LOGINAyu adalah seorang yatim piatu yang dinikahi oleh Bima, seorang CEO tampan, melalui perjodohan yang dingin. Dalam rumah tangganya, Ayu diperlakukan sebagai menantu tertindas, selalu dicemooh oleh mertuanya, Nyonya Ratna, dan diabaikan oleh Bima, yang diam-diam menjalin perselingkuhan dengan mantan kekasihnya, Karina. Ayu menahan segala penghinaan, seolah dirinya adalah wanita lugu yang tak berdaya, sementara ia mengumpulkan bukti dan merencanakan langkah selanjutnya.Di balik citra polosnya, Ayu menyimpan rahasia besar: dia adalah Anastasia, pewaris tunggal konglomerat properti terbesar, yang sengaja menyamar untuk membongkar konspirasi yang menghancurkan keluarganya di masa lalu—konspirasi yang melibatkan keluarga Bima. Saat pengkhianatan Bima mencapai puncaknya dan ia hendak menceraikan Ayu demi merebut asetnya, Anastasia akhirnya mengungkap identitas aslinya. Ia mengambil alih kekuasaan, menghancurkan bisnis Bima, dan membalas dendam dengan presisi yang dingin. Novel ini adalah kisah tentang kebangkitan wanita kuat, konflik antara dendam dan cinta, dan pembangunan kembali mahligai pernikahan di atas puing-puing pengkhianatan.
View MoreTahukah kamu? Pernikahan itu bagaikan panggung sandiwara. Dan Ayu seperti seorang pemain yang sama sekali tidak dibekali naskah. Ia benar-benar kehilangan arah.
Bayangkan, Ayu terbangun di ranjang yang sangat luas. Dingin, tanpa kehangatan sedikit pun. Saat ia meraba, sisi tempat tidur suaminya telah kosong melompong.
Ayu sontak terjaga, jantungnya berdebar kencang. Ia mendengar suara dari balkon. Itu adalah suara Bima, suaminya, yang sedang berbicara di telepon. Namun, nada suaranya... sangat berbeda.
Biasanya Bima bersikap cuek dan dingin kepada Ayu. Kini, ia berbicara dengan sangat lembut, penuh perhatian. Ayu merinding mendengarnya.
Ayu tanpa sengaja melangkah keluar. Bima segera menutup teleponnya dengan cepat. Wajah Bima seketika berubah drastis. Dingin membeku seperti es. Ia langsung kembali masuk ke kamar.
Ayu hanya bisa berdiri di balkon. Hatinya terasa teriris-iris. Semalam ia bermimpi buruk apa bagaimana?
Mereka melanjutkan ke ruang makan untuk sarapan. Suasana hening seperti kuburan. Hanya terdengar suara sendok dan garpu. Ayu mencoba memulai percakapan. Bima hanya menyeruput, lalu wajahnya cemberut.
Padahal itu resep kopi yang dulu diminta Bima sendiri. Ia yang mengatakan itu adalah favoritnya. Ayu hanya bisa terdiam bingung.
Ia mencoba memberikan senyuman. Senyum tipis yang terasa sangat dipaksakan. Namun Bima sudah lebih dulu berdiri.
Ia pergi tanpa menoleh ke Ayu lagi. Tidak ada ucapan selamat tinggal, apalagi ciuman. Ayu ditinggalkan sendirian di meja makan mewah itu. Sungguh menyedihkan.
Ayu berdiri untuk membereskan meja. Ia melihat jaket jas Bima tergantung di kursi. Biasanya ia akan langsung mengambilnya, tetapi hari ini tampaknya Bima lupa.
Ia mengambil jaket itu, berniat menggantungnya di lemari. Tangan Ayu secara refleks meraba-raba kantong jasnya. Ia tidak tahu mengapa, mungkin hanya kebiasaan.
Tiba-tiba jarinya menyentuh sesuatu. Bukan di kantong, melainkan di bagian dalam kerah jas. Ada sesuatu yang menempel. Ayu menariknya keluar.
Itu sehelai rambut. Rambut yang sangat panjang. Dan warnanya... pirang terang. Ayu tidak pernah menyemir rambut.
Dadanya terasa sesak. Lalu matanya menangkap sesuatu yang lain. Di sisi kerah yang lain, terdapat setitik noda. Hanya kecil. Ayu mendekatkannya ke mata.
Warnanya merah menyala. Teksturnya sangat khas. Itu adalah noda lipstik. Dan lipstik Ayu hanya berwarna merah muda.
Jaket itu jatuh dari tangannya. Ayu mundur perlahan, hingga punggungnya menabrak dinding. Dunianya seolah berhenti berputar.
Segalanya menjadi jelas sekaligus gelap. Telepon misterius, nada suara lembut, sikap dingin Bima... Semua kepingan teka-teki itu terhubung.
Kalimat itu satu-satunya yang berkecamuk di kepala Ayu. Sederhana, tetapi sakitnya tak tertahankan.
Air matanya tak kunjung keluar. Malah ia ingin tertawa. Tertawa tanpa kendali. Ini benar-benar sandiwara. Dan ia adalah badutnya.
Ayu perlahan mengambil rambut pirang dan jas itu. Ia menyimpannya di laci meja kerjanya. Ini adalah bukti. Siapa tahu akan diperlukan nanti.
Dari jendela, ia melihat mobil Bima sudah tidak ada. Ia pasti sedang menyetir ke kantor. Atau... ke tempat lain? Kepada wanita pemilik rambut pirang itu? Ayu akhirnya menangis.
Menangis tanpa suara. Hanya air mata yang meleleh. Ia tidak ingin pelayan mendengarnya. Rasa malu yang amat sangat.
Hari ini harus tetap berjalan. Ia harus mandi, berdandan, seperti istri saleha yang lain. Padahal di dalam hati, segalanya sudah hancur berantakan. Namun senyum di cermin itu terasa sangat palsu. Kaku seperti patung.
Dan di balik senyum kaku itu, ada pertanyaan besar: Siapa wanita pirang itu? Dan sampai kapan Ayu harus berpura-pura tidak tahu?
Sasha Kirana datang ke kantor Ayu tanpa janji temu. Wajahnya memancarkan senyum ramah yang terlalu sempurna untuk dipercaya.“Ayu! Lama banget nggak ketemu,” ujarnya sambil merentangkan tangan untuk sebuah pelukan.Ayu menghindar dengan halus, hanya memberikan jabat tangan yang singkat. “Nama saya Anastasia. Dan ada yang bisa saya bantu?”Sasha tertawa kecil, memainkan rambut pirangnya. “Masih sakit hati, ya? Aku datang sebagai teman, kok. Bukan sebagai musuh.”Mereka duduk di sofa ruang kerja yang luas. Sasha memandang sekeliling dengan mata yang penuh penilaian.“Kantor yang bagus. Lebih baik dari yang punya Bima dulu,” komentarnya sambil menyilangkan kaki.“Apa keperluanmu, Sasha? Saya punya jadwal yang padat.” Ayu tidak ingin bermain-main.“Aku cuma ingin mengucapkan selamat. Sekaligus menawarkan kerja sama.” Sasha membuka tas Chanel-nya, mengeluarkan proposal
Bima menelepon tiga hari setelah percakapan singkat di kantor. “Aku di bawah apartemenmu. Bisa turun? Atau aku boleh naik?” suaranya serius.Ayu hampir nolak. Tapi penasaran juga. Apa lagi yang mau dia omongin? “Aku turun. 5 menit.” Dia gak mau Bima masuk ke ruang pribadinya.Mereka ketemu di lobby cafe apartemen yang sepi. Bima keliatan kecapekan, tapi matanya lebih jernih. “Makasih udah mau ketemu,” katanya sambil pesen dua kopi.“Saya cuma punya waktu 30 menit,” kata Ayu langsung batasin. Bima manggut. “Cukup. Aku mau cerita yang bener. Semuanya. Gak ada yang ditutup-tutupi lagi.”“Aku mulai dari pernikahan kita,” mulai Bima, tangan nya megang gelas panas. “Ayahku sekarat waktu itu. Kanker. Dia panggil aku, Dion, Ibu.”Ayu dengerin, wajah datar. Dia udah dengar versi ini sebelumnya. Tapi mungkin ada detil yang dia lewatin.“Dia bilang, ‘Kamu ha
Besoknya, Ayu langsung eksekusi. Dia dateng ke kantor jam 7 pagi, sebelum siapa pun dateng. Langsung menuju ke lantai direksi.Kantor direktur utamanya gede banget. Seluas apartemen studio. View ke seluruh kota. Selama ini jadi kerajaan kecil buat Bima (dan sebelumnya ayahnya).Ayu kasih instruksi ke asistennya. "Keluarin semua barang personal Bima. Pindahin ke ruang wakil direktur di lantai 6. Dengan hati-hati ya."Asistennya bingung, tapi nurut. Mereka pindahin foto keluarga, piala golf, buku-buku Bima. Dalam sejam, kantor itu udah kosong melompong.Ayu masuk, hirup udaranya. Ini sekarang wilayah dia. Dia duduk di kursi empuk direktur. Rasanya... powerful banget. Dari istri yang diabaikan jadi pemilik segalanya.Jam 9, karyawan pada berdatangan. Gosip langsung meletus. "Kantor pak Bima dikosongin!" "Katanya sih yang masuk cewek baru?" "Ih, siapa tuh?"Mereka pada penasaran banget. Lalu mereka liat Ayu jalan ke ruang rapat besar, dikeliling
Rapat dewan perusahaan Bima Kencana akhirnya digelar. Suasananya so formal, berisik banget. Dion yang pimpin rapat, sombongnya minta ampun.Dia duduk di kursi direktur utama, gaya-gaya pengusaha sukses. Padahal selama ini cuma numpang nama keluarga. Kerjanya cuma cari sensasi.Ayu dateng tepat waktu, masuk tanpa gebrak-gebruk. Dia pake business suit abu-abu, tas kulit, keliatan banget beda. Semua orang pada nengok.Mereka bingung. Kenapa si "istri Bima" yang disia-siain ini dateng? Pasti cuma mau cari perhatian lagi. Beberapa anggota dewan bahkan cemberut.Dion langsung ngedumel. "Ini rapat tertutup. Cuma untuk anggota dewan dan direksi," katanya sinis. Kayak lagi ngusir anak kecil.Ayu cuma senyum tipis. "Saya tau. Makanya saya datang." Dia jalan ke meja panjang, cari tempat duduk. Tapi nggak ada yang kosong.Dion ketawa dikit. "Kursi udah penuh, Mbak. Mungkin salah ruangan? Rapat arisan ibu-ibu ada di lantai bawah." Beberapa orang ikut ketawa.Tapi Ayu nggak tersinggung. Dia malah j












Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.