Sentuhan Panas Editorku

Sentuhan Panas Editorku

last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-11-28
โดย:  Risya Petrovaอัปเดตเมื่อครู่นี้
ภาษา: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
คะแนนไม่เพียงพอ
6บท
14views
อ่าน
เพิ่มลงในห้องสมุด

แชร์:  

รายงาน
ภาพรวม
แค็ตตาล็อก
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป

Meysa, penulis idealis yang hidup pas-pasan di rusun, mendadak viral setelah novelnya meledak di pasaran. Namun kegembiraannya runtuh ketika ia mengetahui editornya, Wildan, diam-diam mengubah novelnya menjadi novel erotis yang kini jadi fenomena. Marah, malu, tapi diam-diam menikmati popularitas yang datang tiba-tiba, Meysa terjebak antara benci dan penasaran pada editor dingin itu. Pertengkaran mereka berubah menjadi ketertarikan yang tak diakui, hingga masa lalu Meysa, mantan pacar toxic yang obsesif kembali menghantui. Saat reputasi Meysa goyah, terungkap pula bahwa Wildan masih terikat pernikahan dengan Alya, memicu drama dan fitnah yang mengguncang semuanya. Dalam dunia kreatif yang penuh intrik, Meysa dan Wildan harus memilih antara, bertahan pada kenyamanan lama, atau memperjuangkan cinta yang tumbuh dari kekacauan, kejujuran, dan luka masa lalu.

ดูเพิ่มเติม

บทที่ 1

Kehangatan Rudal Paman Mantanku

“Aah!”

“Terus Sayang ...!”

“Aw … Please ….”

“Yes! Baby … Yeees!”

Suara racauan dan desahan yang memecah kesunyian malam itu terdengar begitu vulgar, seolah dinding tipis kamar kos tak mampu lagi meredamnya. Bunyi ranjang yang berderit, menyatu dengan nafas memburu dan lenguhan asing, menusuk langsung ke ulu hati Meysa.

‘Tidak! Tidak mungkin!’

Langkah Meysa berhenti tepat di depan pintu kamar kos nomor empat, di lantai enam ini. Kamar kos yang bebas tanpa pengawasan ibu atau bapak kosan.

Meysa mengepalkan tangan, urat lehernya menegang. Jantungnya berdentum-dentum di dada, memompa amarah yang siap meledak. Dengan sisa tenaga yang ia punya, Meysa menerjang pintu itu.

Sayangnya, pintu itu terbuat dari kayu tebal, bukan karton. Serangan mendadaknya hanya menyisakan rasa nyeri hebat di bahu kanannya. Pintu itu tetap tertutup, mengejeknya dengan suara-suara laknat dari dalam.

Rasa sakit fisik itu tidak sebanding dengan sakit yang menghunjam dadanya. Meysa mencari cara. Netranya melirik ke arah Alat Pemadam Kebakaran, tabung berwarna merah yang berada di sudut koridor. Ia bergegas mengambilnya dan kemudian menghantamkannya ke arah daun pintu yang terbuat dari kayu dan triplek itu, hingga akhirnya,

Braaaak!!

Pintu itu terbuka.

Di matanya, dunia seolah berhenti berputar.

Dimas, kekasihnya, tampak telanjang dengan seorang wanita asing di atas ranjang. Keduanya terkesiap, gerak mereka membeku di tengah aktivitas yang kotor.

Asam lambung Meysa mendadak langsung naik ke atas. Ia merasa mual, tetapi pandangannya terkunci pada wanita itu.

Meysa mengenalnya.

Saat netra mereka bertemu, wanita itu tidak menunjukkan rasa terkejut, malu, atau takut sedikit pun. Sebaliknya, bibirnya terangkat membentuk senyum tipis yang penuh kemenangan dan meremehkan.

Senyum itu begitu puas, seolah ia baru saja memenangkan taruhan besar, menjadikan hati Meysa sebagai bayarannya.

Lutut Meysa terasa lemas. Kepalanya mendadak pening. Seluruh tubuhnya sakit.

***

Kring! Kring! Kring!

Sebuah suara nyaring dan mengganggu menyentak Meysa kembali dari jurang memori yang kelam.

Ia mengerjap, merasakan punggung tangannya yang dingin dan peluh membasahi dahinya. Ia bukan lagi di depan kamar kos Dimas. Ia duduk di kursi kerjanya yang nyaman di dalam rumah susun sederhana miliknya.

Semua itu hanya lamunan. Ingatan yang selalu menghantuinya setiap kali ia lengah.

Meysa menarik napas panjang, menenangkan jantungnya yang masih berdebar. Ia meraih ponselnya yang berdering tanpa henti.

Vina is calling ....

"Halo, Vin?"

"MEYS! YA AMPUN, KENAPA LAMA BANGET JAWABNYA, SIH?!" Suara Vina yang melengking khas sahabatnya langsung menyambut, dipenuhi nada kegembiraan yang meluap-luap.

