LOGIN-Blurb: Mafia millionaire Werewolf decides to play with a cleaning agent in his apartment but finds himself getting hooked to her. Things began to go south when he least expected and now, fighting tooth and nail for her may not yield positive results. He may need to fight dirty and use underhanded methods. This isn't a story where the camera pans out when a sexual scene is on. It shows everything right out.
View MoreSemilir angin berhembus menerpa wajahku saat membuka jendela. Pagi yang cerah semakin indah dengan keceriaan anak-anak yang bermain. Pagi menjadi waktu yang cukup bersejarah dalam menyongsong hari. Bahagiaku saat bersama keluarga, menikmati hari dengan senyuman.
Pagi merupakan waktu yang cukup singkat. Kegiatan yang tidak ada habisnya dengan menyiapkan segala sesuatu yang harus cepat dan baik. Kegiatan harian selalu kutargetkan selesai sebelum ketiga anakku untuk berangkat ke sekolah dan suami bekerja. Memasak menjadi perhatian khusus untukku, karena kami membiasakan sarapan sebelum beraktivitas.
"Bu, mau masak apa pagi ini?" tanya Rukoyyah–putri keduaku–dengan senyum manisnya.
"Sup jamur dan tempe goreng Nak, Koyya sudah lapar?"
"Aku yang memotong tempenya ya Bu,"
"Iya sayang. Oh iya Koyya sudah selesai menyiapkan peralatan sekolah?" tanyaku.
"Sudah Bu, pokoknya beres tinggal berangkat nanti," jawabnya dengan jumawa.
"MasyaAllah, memang putri solehah ibu bisa diandalkan," ucapku sambil mencubit hidung kecilnya yang sangat menggemaskan.
Kami pun memasak dengan penuh canda tawa. Celotehan Rukoyyah selalu menemani kegiatan memasak sehingga menjadi saat yang menyenangkan.
Kami memang memberikan tugas untuk anak-anak agar bisa mandiri. Pagi setelah sholat subuh mereka kami biasakan untuk menyiapkan kembali peralatan sekolah. Belajar sejenak baru membantu sesuai kemampuan mereka. Si sulung bertugas menyapu bagian luar rumah. Rukoyyah membantuku memasak, sedangkan Mas Adam menjaga Aisyah dan Isa.
***Mas Adam merupakan kepala keluarga yang sangat bertanggung jawab. Awalnya dia bekerja di salah satu perusahaan ternama di kota kami, tetapi setelah pergantian pemilik menyebabkan banyak pengurangan pegawai, qodarulloh salah satunya Mas Adam.
Tabungan yang kami miliki semua digunakan untuk menyambung hidup. Kami berusaha dari nol untuk berdagang. Awalnya kami berdagang kue, berganti pakaian, sehingga sampai saat ini berdagang sembako dan pakaian. Toko yang kami miliki memang belum terlalu besar, tetapi alhamdulillah sudah bisa mencukupi kebutuhan.
Kami memiliki empat anak, yaitu Yahya, Rukoyyah, Aisyah, dan Isa. Mereka sangat menggemaskan. Yahya yang sudah berusia sepuluh tahun, sangat senang menggambar. Rukoyyah tujuh tahun yang sangat senang dengan bunga. Aisyah berusia lima tahun yang sedang duduk di sekolah TK A. Isa masih berusia satu tahun, sehingga sedang butuh perhatian ekstra.
Keempat anak kami menjadi sumber kebahagiaan dalam menjalani liku kehidupan. Lelah yang kadang hadir mampu terobati dengan keceriaan dan gelak tawa mereka. Keakraban kami pada anak-anak memberikan rasa nyaman dalam kehidupan kami.
***"Dik, nanti aku pulang terlambat ya. Ada barang datang, tetapi baru sampai sore hari. Kemungkinan langsung bongkar karena ada sebagian pesanan yang harus di antar besok pagi," ucap Mas Adam sebelum kami sarapan.
"Iya Mas, tetapi pulangnya jangan terlalu malam."
"Siap bos." dengan meletakkan tangan di pelipis seperti memberi hormat saat upacara bendera sehingga menimbulkan tawa kami.
Kami pun segera menuju ke tikar untuk sarapan bersama. Setelah anak-anak sudah berkumpul maka kubagikan piring, kemudian mengambilkan nasi sesuai porsi mereka. Aku biasanya hanya menyuapi Isa yang masih berusia satu tahun. Sedangkan Aisyah yang sudah berusia lima tahun sudah terbiasa makan sendiri. Anak yang banyak mengajarkan kami agar bisa membantu mereka untuk mandiri.
