Amel memutarkan bola matanya malas, wanita itu menghentikan langkah lalu bersidekap. Tatapan sinis terpancar di netra Shilla, ia menatap kesal sepupu Kayla ini. "Kenapa kalian ngeliatin sampe segitunya, perkataan gue bener kan," lontar Erika. Baru saja wanita itu hendak menyahuti, seseorang memanggilnya membuat dia menoleh. "Eh, Bu Bos dateng," sambut Siska.Siska langsung melirik sinis Erika. Ia bersidekap, menatap wanita yang kini berprofesi official girl. "Ngapain disini, sana pergi kerjain kerjaanmu!" perintah Siska. "Dan ... dandanmu gak sesuai sama pakaianmu, tolong make-up jangan ke tante-tante gitu."Cibir Siska, Erika yang mendengar itu langsung melotot. Ia menghentakan kakinya lalu memilih pergi. Karena dia melihat Raffa tengah berjalan ke arah sini."Kamu datang ke sini, Sayang. Kenapa gak langsung ke ruanganku," seru Raffa.Amel mendengar suara suaminya langsung menoleh. Ia sedikit berlari lalu berhamburan memeluk pinggang lelaki itu. "Suprise, oh iya. Sekarang kan
Raffa bergegas memberikan uang, takut dirinya makin di salahkan. Tetapi, wanita tersebut malah semakin kusut, ia menghentakan kaki lalu melangkah keluar ruangan. Melihat kepergian sang istri, Raffa menghela napas dan memilih tidak mengejar."Sebenernya apa sih salahku," gumam Raffa. Lelaki itu memijit keningnya yang terasa pusing, ia sudah letih memikirkan pekerjaan. Kini ditambah lagi Amel yang marah. Dengan frustasi, pria tersebut mengacak-acak rambut lalu berteriak."Cewek emang bikin pusing," dumel Raffa.Sedangkan di tempat lain, Shilla tengah menunggu makanan di antar. Kini perempuan tersebut berada di kantin kantor, ia mengeryitkan alis karena baru tau jika ada menu baru di sana. Kegemaran pada wanita, bahkan kini kebanyakan mereka memesan hidangan tersebut. "Wah, baru tau sekarang ada menu baru. Seblaknya enak lagi," lontar Shilla. Perempuan itu mencicipi hidangan tersebut saat pelayan yang mengantar belum pergi. "Eh, sejak kapan kalian nambahin beberapa menu ini?" tanya
Muka masam langsung terukir di wajah Shilla. Ia dengan gerakan kasar melepaskan genggaman tangan di lengan Amel. "Gak usah kasar juga kali, kenapa gak kaya biasanya sih lho, ada masalah sama pacar lo? Masih belum mau cerita," tanya Amel.Shilla tidak menjawab, membuat Amel keheranan. Ia memilih nanti melontarkan pertanya di mobil saja. Sesampai di kendaraan roda empat itu, Shilla langsung melajukan kendaraannya."Beneran kamu gak mau cerita? Aku itu sahabatmu lho, yang merangkak jadi kakak iparmu. Emang gak mau curhat sama aku," ujar Amel. Adik Raffa menghela napas lagi, ia melirik Amel lalu menatap jalanan lagi. "Gue udah jomblo lagi, Mel."Perkata perempuan itu membuat Amel menoleh, ia langsung menatap tajam Shilla. Mencari letak kebohongan disana tetapi, tidak menemukan hal tersebut. "Lo serius, La. Kan, bukannya pas gue kencan sama Kakak lo, lo itu mau ngenalin dia ke Mama?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Amel. Ia langsung mengatupkan bibir saat melihat wajah Shilla semakin
Amel yang baru saja selesai dari toilet, dia mengernyitkan alis saat terlihat Shilla sudah menunggu di depan pintu. "Lho ... kok lu ada di sini, pake segala bawa barang-barang lagi. Kan gue belum selesai makan," seru AmelPerempuan itu mendengkus mendengar seruan Amel. Ia langsung menarik lengan sang kakak ipar, membuat wanita tersebut kebingungan."Eh, pelan-pelan dong! Nanti gue jatuh gimana," omel Amel.Shilla hanya melirik saat Amel mengomel, ia menghentikan langkahnya lalu memberikan beberapa bawaan. "Bantu gue bawain, susah tau. Ayo cepet ke mobil!" seru Shilla.Jalan Shilla sangat terburu-buru, membuat Amel sedikit kewalahan. Sesampai di mobil, adik Raffa itu menyuruh Amel agar segera masuk ke kendaraan roda empat itu. Setelah keduanya berada di sana, Shilla langsung menyodorkan benda pipih milik Amel."Lo itu ngapain sih, handphone segala dipake mode jangan ganggu. Sekarang kita jadi berabe tau!" omel Shilla.Amel mengeryitkan alis masih tidak mengerti maksud Shilla. Lalu ia
