Cindy menarik napas panjang dan menenangkan diri usai mimpi yang ia alami. Segera Cindy merapatkan kedua pahanya agar tidak ketahuan. Ia baru saja bermimpi erotis dengan Sebastian dan hal itu tidak diketahui oleh Venus.“Kamu gak apa-apa?” tanya Venus dengan sikap yang lebih tenang meski wajahnya masih sangat cemas. Cindy mengangguk pelan dan menundukkan wajahnya. Venus pun tersenyum seraya mengusap sisi lengan Cindy.“Kamu tadi mimpi buruk ya? Soalnya kamu terus menyebut nama Sebastian. Apa dia sedang melakukan hal yang buruk sama kamu?” tanya Venus dengan suara lembutnya. Cindy jadi merona malu. Tidak mungkin jika dirinya mengatakan hal yang jujur tentang mimpi yang dialaminya. Cindy pasti sangat malu untuk mengakuinya.Venus lalu menggeleng dan terkekeh tak enak. Ia pun menggenggam tangan Cindy untuk menghiburnya dari mimpi buruk yang baru saja melanda.“Aku ngomong apa sih, maaf, Cin. Aku gak bermaksud buat bikin kamu takut dan trauma mengingat hal yang buruk. Maafkan aku, Cindy,”
Dion Juliandra bersama teman-temannya mencari tahu informasi sekecil apa pun soal Sebastian Arson. Selama ini, mereka hanya fokus pada Gareth Moultens dan orang-orang di sekitarnya. Mereka melupakan soal Sebastian yang merupakan adik dari mendiang Samuel Arson. Beberapa hal kemudian menjadi pemikiran Dion karena terdapat kejanggalan. Terutama dari bentuk fisik Samuel dan Sebastian yang jauh berbeda.“Dari foto-foto masa kecil Samuel, tidak ada foto Sebastian. Jika melihat dari umur, Sebastian hanya terpaut lima tahun dari Samuel. Bukankah seharusnya, mereka memiliki foto bersama sewaktu kecil?” ujar Dion mengungkapkan rasa penasarannya. Ia menoleh pada Arion yang juga mengangguk setuju.“Hal aneh memang meski beberapa keluarga melakukannya. Terutama jika salah satu anggota keluarga itu bukanlah anggota keluarga inti,” jawab Arion menambahkan. Raut Dion tampak tegang. Ia melihat lagi pada layar laptop di depannya lalu memindahkan pada gambar berikutnya.“Ternyata dia anak yang pintar.
Kening Sebastian mengernyit kala melihat nomor yang tidak teridentifikasi di layar ponselnya. Ia melirik pada Lefranyt yang duduk berhadapan dengannya.“Siapa yang menelepon?” tanya Lefrant ikut mengernyit heran. Sebastian menggelengkan kepala.“Jessica ... apa mungkin dia yang menghubungiku?” ujar Sebastian dengan nada rendah dan tampak cemas.“Dia gak tahu kan nomormu, Pak.” Sebastian mencebik lalu membuang muka ke samping. tangannya tidak kunjung mengambil ponsel tersebut dan mengangkat panggilannya. Ia mengabaikan sejenak sampai deringnya mati. Matanya masih melirik pada layar ponsel yang kembali menampilkan nomor yang sama. Nomornya tak terlihat seperti sedang disembunyikan. Rasa penasaran akhirnya membuat Sebastian mengangkat panggilan tersebut.“Halo?” sapa Sebastian lebih dulu.“Akhirnya kau mengangkat panggilanku. Namaku Dion Juliandra.” Mata Sebastian membesar lalu menatap Lefrant yang tampak serius.“Apa maumu? Mana Cindy?” hardik Sebastian. Wajahnya jadi tegang karena ia a
Jason Thorn melakukan pemeriksaan fisik pada Cindy setelah makan malam. Secara kasat mata, Cindy tampak baik-baik saja. Tetapi saat itu memeriksa bagian kaki dan siku, kening Jason mengernyit.“Apa luka ini sudah lama?” tanya Jason menunjuk pada bekas luka di lutut lalu bagian siku. Cindy terkesiap dan membesarkan matanya. Ia menaikkan pandangan pada Jason yang menatapnya tajam. Cindy pun mengangguk cepat.Jason yang memakai sarung tangan latex lalu menekan kulit Cindy yang berbekas luka itu dengan ujung jarinya. Lukanya hanya tinggal bekas dan sepertinya tidak sakit lagi.“Bisa ceritakan luka ini disebabkan oleh apa?” tanya Jason lagi masih terus menelisik luka tersebut. Dilihat dari bekasnya, Jason bisa memperkirakan jika luka tersebut akibat benturan keras benda tumpul.“Aku terjatuh dari tangga.” Cindy menjawab dengan nada terdengar ragu.“Berapa kali?” Cindy melihat lagi pada lukanya.&ldq