Sarapan pagi tidak selalu ada drama, sehingga memberikan ruang untuk kami lebih cepat untuk menyelesaikannya. Anak-anak yang banyak, tidak selalu merepotkan kami, karena sejak kecil kami sudah membiasakan mereka mandiri. Hal ini sangat membantu saat kami sedang banyak pekerjaan.
Yahya dan Rukoyyah biasanya naik sepeda untuk berangkat sekolah. Mas Adam naik motor untuk ke toko. Aku akan membawa Isa untuk mengantar Aisyah yang baru masuk Taman Kanak-kanak.
Aku adalah ibu rumah tangga biasa, sehingga lebih banyak waktu di rumah membersamai anak-anak. Setiap pagi setelah sholat subuh yang kulakukan memasak. Menyiapkan menu untuk tumbuh kembang mereka. Aku selalu berusaha memberikan menu yang bergizi. Asupan gizi mereka sangat kami perhatikan. Makanan yang tersaji tidak harus mewah, tetapi kami berusaha untuk memenuhi empat bintang.
***Pagi ini setelah mengantar Aisyah ke sekolah, kami langsung ke balai desa untuk mengikuti penyuluhan yang diadakan secara rutin. Acara biasanya dilaksanakan pukul delapan sampai sembilan.
Aku senang mengikuti penyuluhan yang dilakukan di desa mengenai tumbuh kembang anak yang mencakup gizi, tumbuh kembang balita dan anak, dan lainnya. Bagiku kesempatan ini memberikan wadah untuk menggali ilmu baru tentang anak dan keluarga.
"Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh mbak," sapaku pada kader desa.
"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh. Alhamdulillah mbak Asma ayo masuk, sebentar lagi acara mau di mulai. Mbak masuk kelas B, nanti di temani mbak Yani" jelasnya dengan ramah.
"Iya mbak, terima kasih,"
Aku melangkah pergi setelah berbasa basi sejenak. Menidurkan Isa di atas tikar bersebelahan dengan tempat duduk. Ada delapan peserta di kelas yang memiliki anak yang berusia satu sampai dua tahun.
"Bagaimana kabarnya mbak Asma," sapa mbak Yani setelah aku membenarkan tidur Isa.
"Alhamdulillah baik mbak, nanti temanya apa mbak penyuluhannya?" tanyaku balik.
"Alhamdulillah mbak, nanti tentang kebutuhan gizi mbak." jawabnya.
Kami peserta saling bertegur sapa sambil menunggu pemateri. Pukul delapan tepat acara di mulai. Pagi ini yang mengisi materi ahli gizi dari Puskesmas, yaitu Bu Cinta. Materi yang diberikan sangat penting untuk kami para ibu tentang kebutuhan gizi yang tidak hanya diperuntukkan balita tetapi seluruh anggota keluarga.
"Empat bintang ini terdiri dari karbohidrat, protein tinggi zat besi, kacang-kacangan, dan sayur serta buah. Menu empat bintang ini yang dulunya lebih dikenal dengan empat sehat lima sempurna. Namun, berkembangnya ilmu pengetahuan mengajarkan kita untuk lebih baik." terang Bu Cinta.
"Karbohidrat tidak hanya terdiri dari nasi, tetapi dapat berupa roti, jagung, umbi-umbian, dan lainnya. Protein tinggi zat besi ini berupa protein hewani, seperti telur, ikan, daging, susu beserta olahannya, dan lainnya. Kacang-kacangan ini segala jenis kacang-kacangan dari tahu, tempe sampai jamur. Bintang yang terakhir sayur dan buah yang memberikan vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh. Garam dan minyak juga menjadi pelengkap untuk tumbuh kembang anak,"
"Nah, dari semua yang saya paparkan. Siapa yang mau bertanya?" tanyanya.
"Saya bu, sekarang ini terkadang saat anak susah makan lalu kita perbanyak susu. Bagaimana itu bu?"
"Pertanyaan bagus ini, terkadang sebagai ibu kita khawatir dengan berat badan anak. Apalagi jika anak susah makan, jalan pintasnya diberikan susu lebih banyak. Padahal susu ini hanya termasuk salah satu dari empat bintang. Jadi lebih baik kita buat hidangan yang menarik, sehingga semua kebutuhan anak bisa tercukupi."
Setelah sesi tanya jawab selesai kami semua pulang. Aku kembali ke sekolah Aisyah untuk menjemputnya karena hari ini dijadwalkan pulang lebih awal. Berjalan bersama beberapa tetangga yang juga menjemput anak-anaknya.
