Share

4- Lavender's Memory

Pagi yang cerah membuat sebagian orang merasa bahagia, tapi tidak dengan Adam. Ia sangat membenci suasana yang cerah dan panas. Memuakan.

Semua orang hanya akan mendatangimu jika kau diperlukan.. Itu yang Adam pikirkan. Tak ada yang benar benar tulus dalam segala hal.

"Tapi tidak denganmu.. Eva.. Evaku adalah yang paling tulus.. " gumam Adam seraya meminum teh chamomile , di belakang mansionya yang menampilakan pemandangan penuh hamparan bunga lavender.

Lavender.. Padang lavender bahkan Adam membuat nya begitu indah hanya demi mengenang Evanya.. Eva adalah lavender yang begitu menenangkan bagi Adam.

"Eva.. Bahkan sekarang aku memiliki lavender itu.. Aku akan mewujudkan segala keinginanmu.. Eva.. " Adam memejamkan matanya menikmati desiran memori lama yang membara tentang Eva.

-Flashback On-

Dua anak kecil terlihat begitu bahagia, tawa sederhana mereka membuat suasanta semakin nyaman.. Intim. Adam memandangi wajah teman kecilnya yang begitu manis, cantik.. Sempurna.

"Adam.. Lihat Eva! Kupu-kupunya mengelilingi Eva.. " pekik Eva girang.

Adam tersenyum manis, senyuman yang hanya tercipta untuk Evanya seorang.

"Bahkan kau lebih manis dari madu.. Eva.. " Adam lalu mendekati Eva yang tengah berdiri tepat di tengah padang lavender.

Adam membawa sebuah mahkota bunga yang ia buat sedari tadi, tak.. Bukan hal mahal.. Mewah.. Hanya mahkota yang ia susun dari lavender dan rerumputan kering, namun.. Demi Tuhan mahkota buatan Adam sangat indah.

"Eva.. Apa kau suka..? " Adam menunjukan mahkota yang ia buat, Eva tersenyum hingga matanya menyipit, terlihat manis seperti bulan sabit.

Lagi-lagi Adam terpana untuk yang kesekian kalinya, Eva.. Dia begitu sempurna, senyuman Eva adalah segalanya bagi Adam. Adam memandangi bagaimana ujung bibir ranum Eva tertarik dan membentuk lesung pipi yang sangat manis.

"Oh Eva.. Kau miliku.. Mikiku.. " gumam Adam Tanpa sadar, Eva yang sedikit mendengar ucapan Adam hanya tersenyum polos. Hei.. Mereka masihlah anak anak.

"Adam.. Pakaikan mahkotanya pada Eva.. Ayo cepat.. " Eva menarik-narik tangan Adam.

Dengan senyuman tulus Adam mulai memakaikan mahkota itu pada Evanya.

"Baiklah tuan putri.. "

"Hehehee.. Wah.. Apa Eva menjadi cantik seperti tuan putri.. Adam? " Tanya Eva dengan bahagia karena tadi Adam menyebutnya tuan putri.

"Ya.. Tentu.. Kau sangat cantik Eva.. Sangat.. Cantik.. " entahlah.. Adam menjadi lebih senang mengulang kaliamatnya.

Eva tertawa bahagia, ia tak pernah dipuji cantik oleh orang lain.. Mungkin hanya Ibunya dan Adam. Orang lain sepertinya tak pernah menyukai Eva.

"Terimakasih Adam.. " ucap Eva, lalu tiba-tiba Eva mulai murung, ia sedikit menundukan kepalanya. Dan adam tak menyukai Eva yang murung saat sedang bersamanya.

"Hei.. Jika tuan putri menunduk mahkotanya akan jatuh.. " Adam seolah bergurau pada Eva.

Eva tersenyum kecil lalu memilih duduk asal di rerumputan kering.

"Adam.. Tapi kenapa teman-teman tak mau main dengan Eva.. Eva jelek dengan bekas luka ini.. " ucap Eva sedih lalu meraba bekas luka memanjang di mata kirinya.

"Eva.. Tatap aku.. " ucap Adam serius.

"Kau cantik.. Kau sempurna.. Hanya untuku.  Bukan yang lain.. Ingat itu Eva.. Hanya aku.. Kumohon.. Jangan memikirkan siapapun.. Karena kau.. Kau hanya butuh aku.. Adam milikmu.. " ucap Adam lembut namun sarat akan perintah. Lagi-lagi Eva yang masih begitu polos hanya mengangguk. Ia menggangp Adam adalah teman terbaik yang ia miliki.

"Adam memang yang terbaik.. Terimakasih.. Adam mau menjadi teman Eva.. " Lalu Eva memeluk erat Adam.

Adam tersenyum,  sedikit licik memang. 'Hanya aku Eva.. Aku teman, sekaligus pemilikmu.. My Eva.. ' batin Adam.

Seperti itulah setiap moment yang Adam dan Eva lalui bersama. Mereka akan datang ke padang lavender di sore hari, merasakan ketenangan dan aroma lavender yang menenangkan. Hanya mereka.. Adam dan Eva.

"Adam.. Andai saja Eva punya padang lavender sendiri.. Hahah.. Tapi tak mungkin Eva hanya tinggal di gubuk.. Lavender cantik itu tak akan muat di gubuk Eva.. " lalu Eva mulai tersenyum lagi.

"Eva.. Aku akan mengabulkan permintaanmu.. " Adam masih terus memeluk Eva kecilnya, rasanya enggan untuk melepas tubuh mungil Eva dari dekapnya.

"Lavender.. Aku akan membuatkan padang lavender yang besar dan indah.. Hanya untuk mu.. Eva.. "

"Benarkah?! Adam mau janji dengan Eva?! " Eva menyodorkan kelingkingnya pada Adam. Adam tersenyum dan langsung mengaitkan kelingkingnya pada milik Eva.

"Im promise.. My Eva.. "

-Flasback Off-

"Bahkan lavender nya telah tumbuh dan memenuhi ladang ini.. Eva.. Bukankah aku telah memenuhi janjiku.. " Adam menatap hamparan lavender ungu di hadapanya.

"Eva.. Eva.. Eva.. " seolah tak ada kata lain seindah nama milik Evanya.

Adam bangkit menyudahi aktivitasnya,  ia meraih sebuah ponsel mahal lalu mulai menekan sebuah nomor disana.

"Bagaimana? " singkat Adam bertanya.

"Ah.. Anu.. Tuan.. Anu.. "

"Aku benci basa basi. Katakan! "

"Kami belum berhasil mencari data mengenai nona Eva.. "

"Grrhmm! Mati! "

Adam langsung memutuskan sambungan di ponselnya. Ia benci, ia tak suka. Segala perintah, tugas, dan keinginannya harus terpenuhi! Dan jika tidak maka pilihanya hanya satu.. Mati.

"Eva.. Kemana aku harus menemukanmu.. "

"Cepaf atau lambat.. Eva.. Eva hanya tercipta untuk Adam.. Hanya aku pemilikmu.. Cepat atau lambat.. Eva.. Eva.. "

======

Helen sedang berbelanja di sebuah pasar tradisional. Yaa.. Majikanya sangat tak menyukai makanan instan, majikannya yang tak lain adalah Adam sangat menyukai makanan yang segar,itulah mengapa setiap tiga minggu sekali Hellen akan keluar untuk mencari apa yang majikannya inginkan.

Di perjalanan menuju pasar Hellen bertemu dengan Eva.

"Eva! "panggil Hellen. Eva berhenti dan menoleh ke belakang dan tersenyum manis.

"Bibi Hellen.. " sahut Eva, lalu ia menghampiri Hellen.

Hellen mengenal baik Eva, karena ia sering sekali membeli cheesecake untuk majikanya, dan cheesecake itu adalah buatan Eva.

"Bibi sedang berbelanja? " tanya Eva.

"Iya.. Lalu kau..? Apa kau juga berbelanja Eva? "

"Ah.. Hanya sedikit bibi.. Karena sekarang hari minggu jadi kusempatkan belanja.. " ucap Eva diiringi senyuman.

"Wah.. Kalau begitu apa kau mau menemani bibi berbelanja..? Biasanya ada Elena yang menemani.. Tapi dia sedang cuti.. "

"Oh.. Baiklah bi.. Lagipula aku sedang tidak ada pekerjaan apapun.. Ayoo bi.. " Eva menggandeng lengan Hellen. Entahlah Eva hanya merasa menemukan sosok ibu pada diri Hellen.

Lalu mereka berdua berkeliling pasar dengan sesekali bercerita dan tawa ringan untuk menghiasi suasana. Eva itu sangat mudah bergaul, ramah, dan pastinya semua orang sangat menyukai sikap Eva.

"Nah bi.. Lalu apalagi? "tanya Eva saat sampai di sebuah tempat yang menjual beragam pupuk tanaman.

"Eva.. Bibi lupa.. Ada beberapa tanaman tuan yang sedikit layu.. Bibi akan membeli pupuk dulu.. " lalu Hellen memasuki toko itu meninggalkan Eva di depan.

Tak lama Hellen keluar dengan raut wajah yang sedikit cemas.

"Bibi.. Ada apa..? Sudah dapat pupuknya..? "

"pupuknya sudah habis.. Bagaimana ini Eva.. Bibi takut tuan akan marah. Ia begitu menyukai bunga itu.. " risau Hellen.

Eva sedikit khawatir dengan Hellen, lalu ia bertanya, 'Bibi.. Kalau boleh tahu.. Bunga apa bi..? "

"Lavender.. " ucap Hellen.

'Deg'

Rasanya seperti deja vu menyerang Eva. Lavender? Entah mengapa.. Lavender adalah bunga favorite nya.. Dan temannya dulu.