Sebastian hanya bisa duduk termenung diam di kamar hotelnya sendirian. Setelah keadaan aman dan Jessica tidak lagi menguntitnya, ia kembali ke hotel untuk berpikir serta beristirahat. Sebastian bahkan melewatkan makan malamnya.Lefrant yang mengurus semuanya hanya bisa menawarkan makan malam pada Sebastian yang diam saja.“Apa sudah ada kabar? Cindy menelepon?” tanya Sebastian pada Lefrant yang masuk ke kamarnya. Lefrant menggelengkan kepalanya.“Aku tidak bisa menemukan nomor telepon yang menghubungimu tadi siang, Pak. Dion Juliandra memang bekerja sama dengan polisi untuk mengambil Cindy,” jawab Lefrant. Sebastian membuang pandangannya ke samping. Ia mengeraskan rahang lalu memejamkan matanya begitu kesal.“Aku rasa itu mungkin ada hubungannya kenapa Polisi belum menemukan Nona Cindy,” sambungnya lagi.“Lef, aku harus segera mendapatkan Cindy. Aku harus menikahi Cindy secara hukum dan sah, agar dia gak bi
Dion tersenyum melihat Cindy yang sudah mau makan bersamanya dan Venus. Venus juga terlihat bahagia berkumpul dengan Cindy dan Ayu. Terlebih Ayu yang mengambil tempat di samping Cindy. Sedangkan Peter duduk diapit suami Ayu dan Dion.“Makan yang banyak. Ayu sengaja buat makanan sebanyak ini untuk kamu,” ujar Dion dengan senyuman pada Cindy. Cindy hanya tersenyum sekilas dan meneruskan makan. Ia memang tidak banyak bicara. Peter masih memperhatikan Cindy beberapa saat sambil mengunyah. Ia belum sempat berbicara pada Cindy selama dua hari ini.“Oh iya, penerbangan kita jam berapa, Mas?” tanya Rendi, suami Ayu pada Dion. Cindy lantas menghentikan makan dan menaikkan pandangan pada Dion. Dion yang menyadari pandangan Cindy lalu tersenyum pada Rendi.“Uhm, nanti sore. Kita berangkat pakai pesawat dari Winthrop saja.” Dion lalu melirik pada Cindy yang masih tertegun menatapnya.“Kita mau ke mana?” Cindy pun akhirnya bicara. Venus lalu tersenyum dan menyentuh lengan Cindy sampai ia menoleh p
Lefrant segera memberikan laporannya pada Sebastian begitu ia mendapatkan informasi soal Cindy. Sebastian tidak tidur atau makan dengan baik. Sudah lebih dari tiga hari dan kabar soal Cindy masih simpang siur.“Pak, aku dapat informasi penting.” Sebastian yang sedang melamun langsung berdiri dari kursinya. Ia bergegas mendekati Lefrant yang memperlihatkan tabletnya.“Pesawat Winthrop Corp terlihat di parkiran bandara pribadi The Stone di sebelah utara. Lihat ini!”Lefrant memperlihatkan beberapa gambar dan Sebastian seketika bersemangat. Ia tersenyum dan mengangguk cepat.“Apa ada jejak Cindy?” Lefrant kembali menggeleng.“Belum. Tapi setidaknya kita tahu kalau salah satu keluarga Harristian ada di Las Vegas.” Sebastian sedikit tertegun lalu mengangguk.“Venus Harristian sudah kembali pada Dion Juliandra. Mereka pasti menggunakan fasilitas dari Wintrop untuk datang kemari. Aku rasa mereka
Cindy menatap kaku pada layar ponsel Ayu. Ayu tidak tahan mendengar pengakuan Cindy yang selama ini malah membayarkan pengobatan Melvin. Padahal seharusnya Melvin lah yang bertanggung jawab. Terlebih Melvin ternyata adalah pihak yang mengenalkan Cindy pada Sebastian. Emosi dan kekesalan Ayu makin memuncak.“Mbak ini ...?” Cindy menunjuk pada video hasil rekaman kamera tersembunyi di jaket saat dua anak buah Peter dan Dion datang ke apartemen Melvin dan Cindy.“Mas Dion dan Peter ngirim dua orang polisi ke sana, ke apartemen kamu. Ternyata pas Melvin buka pintu ada perempuan lain keluar dari kamar. Dan rekaman ini diperlihatkan sama Mas Dion ke Mbak,” ujar Ayu mengakui.Cindy terperangah lalu mengalihkan pandangannya kembali ke video tersebut. Matanya berkaca-kaca melihat perilaku Melvin di belakangnya. Ternyata wanita yang diakui sebagai perawat malah berselingkuh dengan Melvin.“Dia,” gumam Cindy pelan.“K