CHAPTER 18. After he had viewed the footage, he stood and asked his men how they had come across it. He remembered telling them none of them would get any sleep until Leila was found. "I had Sam hack into the city's system and he forwarded the footages to me from the day she disappeared."Batista explained and clicked on the details of the footage to show that it was on the third day after she disappeared. "The date and time here shows that this was on the third day after we lost her and it was taken from the mall opposite the stadium." He explained further. "Oh look. There's another one and ages with the same man." Lorenzo exclaimed and they all turned to look. This time, they could see it was two days later and she was seen exiting a restaurant while the man was trying to open a taxi door for her. "Alright guys. I don't have time to waste. I have to go back to the pack house and then head to Black Moon pack in order to release the girls they had abducted from our pack.I'm goi
CHAPTER 17.She didn't want to wait until she was found out. She had achieved two things with her getaway. Freedom and evading punishment. She noticed the sun would set soon and looked for a place where she could spend the night. She knew she was going to spend about forty three hours in the road so she needed adequate rest and hoped to get to California on the day after the next if she added the time it would take her to eat, rest and go to the bathroom. She found an affordable hotel and drove into its parking lot. The process of getting a room to lodge went fairly easy. She paid in cash and headed towards the hotel's restaurant. She got something to eat from there and headed straight to her assigned room.She could barely keep her eyes open and fell asleep to the world with the intention of waking up early the next day and get further away from Vishal, who was both her slave master and would be oppressor. ***************The ladies clambered among the rocks and hid from the sight
CHAPTER 16.He wasn't having any feelings towards her except to satisfy his sexual needs. His wolf stirred inside him at this thought and he angrily shut it down. All three of them got out of the elevator and Batista guarded Vishal as Lorenzo rushed to get the car. "Where to, boss?" He asked in a serious tone. If Leila had seen him now, she would never believe he was the same man who gas been playing few hours ago. "To Sam's." Vishal grunted. Sam was Vishal's tech guy. The only information he would never access was the one buried under the earth. Vishal had often used him to help pinpoint several people who felt they were smart over the years. The guy was a complete weirdo and he never failed to amuse Batista and Lorenzo as they would never understand him. They knew that Vishal had found him on one of his business trips when he had hacked into Vishal's car and caused it not to move because he was hungry. Once they had arrived at his house which in place of curtains had differen
CHAPTER 15.The post office was a large building so both if them knew that they had to be extra careful. After that left the post office, they headed to a laundry shop. Although Leila knew that she had no business in a laundry shop, she still went ahead into it. She knew it was only a matter of time. She was going to get her escape from the men. All she needed was to make them trust her. She gave the laundry attendant some clothes for show while promising to come back for them the next day. By the time she got out,she could see Lorenzo was sitting in the car. Batista was also coming from the back of the laundry building. She smiled inwardly that she was achieving her aim. They all got into the car and they began heading towards home. She knew the last place was her only chance to escape so she pleaded with them to allow her get a bottle of ketchup from the convenience store some streets from the apartment complex. The car was neatly parked in the lot of the convenience store and t
CHAPTER 14. I'm not concerned about the money. I'm only concerned about how she would take it if she couldn't see her daughter. She loves you. I only hope you won't be too insensitive to see it. "Chloe whined pitifully which made a man with a man like Batista who had a stony heart look at her with pity and already forming a bad opinion of Leila in his heart. Leila smiled beautifully at the words Chloe had spoken. She was indirectly accusing her of being wicked for wanting to abandon them when they had been the first to treat her like trash. She should have known that they wouldn't give up so easily. Who would was to since it involved fifty thousand dollars every month? It looked like the money was really solving a lot of their problems so they couldn't let go of it. "Come on sis. When did I abandon mom? I was only getting back to work? Besides, how can I work and also take care of her at the same time while you're at home doing nothing."She asked Chloe with a sweet smile and wat
CHAPTER 13. That was the beginning of her problems. She noticed that he would shun her calls and messages while he was online. Moreover, Chloe began going in dates while her mysterious boyfriend bought her a lot of things. She had been having problems with her boyfriend for close to two months until she returned earlier from work one day and saw her boyfriend in Chloe's arms as they made out on the back seat of his car. She had seen the car parked in front of their house and had been elated. She had thought he had realised his mistake and had come to her so that they would make peace so, she had happily moved closer to it in order to approach it. Her surprise was great. She couldn't even shout. She quietly knocked against the glass window and watched as they disentangled with no shame or shock at being discovered. Her boyfriend had stepped out of the car and told her to her face that he couldn't be with someone who had aborted about three babies. She had been shocked by the accus
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments