Obsesi Liar Mantan Bosku

Obsesi Liar Mantan Bosku

By:  Andromeda Venus  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings
136Chapters
2.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

“Kamu harus tidur denganku atau bayar utang suamimu sekarang. Jika tidak, jangan salahkan aku jika kamu tidak akan pernah bisa pulang!” Cindy Andriana Halim rasanya tidak bisa berpikir jernih saat mengetahui suaminya menjadikannya jaminan di meja judi. Parahnya lagi, suaminya kalah, sehingga Cindy dipaksa melayani birahi Sebastian Arson, mantan bosnya yang ternyata memenangkan pertaruhan tersebut. Pria itu tampaknya kembali ke Indonesia untuk mendapatkan Cindy, sumber obsesi tergelapnya. Lantas, bagaimana caranya Cindy dapat melepaskan dirinya dari Sebastian?

View More
Obsesi Liar Mantan Bosku Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Trinagi
bagus ceritanya
2024-03-01 23:10:55
1
user avatar
L.A. Zahra
Seru.. meski agak kasian sama Cindy 🥲 lanjut terus, semangat Thor!
2024-03-01 23:07:24
0
136 Chapters
Bab 1. Penebus Utang
“Straight flush!” ucap bandar mengarahkan tangannya pada Sebastian Arson. Sebastian menaikkan ujung bibirnya melengkungkan seringai kemenangan atas permainan poker malam ini. Ia memimpin dan memenangkan permainan tersebut dengan nilai tertinggi. Kartunya dijejerkan oleh bandar agar pemain lain dapat melihat terutama Melvin Hadinata. Napas Melvin menderu lebih keras. Peluh keluar dari dahinya. Ia menyeka keringat dingin tersebut tanpa bisa menghentikannya keluar. Ia kalah besar malam ini. Matanya memejam beberapa kali. “Bagaimana sekarang? Apa lagi yang mau kau pertaruhkan, Melvin?” tanya Sebastian dengan sikap angkuhnya. Sebelah jemarinya masih menggesekkan ujung kartu di atas meja poker. Bandar membereskan kartu-kartu untuk dikocok jika pemain hendak melanjutkan. “Kasih aku kesempatan sekali lagi ....” Melvin mencoba memohon. “Cih, kau uda kehilangan uang, mobil, saham, rumah─” Sebastian menunjuk dengan tatapan tajamnya. “Apa lagi yang tersisa? Oh iya, Cindy, dia istrimu, kan?”
Read more
Bab 2. Ternoda
Sementara itu di kamar yang muram, Cindy menangis dan memohon agar dilepaskan. Ia bahkan tidak mengerti atas apa yang terjadi atau siapa pria yang sedang menindih tubuhnya.“Tolong lepaskan aku, tolong!” Cindy terisak putus asa. Air matanya terus mengalir dengan wajah yang memerah. Ia bahkan tak kuasa melawan saat Sebastian menghunjamkan cucup kasar ke kulit lehernya yang lembut dan mulus.Deru napas Sebastian begitu panas. Ia berada di antara amarah dan kerinduan yang dalam. Marah karena Cindy memilih pria lain dan marah karena wanita itu tidak mengingatnya lagi.“Untuk apa kamu menangis? Huh, kamu pura-pura gak kenal sama aku,” geram Sebastian dengan sebelah tangannya mencengkeram rahang Cindy. Ia menyentakkan Cindy yang terisak. Perlahan Cindy diam menenangkan diri. Ia menelan ludah lalu membuka mata dan berusaha menatap Sebastian yang menatapnya dengan pandangan liar serta tajam.Sejenak Cindy menatap mata pria itu. Bola mata itu seakan tak asing baginya. Otak Cindy sedang berpiki
Read more
Bab 3. Malam Kelabu
Cindy tidak bergerak dan meringkuk di balik selimut yang membalut tubuhnya. Ia membelakangi Melvin yang duduk di ujung ranjang. Melvin masih cukup sadar dari mabuknya untuk melihat keadaan Cindy.“Cindy?” sebutnya pelan.“Pergi,” jawab Cindy dengan suara pelan nyaris tak terdengar. Melvin menundukkan kepalanya lalu berdiri dan keluar lagi dari kamar. Dari pada harus menghadapi kesedihan Cindy, Melvin pun kembali keluar dari kamar. Sedangkan Cindy tidak sanggup bangun untuk menghadapi kenyataan yang terjadi. Ia merasa kotor dan sangat tidak berharga. Air mata Cindy terus menetes dan akhirnya ia hanya terisak.“Mengapa ini terjadi padaku?” isak Cindy pelan memeluk bantal serta terus menangis. Sementara Melvin pergi menghabiskan waktu di kamar lain. Ia tahu apa yang terjadi pada Cindy dan yang bisa ia lakukan adalah berpura-pura tidak tahu.Keesokan harinya, Melvin kembali ke kamar Cindy untuk menemui istrinya. Di depan pintu, ia sempat berdiri untuk berpikir. Setelah beberapa saat, Melv
Read more
Bab 4. Pekerjaan Baru
Beberapa hari setelahnya, Melvin memanggil seluruh pelayan di rumah mewahnya. Pagi-pagi sekali ia memecat seluruh pelayan yang terdiri dari lima orang pembantu, dua sopir dan tiga satpam. Melvin membayarkan pesangon saat itu juga dan meminta mereka pergi. Cindy yang kebingungan melihat sikap suaminya kemudian datang menghampiri.“Mas, kenapa kamu memecat mereka? Mereka salah apa?” tanya Cindy dengan kening mengernyit.“Mulai sekarang kamu akan bekerja sendiri. Aku udah gak sanggup bayar pembantu.” Melvin menjawab dengan tegas. Ia tampak menahan marah pada Cindy yang tidak bersalah.“Tapi ....”“Aku kan sudah bilang kalau kamu mau tetap bisa hidup mewah kamu harus bekerja, tapi kamu ngotot masih tetap jadi ibu rumah tangga. Kita kan belum punya anak. Seharusnya gampang buat kamu bekerja di luar,” sahut Melvin kembali marah. Cindy hanya diam dan menundukkan wajahnya. Mimpi buruknya bahkan belum pulih sepenuhnya dari kejadian dua minggu lalu. Sekarang ia sudah dipaksa bekerja lagi oleh s
Read more
Bab 5. Dari Masa Lalu
Cindy terus menundukkan wajahnya kala mengetahui jika Sebastian Arson adalah CEO yang akan menjadi bosnya. Padahal susah payah Cindy mencoba memulihkan diri dari kejadian dua minggu lalu dan kini ia malah masuk perangkap Sebastian.“Tanda tangan kontrak kamu sekarang!” Sebastian memerintahkan Cindy setelah manajer HRD meletakkan sebuah dokumen di depan Cindy. Cindy mengangkat kepalanya lalu matanya mengarah dari Sebastian ke kontrak kerja di depannya. Cindy lalu menggeleng cepat dan menolak.“Maaf, saya tidak jadi melamar pekerjaan ini,” jawab Cindy dengan suara rendah sekaligus bergetar. Manajer HRD dan wakil CEO, Edward Harsa langsung menoleh pada Cindy. Sedangkan Sebastian duduk di sofa di depan Cindy dengan sikap angkuh dan sebelah tangan terlipat mengepal di dekat wajahnya. Pandangan Sebastian yang tajam membuat Cindy takut. Cindy nyaris meneteskan air mata karenanya. Seketika tubuhnya sakit seperti saat malam kelabu itu kembali lagi.“Tapi Bu Cindy sudah diterima bekerja dan seh
Read more
Bab 6. Bos Gila
Cindy begitu kaget saat Sebastian mendorongnya ke pinggir meja di depan kursi. Sebastian masih dalam posisi duduk dan Cindy dipaksa bersandar di ujung meja.“Ah, lepas! Bapak mau apa!?” Cindy mencoba melawan tetapi tangan Sebastian dengan cepat menaikkan sebelah kaki paha Cindy. “Diam!” ancam Sebastian sedikit melotot. Cindy sedikit terengah dan ketakutan saat tangan Sebastian memegang pahanya. Sebelah tangan lagi mengambil plester luka dan lalu menempelkannya pada lutut Cindy yang terluka. Barulah Cindy berhenti.“Ahh.” Cindy sedikit mengaduh karena rasa sakit dari lututnya yang berdarah. Sebastian tak peduli lalu mengambil selembar tisu untuk menyeka sisa darah yang akan mengering.“Jangan pikir aku sedang berbaik hati.” Sebastian tiba-tiba bicara, lalu matanya naik memandang Cindy yang masih sangat gugup dan takut. Ujung bibirnya naik saat tangannya yang semula menempelkan plester kini mengelus kulit paha Cindy dari lutut semakin naik ke atas.Rasa tidak nyaman dan tidak suka lang
Read more
Bab 7. Suami Tak Bertanggung Jawab
