang sudah mengalami sesuatu yang tidak ia ketahui.“Kita akan cari tahu apa yang terjadi di sana, hmm ....”“Rasanya aku gak mau balik ke sana. Kalau ada apa-apa, bagaimana?”“Ada apa-apa?” Sebastian mengulan
Cindy perlahan membuka matanya lalu sadar tiba-tiba. Ia langsung bangun serta duduk dengan wajah kebingungan. Cindy baru menarik napas lega saat menyadari jika ia masih di kabin kamar pesawat pribadi dalam perjalanan ke New York. Cindy memegang dirinya dan menyadari jika pakaiannya masih utuh. Ia baru ingat kalau Sebastian menciumnya. Cindy bahkan tidak mengetahui waktu karena perjalanan di pesawat yang cukup lama serta panjang. Tiba-tiba pintu terbuka dan Cindy tersentak kaget.“Sudah bangun, Sayang? Kita sudah mau transit sebentar, ayo keluar.” Sebastian mengajak Cindy keluar dari kamar untuk duduk kembali ke kursi mereka. Cindy pun berdiri dan Sebastian memegang tangannya. Ia tersenyum dengan sikapnya yang lembut seraya membelai kepala Cindy. Tangannya menarik Cindy keluar dari kabin.Setelah pesawat turun, Sebastian menggandeng Cindy ke ruang tunggu VIP. Masa transit akan berlangsung sekitar 1-2 jam. Waktu yang cukup untuk makan malam. Sikap Sebastian m
Melvin jadi kelabakan sekaligus salah tingkah melihat Keyla yang tiba-tiba keluar. Terlebih Melvin tidak lagi terlihat terlalu terluka dengan kakinya. Kedua pria yang berdiri di depan pintu itu pun sedikit mengangkat dagu mereka. Mereka mencari Cindy sesuai dengan foto serta ciri-ciri yang diberikan. Sedangkan wanita yang muncul di rumah Melvin Hadinata ternyata bukan Cindy.“Key, ngapain kamu keluar?!” hardik Melvin dengan nada tertahan. Keyla jadi mengernyit bodoh tak mengerti. Ia pikir jika Melvin mungkin sedang mengerjainya.“Kamu bagaimana sih, Mas? Aku kan cuma tanya. Habisnya kamu lama banget sih!” Keyla membalas dengan ketus serta kesal. Kedua pria tersebut menghela napas panjang dengan raut malas lalu membuang muka. Tinggal Melvin yang kini harus kelabakan mencari alasan yang tepat pada dua orang yang ia kira adalah utusan Sebastian Arson.“Masuk!” Melvin kembali menggeram sekaligus melotot pada Keyla.“Ih, aneh! Siapa sih mereka? Jangan bilang kamu mau nongkrong di luar sama
Seorang pria datang ke kediaman orang tua Melvin Hadinata. Pria itu mengenakan pakaian biasa dan jaket hitam. Ia melihat ke kanan dan kiri mengawasi semuanya. Ia sudah mengawasi rumah itu selama dua hari dan sepertinya salah satu pembantu mengenalinya.“Bapak siapa?” teriak pembantu itu pada pria yang sedang mengawasi rumah tersebut. Pria itu datang mendekat lalu berdiri di depan teras dengan sikap dingin tanpa senyuman sama sekali.“Pak Melvin ada?” tanya pria itu tanpa basa basi. Pembantu itu menggelengkan kepalanya. Ia tidak mau sepenuhnya membuka pintu karena sudah sangat curiga pada pria asing tersebut.“Ke mana dia?“Gak tahu!” pembantu itu makin menjawab ketus.“Gak mungkin!”“Bapak ini siapa tanya-tanya Pak Melvin!” pembantu itu tidak gentar menghardik.“Polisi!” pembantu langsung diam. Ia mulai tercengang dan agak mundur karena gentar.“P-Polisi? G-Gak mungkin!” pembantu itu menyahut tak percaya. Pria yang mengaku polisi itu lantas mengeluarkan identitasnya lalu memperlihatka
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.