Share

3- Let's Met Again Love

Happy Reading! ♡

*-*-*-*-*-*-*-

Hiruk piruk keramaian di kota besar adalah hal biasa bagi seorang gadis yatim piatu yang kini tengah bekerja keras menjajakan jualanya.

Dia.. Eva. Evalina Wilson. Gadis yatim piatu yang mengadu nasib sebatang kara di keramain kota. Dia si cantik dan sederhana dengan segudang bakat yang menganggumkan.

"Mari.. Kue beras, cupcake, mari.. " dia berdiri di stan tempatnya berjualan, dia berteriak sehingga orang yang berjalan di sekitarnya tertarik dan ingin membeli salah satu dari dagangannya.

Syukurlah, ia cukup terkenal disini, banyak pelanggan yang jatuh hati dengan rasa kue buatanya.

Dia baik, cantik dan ramah hampir semua pelangganya bahkan jatuh hati bukan hanya pada rasa kezat kue buatan Eva, tapi juga paras Eva yang bak dewi.

"Wah.. Nak Eva.. Sudah hampir habis nih.. Bibi mau cheesecake nya ya.. " ujar salah seorang pelanggan pada Eva.

"Ahh.. Bibi Helen.. Baik bi, seperti biasa pesanan bibi sudah saya siapkan.. " Eva mulai membungkus pesanan pembeli itu. Dengan telaten dan penuh senyuman. Membuat banyak sekali pelanggang betah dan akan selalu kembali untuk membeli kue dari Eva.

"Nah, ini.. Bi.. " Eva menyodorkan bingkisan roti itu.

"Wah.. Terimakasih nak Eva.. Ini uangnya.. Ah, kembaliamya kau ambil saja ya.. "

"Wah.. Benarkah bi? Terimakasih banyak.. " Eva tersenyum bahagia. Tak sia-sia ia berjualan dari pagi sampai sore. Dagangannya sudah mulai habis.

"Hehe.. Iya nak Eva.. Kau tahu.. Majikan bibi sangat menyukai Cheesecake buatanmu.. Kau sangat berbakat.. " ujar Helen. Ya.. Dia adalah salah seorang pelanggan kue buatan Eva.

"Hahaha.. Bibi kau ini, kau membuatku terbang nanti jika memujiku terus.. " Ucap Eva bergurau.

"Memang benar.. Sangat enak.. "

"Hahaha.. Iya bi.. Terimakasih.. "

Lalu sore mulai berganti malam, dagangan Eva seluruhnya telah habis. Ia bersyukur.

Ah.. Tidak, masih ada 2 kue brownis yang sengaja ia sisakan, ia ingin memberi kue itu pada seorang nenek tua yang tinggal di sebelah kontrakan Eva, Ya, dia akan memberikanya nantibsaat ia pulang.

"Syukurlah, semuanya habis.. Dan ini, akan kuberilan pada nenek Rene nanati.. Kerja bagus Eva! " Semangat Eva pada dirinya. Saat ini ia tengah mengayuh sepedanya menuju rumah kontrakanya di sudut kota yang kumuh.

Eva memang begitu baik dan dermawan, hidupnya mungkin akan terlihat sulit bagi beberapa orang. Namun tidak, Eva hidup bahagia, itu menurut Eva. Bekerja, dan membuat senang orang oramg disekitarnya, bukankah itu sebuah kebahagian?

Ya.. Bahagia itu sederhana kan..

"Hmmm.. Aku ingin beli beberapa bahan, apa mampir minimarket dulu ya..? " pikir Eva selagi kakinya terus mengayuh sepeda tua miliknya.

Akhirnya ia berhenti di sebuah minimarket, ia mulai mengambil beberapa bahan yang ia butuhkan lalu membayarnya di kasir. Eva jarang sekali membeli seuatu yang tak berguna. Ia sangat pandai berhemat dan menyimpan uang.

Baginya boros adalah sikap yang paling menyusahkan. Bagaimana bisa? Tentu bisa. Jika kau membelanjakan uangmu tanpa perhitungan, maka dalam dua kali kedipan uanh itu akan habis, dan akan sangat menyusahkan apalagi jika kau tiba-tiba harus melakukan sesuatu yang penting dan membutuhkan uangnya kan? Ya.. Eva tipe gadis sederhana dan hemat. Sudah cukup kan untuk menggambarkan seberapa sempurnanya Eva itu?