"Ah.. Bi.. Aku lumayan sering bermain dan melihat lavender dulu.. Mungkin aku bisa mengatasi tanamanmu.. Hanya jika bibi tak keberatan.. " Eva mencoba menawarkan bantuan.

"Oh benarkah?! Syukurlah.. Jadi mari ikut bibi ke mansion.. Bunga lavender nya disana.. "

"Baik bi.. "

Lalu Hellen membawa Eva menuju mansion yang tanpa Eva tahu adalah milik Adam.. Temannya.. Sahabat kecilnya.

"Wah.. Ini seperti sebuah istana saja.. Ini besar sekali bi.. " Eva terkagum saat sampai di depan pagar besi yang kokoh dan tinggi.

"Hahaha.. Memang Eva.. Bibi heran bagaimana seorang Tuan muda bisa sekaya ini.. " ucap Hellen sambil membuka pintu itu.

"Nah Eva ayo masuk.. "

Lalu mereka mulai masuk melalui pintu belakang, ya.. Tak ada yang masuk melalu pintu utama kecuali Adam.

"Nah Eva.. Di bagian sebelah sana.. Lumayan banyak lavender yang layu.. " Hellen menunjukan tempat lavender yang ia maksud.

'Deg'

'Deg'

"Ini... " Eva mulai berjalan mendekat, raut wajahnya seolah syok.

"Semuanya.. Padang lavender ini tampak sama seperti sebuah tempat.. Dulu.. Bahkan ayunan itu.. " Eva menatap Ayunan di pojok padang itu.

"Eva..? Ada apa..? "

Eva tersadar dari rasa tercengangnya. Ia tersenyum simpul pada Hellen.

"Tak apa bi.. Hanya saja tempat ini mengingatkanku pada sebuah tempat yang sangat kukenal.. Dulu.. "

"Oh.. Begitu.. Baiklah Eva.. Untuk peralatannya ada di gudang itu.. Bibi harus segera menyiapkan makan malam.. Kau tak apa kutinggalkan sendiri..? "

"Tak apa bi.. Dan tenang saja.. Aku akan mengatasi masalah lavender sebelum jam makan malam.. Kau tak perlu risau.. "

"Kau sangat baik Eva.. "

Lalu Eva mulai menyusuri jalan setapak dari bebatuan di tengah padang lavender ini. Bahkan jalan setapak ini tampak begitu sama.

"Padang sebesar ini terletak di halaman belakang rumah seseorang.. Wah.. Dia pasti sangat menyukai lavender juga.. Sama seperti ku.. " Eva menghirup dalam dalam aroma lavender itu.

"Rasanya seperti bertemu kembali denga teman lama.. " Eva mulai membelai satu per satu lavender yang ia lewati.

"Wah.. Benar ternyata ini sedikit layu.. " Eva membelai lavender yang tampak layu.

Ia mulai membuat campuran pupuk dan menuangkanya pada lavender itu. Eva sangat menikmati kegiatannya hingga ia tak sadar, senja telah datang. Langit menguning dan suasana menjadi lebih sepi.

Eva masih merasakan dan menikmati lavender itu, hingga ia tak sadar ada sepasang mata yang mengawasinya dari jauh.

Mata tajam yang terlihat meneteskan sedikit airmata.

"Eva.. " gumam seseorang itu. Langkahnya yang tak terdengar, ia melangkah pasti menuji satu titik pusat hidupnya.. Eva.

'Grep'

Pria yang tak lain adalah Adam langsung memeluk tubuh Eva. Eva yang kaget ingin melepaskan pelukan itu namun tak bisa.. Adam memeluknya begitu erat.

"Hiks.. Eva.. Akhirnya.. " Adam bahkan sampai menangis. Ia menghirup dalam dalam aroma di ceruk leher Eva.

"Maaf tuan.. Ak-"

"Shutt.. Komohon.. Biarkan ini lebih lama Eva.. Aku merindukanmu.. My Eva.. " Ucap Adam lirih.

'Deg'

'Suara ini.. ' batin Eva.

"Adam..? " lirih Eva.

"Ya... Ini aku.. Adam.. Adam milik Eva.. "

"Adam..? Hiks... Adam.." Eva justru balik memeluk adam lebih erat. Ia begitu merindukan teman kecilnya itu. Ia bahkan tak menyangka akan bertemu Adam seperti sekarang ini.

"Eva.. "

"Adam.. "

Eva menangis, memeluk erat Adam, tanpa ia tahu jika sebentar lagi.. Sayapnya akan dipatahkan oleh Adam.. Bahwa sebentar lagi.. Tak ada kata bebas dalam hidup Eva..

"Eva.. Tak lagi.. Kau tak akan bisa pergi Eva.. Sekarang.. Dan selamanya.. Kita.. Aku dan kau.. Akan bersama.. Eva.. My Eva.. " gumam Adam sangat lirih dengan Eva yang masih berada di dalam dekapan Adam.

*-*-*-*-*-

Vote+Comment=Next.

Tbc.

With Love

♡♡♡♡♡♡♡

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status