Saat pintu ruang CEO terbuka, seorang pria masuk dan berhenti di dekat pintu. Saat itulah, Sebastian yang sedang mencekal Cindy lantas berpaling dan melepaskan cengkeramannya. Cindy seperti tak punya tungkai, ia jatuh ke lantai terduduk begitu saja.Pria itu melirik pada Cindy dengan tatapan dingin lalu kembali pada Sebastian yang menahan amarah dan geraman pada rahangnya.“Maaf mengganggumu, Pak,” ujar pria tersebut. Sebastian tidak menjawab dan kembali melihat pada Cindy yang sedang terengah meraih udara ke paru-parunya.“Kenapa kamu diam sekarang?” hardik Sebastian. Cindy tidak mau menjawab. Air matanya terus tumpah dari sudut matanya. Ia merasa dirinya begitu kotor saat ini, disentuh berkali-kali oleh pria yang tidak ia kenal. Padahal dirinya adalah seorang istri dari pria terhormat.“Masih gak mau liat aku?” gumam Sebastian dengan nada rendah yang sama. Sebastian berdiri angkuh di depan Cindy yang menarik pelan ujung blazernya agar menutupi tubuh depannya lagi. Pandangan matanya
Read more
Bab 8. Perjanjian Sehidup Semati
Cindy duduk di sofa di ruangannya dengan kedua tangan tetap memegang ujung blazernya agar tidak memperlihatnya bagian depan tubuhnya. Ia tengah memperhatikan beberapa dokumen yang diletakkan di atas meja oleh seorang pengacara bernama Lefrant Emir.“Ini adalah seluruh rincian pinjaman uang yang sudah diterima oleh suami Anda, Melvin Hadinata pada Bapak Sebastian Arson. Perjanjian terakhirnya adalah Melvin menyerahkan Anda sebagai jaminan utang yang harus ia tebus dalam waktu satu minggu. Sayangnya, ini bahkan sudah jatuh tempo dan melewati tenggat waktu bayar,” ujar Lefrant dengan sikap dingin.Pria berkaca mata itu memandang Cindy yang tampak tertegun sekaligus ketakutan. Cindy meneteskan air matanya tanpa ia sadari. Matanya menatapi lagi dokumen perjanjian utang Melvin.“Berapa jumlahnya?” Cindy bertanya dengan suara sangat rendah.“Totalnya 15 milyar.” Cindy membuka mulutnya tak percaya lalu mengatupkannya lagi erat-erat. Kedua tangannya mengepal serta meremas ujung blazer sambil m
Read more
Bab 9. Pertahanan Yang Robek
Cindy menggeleng cepat dan tidak mau menuruti Sebastian sama sekali. Pria gila yang sekarang menjadi bosnya itu tetap menatap tajam pada Cindy. Setelah tanpa rasa malu memintanya melepaskan pakaian, Sebastian masih berlaku kasar. Ia menarik ujung blazer Sofie sampai terlepas. “Ahk, jangan!” pekik Sofie karena blazernya dipaksa lepas oleh Sebastian yang menariknya dengan kasar. Lefrant Emir hanya diam saja menyaksikan bos sekaligus sahabatnya itu tengah menyiksa Cindy. “Ini akibatnya jika kamu gak mau nurut!” bentak Sebastian. Ia menyentakkan blazer yang masih terpasang di tubuh Cindy dengan rasa kesal yang luar biasa. Sebastian terengah karena emosi yang menumpuk untuk Cindy. Sedangkan Cindy menahan keras isak tangisnya meski tak bisa. “Apa sih maumu?” Sebastian kembali membentak. “Lepaskan saya, Pak. Saya gak tahu apa pun.” Cindy menangis pelan serta memohon. Kulitnya sudah sakit serta perih karena gesekan keras dari blazer yang ditarik paksa tersebut. Sebastian masih belum berhen
Read more
Bab 10. Luka Hati Terdalam
Dengan menumpang sebuah taksi, Cindy pulang ke rumahnya. Hari masih sore tapi bagi Cindy semua telah berubah malam─gelap dan dingin. Matanya terus memandang ke arah luar. pandangan kosong dengan bekas jejak air mata yang sudah mengering di sudut mata. Rasa sesak sudah berganti dengan rasa sakit yang tak bisa diungkapkan. Hari ini adalah hari pertama. Lantas apa yang akan terjadi besok? Apakah Cindy harus menghadapi hal yang sama. Tidak, dia tidak akan pernah sanggup.“Bu, sudah sampai.” Teguran sopir taksi online sedikit menyentakkan Cindy dari lamunannya yang sudah menerawang jauh. Cindy mengangguk lalu mengambil dompet untuk menarik dua lembar uang lima puluh ribuan lalu memberikannya pada sopir tersebut. Setelah membayar, Cindy keluar dari mobil dengan rasa sakit yang masih terasa di bawah tubuhnya. Cindy sudah berganti pakaian dengan dress baru karena pakaiannya telah dirusak Sebastian.Di depan rumahnya yang mewah, Cindy melihat mobil Melvin terparkir
Read more
DMCA.com Protection Status