Saat ia mulai mengayuh sepedanya lagi, dari arah belakang sebuah mobil mahal menyenggol sepedanya, mengakibatkan Eva dan sepedanya terjatuh.

Tepung, telur, dan belanjaan  yang Eva beli hancur tercecer di jalanan yang sepi itu.

"Ya Tuhan.. " Eva tak mengkhawatirkan dirinya, bahkan tak memarahi si  pengendara mobil untuk meminta ganti rugi. Ia justru sibuk memunguti beberapa telur dan tepung yang masih bisa ia selamatkan.

"Cih! " orang yang menyerempet Eva membuka kaca mobilnya.

Matanya tajam, dan sungguh demi apapun wajahnya begitu tampan, walau malam yang gelap ini menyamarkan ketampanan itu.

"Hei kau! " panggil seseorang dari dalam mobil itu.

Eva menoleh dengan tangan yang masih sibuk memunguti telur dan tepungya.

"Ah.. Maaf tuan.. Sungguh.. Maaf.. " ujar Eva, padahal itu bukan kesalahnya. Eva memang terlalu baik.

"Hei! " panggil orang itu lagi, saat Eva melanjutkan mengumpulkan telur dan tepungnya.

Orang itu melempar beberapa lembar uang pada Eva secara kasar. Debgan tatapan datar, dan dingin. Eva terdiam. Ia bangkit dan sedikit mendekati uang itu.

Eva mulai memunguti uang yang tercecer itu. Karena malam dan semuanya tak terlihat begitu jelas, bahkan Eva dan orang itu tak bisa melihat jelas wajah masing-masing.

"Tuan.. Ada banyak orang yang memerlukan uang ini.. Tak baik jika kau seenaknya membuang uang ini, setidaknya jika kau memiliki banyak uang, berbagilah dengan yang membutuhkan.. Itu akan lebih berguna.. Nah.. Aku sudah mengumpulkan uangmu.. " Ujar Eva begitu polos dan baik, lalu menyodorkan uangnya pada seseorang di dalam mobil itu.

Si pengndara yang tak lain adalah Adam, dia terdiam, sedikit mengamati gadis yang mengajaknya berbicara dari balik kaca mobil miliknya.

Ini gelap, hanya cahaya bulan yang temaram menyorot pada mereka.

"Maafkan aku, tapi tuan tenang saja, mobil tuan tak lecet.... Sekali lagi maafkan aku, dan ..." Gadis itu, Eva. Dia banyak sekali bicara.

Ya.. Dia memang pandai berbicara.

"Sekali lagi maafkan aku tuan" ucap Eva seraya membungkukan badanya empat puluh lima derajat.

Bahkan seharusnya Eva marah, belanjaanya hancur dan si tuan kaya dalam mobil itu seenaknya membuang uang padanya. Kadang sedikit heran bagaimana Eva bisa sebaik dan sepolos itu.

Tidak, Eva memang baik dia akan selalu mementingkan orang lain ketimbang dirinya. Dia adalah wujud cantik yang nyata, dia sederhana dan hatinya begitu lembut.

"Baiklah tuan, kau harus berhati hati saat mengemudi, apalagi di malam hari yang gelap seperti ini... Oke..Aku harus pergi. Selamat tinggal." diakhiri dengan senyuman manis Eva, walau samar karena gelapnya malam, orang di dalam mobil itu mampu mengenali senyuman itu.

Saat Eva mulai menjauh, mengayuh sepedanya dan hilang di gang kecil. Pria di dalam mobil itu terdiam.

"Apa dia... Eva.. " lirihnya.

"Eva.. "

"Eva.. "

"Ya.. Dia Evaku.. " Adam masih hanyut dalam pemikranya. Kemungkinannya tak terlalu besar. Eva... Tiga belas tahun berlalu sejak Adam dan Eva bertemu, waktu akan selalu membuat fisik seseorang berubah.

Adam yakin namun tidak diwaltu bersamaan. Dia, wanita tadi, mengapa saat mereka bertatapan untuk lima detik yang singkat rasanya Adam memiliki keterikatan denganya? Walau gelap dan tak terlalu jelas, tapi.. Adam tak pernah salah dalam instingnya. Dia yakin jika wanita tadi adalah Eva. Tapi--

"Eva.. " pandangan pria itu menggelap, dengan senyum misterius ia bergumam rendah.

"Ayo bertemu lagi.. Eva.. My Eva.. "

*-*-*-*-*-*-*-

Vote+Comment =Next

Tbc.

With Love!!

♡♡♡♡♡♡♡

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status