Meysa menjauhkan ponsel sedikit dari telinga. "Santai, Vin. Kenapa, sih? Tumben heboh banget?"

"Heh, santai gimana? Ini berita besar, Meys! Kamu sekarang mendadak jadi penulis terkenal!"

Meysa terkesiap. Seluruh tubuhnya mendadak kaku. "A-apa? Jangan bercanda ah Vin. Aku ... penulis terkenal?"

"Iya serius! Novelmu sekarang meledak di mana-mana! Kalau kamu masih nggak percaya? Coba deh, kamu buka aplikasi PenaKata sekarang! Atau kamu liat dulu deh I*******m-mu, followers-mu jadi banyak banget! Gila, Meys, kamu mendadak jadi author papan atas!"

Meysa menelan ludah. Rasa sakit akibat memori Dimas dan wanita itu langsung menghilang, digantikan gelombang keterkejutan yang nyata. Penulis terkenal? Itu terdengar seperti dongeng.

"Oke, oke, aku cek sekarang," ujar Meysa cepat, tangannya gemetar.

Ia segera memutuskan panggilan.

Dan seperti perintah Vina, Meysa langsung membuka laman aplikasi I*******m-nya terlebih dahulu.

Dan matanya terbelalak kaget.

Meysa terkejut melihat angka di kotak masuk Direct Message (DM) yang menunjukkan 99+. Lebih aneh lagi, jumlah followers-nya melonjak dari 421 menjadi 2.560 hanya dalam semalam.

“Apa-apaan ini?” gumamnya. “Yang dibilang Vina benar ….”

Ia mulai menggulir DM yang masuk. Sebagian besar berisi pesan-pesan aneh.

@RajaaHarem88: Wih, Mbak Meysa! Keren banget cerita 'Rudal'-nya. Detailnya nendang! Kapan kita bisa check-in bareng di hotel bintang lima? Aku yang bayar!

@AndiSetia: Sumpah, Kak! Aku gak nyangka penulis seidealismu bisa nulis cerita seberani ini. Salut! Bikin nagih! Semangat nulis bagian 'makan malam' di kantor, ya!

@_PenegakMoral: Tobat Mbak! Novelmu ini menjerumuskan. Judulnya saja sudah menjijikkan! Dasar penulis murahan, jualannya cabul! Calon penghuni neraka! Naudzubilah!”

@Ucimaniez98: Mbak, tulisanmu itu bakalan jadi dosa jariah! Inget mbak! Mending tarik aja itu novelmu! Novel tidak berfaedah! Penulisnya mantan pengguna michat!

Meysa merasakan darahnya naik ke kepala. Rudal? Check-in? Jualan cabul? Penulis mantan pengguna michat?

Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Ia segera membuka profilnya dan memeriksa kolom komentar di foto-foto lamanya.

Pada foto dirinya sedang duduk di kafe dengan buku tebal:

@MurniSari: Judul lamanya Secangkir Kopi? Hahahaha! Ngakak. Bagusan Rudal Paman Mantan ke mana-mana, Mbak!

@KritikusJujur: Kopi dan Rindu yang Menguap? Apakah ini judul membosankan yang kamu ganti karena nggak laku? Cuma butuh Rudal untuk jadi terkenal, ya?

@Fanatik: Maju terus, Kak Meysa! Aku suka gayamu yang berani! Jangan dengerin haters!

Meysa beralih ke bagian novel-novel promosi mandiri yang pernah ia posting. Novel berjudul "Secangkir Kopi dan Rindu yang Menguap" yang sudah ia kubur dalam-dalam karena hanya mendapat 8.975 tayangan di aplikasi platform novel berbayar, kini dibanjiri ribuan komentar baru di promosi iklannya.

@NetizenKepo: INI ISINYA SAMA KAN SAMA KEHANGATAN RUDAL PAMAN MANTANKU? Cuma beda judul doang? Penasaran banget sama judul aslinya, kenapa bisa sesadis itu perubahannya?

@SiPalingTau: Ya ampun, Meysa! Ternyata kamu penulis ecek-ecek yang rela ganti genre demi uang. Dulu aku fans idealisme-mu, sekarang kecewa berat.

Jantung Meysa berdebar hebat ketika membaca komentar demi komentar. Ia mulai paham jika ada sesuatu yang tak sesuai di sini. Dan sepertinya masalah ini bermula dari novelnya yang berjudul ‘Secangkir Kopi dan Rindu yang Menguap’.

“Kapan aku mengganti judul novel itu menjadi Kehangatan Rudal Paman Mantanku!” Meysa mengulang judul vulgar itu dengan ngeri. Ia adalah penulis idealis yang rezekinya kerap seret, dan judul itu terasa begitu asing, konyol, dan menjijikkan.

“Siapa yang berani-beraninya mengaitkan karyaku yang damai dengan novel murahan begitu?! Ini gila!” teriaknya. Ia segera membuka aplikasi PenaKata. Novel lama miliknya, yang berjudul asli Secangkir Kopi dan Rindu yang Menguap, terpampang mencolok.