"Udahlah, lo fokus aja jalanin mobil. Biar gue mikirin gimana caranya nenangin laki gue."Shilla mendengar itu hanya mengembuskan napas. Lalu melakukan apa yang dikatakan Amel, ia fokus melajukan kendaraan roda empat. Perjalanan mereka di temani dengan keheningan."Bentar lagi sampe, Mel ...." Ucapan Shilla terhenti kala melihat Amel yang terlelap. Ia menggelengkan kepala lalu mengembuskan napas kasar. "Alamat gue yang harus hadepin Ka Raffa nih," dumel Shilla.Shilla bergegas memarkirkan kendaraan roda empat tersebut. Matanya menangkap Raffa telah diluar menunggu mereka. Setelah mobil itu terparkir, lelaki yang berstatus Kakak Shilla tersebut mengetuk kaca. "Ayo cepet buka pintunya!" perintah Raffa.Perempuan itu langsung keluar untuk memberitahu pintu sudah tidak terkunci. Raffa tak menanggapi ucapan sang adik, ia malah langsung membuka benda itu. Terlihat Amel yang terlelap begitu tenang. "Enak banget tidur, sedangkan aku dari pulang ke villa ketar-ketir nyariin kamu," gerundel
Amel langsung membulatkan mata mendengar perkataan sang suami. Wanita itu turun dari ranjang lalu berlari ke bilik mandi. Melihat hal tersebut, Raffa hanya menggelengkan kepala lalu menaruh belanjaan Amel."Istriku kenapa kamu malah kabur, padahal seru lho kalau aku bantuin kamu mandi," teriak Raffa. Lelaki itu berkata sambil mendekati pintu bilik mandi lalu mengetuknya."Aishh ... kamu mesum banget sih, Mas!" sungut Amel. Dia bersyukur telah mengunci bilik mandi karena melihat gagang pintu itu diputar. Raffa menghela napas lalu memilih pergi dan membaringkan diri di ranjang."Apa yang dibeli istriku ya," gumam Raffa.Lelaki itu bangkit dan melihat isi paper bag yang dia bawakan tadi. Matanya melirik sesuatu kain berwarna merah, ia dengan penasaran mengeluarkan pakaian tersebut."Mas ... tolong ambilin handuk dong," pinta Amel.Wanita itu kini hanya mengeluarkan kepalanya dari pintu. Memandang Raffa yang tengah duduk dan membongkar belanjaan. "Mas! Kamu apa-apaan sih, kepo banget d
"Hehe ... maaf Mas, aku kaget sih, baru inget ada tugas dari kampus. Mas harus bantuin ya, sekarang!" seru Amel. Raffa mengembuskan napas pelan, lelaki itu bangkit dan menatap istrinya. "Ya udah, sekarang kita mandi aja dulu. Baru ngerjain tugasmu," tutur Raffa.Wanita itu langsung mengangguk semangat saat sang suami mengiyakan akan membantu. Mereka melangkah menuju bilik mandi dengan selimut untuk menutupi tubuh keduanya."Ambilin handuk punyaku dong, Mas," pinta Amel.Raffa menggeleng, lelaki itu memilih melangkah lagi. Melihat respon begitu, Amel langsung menggembungkan pipinya. "Mas ini, padahal lumayan deket lho dari kamu berdiri," gerundel Amel.Lelaki itu menghela napas, kini keduanya sudah berada di bilik mandi. Raffa mengunci pintu, lalu melepaskan selimut yang menutupi tubuh. "Gak perlu ambil handuk, disini kan ada handuk baru ya ... pake yang baru aja," sahut Raffa santai.Amel hanya mendengkus, mereka akhirnya mulai membersihkan diri. Yang pasti, Raffa selalu saja ber
"Lumayan sakit, Mas. Abisnya kamu berat, lagian akukan lagi kesakitan kamu masih aja ngomelin aku," balas Amel.Raffa menghela napas, lelaki itu melangkah mengambil air di nakas dan memberikan pada sang istri. "Minum ini."Amel langsung menerima gelas yang berisi air itu lalu meneguk sedikit. "Apa yang mau kamu omongin," lontar Raffa.Wanita itu menghela napas lalu memilih menaruh gelas terlebih dahulu. Lalu menarik lengan sang suami agar duduk di sampingnya. "Besok kita bakal pulang bukan? Berarti nanti si Diana bakal ke apartemen kita dong jadi pembantu, aku gak sabar jailin dia," celetuk wanita itu.Raffa menggeleng sebagai jawaban, membuat Amel mengeryitkan alis."Gak, Sayang. Mas suruh dia jangan ke apartemen kita dulu, Mas suruh dateng lusa," jawab Raffa.Amel memikirkan kepala mendengar jawaban sang suami. Wanita itu bersidekap lalu menatap dengan tatapan menyelidiki. "Kenapa harus lusa," celetuk Amel.Raffa tidak menjawab, lelaki itu malah mengusap kepala sang istri. "Uda