3.4 JUTA TAYANGAN!

Novel itu kini memiliki sampul baru yang gelap dan judul baru yang terpampang mencolok dengan huruf tebal: KEHANGATAN RUDAL PAMAN MANTANKU: PENGAKUAN SEKRETARIS NAKAL.

Wajah Meysa memucat. Ia segera mengklik dan mulai menggulir Bab 1. Deskripsi hujan di sore hari telah berganti dengan:

“Napasnya memburu di belakang leherku. Kemeja putihku sudah tak karuan, dan bunyi detak jam dinding seolah menertawakan segala kepura-puraanku sebagai wanita baik-baik dan aku begitu menikmati sentuhan .…”

Ini jelas bukan karyanya, melainkan sudah diubah menjadi novel dengan konten yang sangat 'berani'. Sebuah novel erotis! Meysa, yang seorang penulis alim, merasa integritasnya telah diinjak-injak.

Kepanikan Meysa belum usai. Tiba-tiba, sebuah notifikasi DM masuk ke Instagramnya. Sebuah pesan dari akun anonim dengan fitur “Lihat Sekali”. Meysa yang sedang shock dan kebingungan secara refleks menekan tombol lihat.

Layar ponselnya menampilkan sebuah video pendek yang bergerak. Video itu menunjukkan seorang pria yang wajahnya tak terlihat, sedang memuaskan hasratnya sendiri. Fokus utama video tersebut adalah pusaka pria yang panjang, keras, dan berotot.

“AAAKH!”

Meysa menjerit histeris. Ia segera melempar ponselnya ke karpet bulu di atas lantai, dadanya naik-turun karena nafasnya tercekat. Rasa jijik, marah, dan takut bercampur menjadi satu. Ini sudah melampaui batas!

Ia tersadar, badai ini berawal dari satu hal: Novelnya yang diubah menjadi Kehangatan Rudal Paman Mantanku.

Hanya satu pihak yang memiliki akses penuh ke naskahnya setelah diserahkan ke penerbit aplikasi: Editornya!

Meysa segera mengambil kembali ponselnya dan mencari kontak Ayu, editor yang pernah ia kenal. Ia harus mendapatkan jawaban dan meminta pertanggungjawaban atas perusakan karya ini.

“Halo, Kak Ayu?” tanya Meysa tanpa basa-basi begitu panggilan tersambung. “Gawat, Kak! Kamu lihat novelku yang lama, kan? Kenapa judulnya ganti jadi Kehangatan Rudal Paman Mantanku? Dan isinya .…”

Suara Ayu di seberang terdengar bingung. “Halo, Meys? Novel? Aduh, novel yang mana, ya? Aku kan sudah nggak di PenaKata, Meys.”

Meysa terkejut. "Maksudmu? Kamu berhenti?"

“Iya, duh, maaf banget, Meys. Aku lupa ngabarin kamu. Sekitar empat bulan yang lalu, aku resign. Aku lagi sibuk banget ngurus persiapan pernikahan. Maaf banget, ya. Aku lupa total!” jelas Ayu dengan penyesalan yang tulus.

Sekujur tubuh Meysa mendadak lemas. Editor yang ia kenal sudah mengundurkan diri. Lalu siapa yang selama ini memegang dan mengubah novelnya?

“Jadi, siapa yang pegang novelku sekarang, Yu? Siapa editor penggantimu? Aku butuh akses penuh kembali. Aku gak suka dengan judul novel dan isinya yang diubah.”

Ayu mengirimkan nomor ponsel Wildan sambil berbicara di telepon. “Editor penggantiku namanya Wildan. Dia asistenku dulu, terus dia naik jadi editor setelah aku keluar. Orangnya baik, kok. Agak strict sedikit, tapi profesional. Nanti kamu hubungi dia aja. Sorry banget ya, ini aku lagi di Salon. Aku sudahi ya obrolan kita.”

“Oh iya, Kak … Maaf ya ganggu.”

“Nggak apa-apa. Bye.”

“Bye.”

Tidak butuh waktu lama nomor kontak Wildan yang dikirimkan Ayu masuk ke ponsel Meysa.

WILDAN: EDITOR PENGGANTI. 0812-XXXX-XXXX

Meysa menatap nomor itu. Wildan. Dia adalah satu-satunya kunci untuk memahami mengapa novelnya yang idealis kini menjadi komoditas panas berkat perubahan genre yang ekstrem dan mendatangkan teror aneh.

"Aku harus telepon dia sekarang," gumamnya, jarinya bergerak cepat menuju tombol panggil.

Telepon itu tersambung dalam dua kali dering.

“Halo?”

Suara berat, bariton, dan maskulin milik seorang pria terdengar di seberang sana.

Bersambung

แสดง
บทถัดไป
ดาวน์โหลด

บทล่าสุด

บทอื่นๆ

ถึงผู้อ่าน

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

ไม่มีความคิดเห็น
6
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status