"Semoga saja, apa kamu bisa memasak?" tanya mama Laras.
"Sebenarnya saya bisa tapi tidak terlalu jago memasak." Jawabku.
"Tidak masalah, bagaimana jika kita masak bersama di dapur?" tanya mama Laras.
"Boleh, mama." Jawabku.
Aku dan juga mama Arya memasak berdua dan kami makan bersama.
"Enak sekali!" Kata papa Hendra.
"Benar, aku tidak mengetahui masakan kamu enak sekali. Aku tidak sabar dapat enak masakan kamu ini setiap hari. Pasti aku akan gendut." Kata Arya.
"Benar, papa juga akan gendut. Sebab makan masakan yang sangat enak." Kata papa Hendra.
"Bisa saja, ini juga atas bantuan mama Laras." Kataku.
"Tidak, kamu jangan berbohong. Mama Arya itu sama sekali tidak pandai memasak. Masak telur ayam saja gosong." kata papa Hendra sambil tersenyum.
"Benar itu, mama kurang enak jika memasak. Ini pasti kamu yang membuat." Kata Arya.
"Kalian ini memang suka mengejek m
"Sebelum bertemu kamu, aku pernah mencintai seorang wanita. Dia cinta pertama aku tapi dia melukai aku. Aku hampir ingin menikah tapi dia menduakan aku dengan orang lain." Jawab Arya."Aku tidak menyangka sesuatu seperti itu akan terjadi kepada kamu. Padahak kamu pria yang sangat baik dan juga tampan. Tapi wanita itu tega sekali melukai kamu." Kataku."Aku tampan?" tanya Arya sambil tersenyum.Aku tidak tahu apa yang harus aku katakan. Aku mengatakan bahwa Arya tampan dan saat dia bertanya aku mengatakan bahwa di seorang pria sehingga dia memang tampan."Benar, kamu tampan sebab kamu seorang pria." Kataku."Aku pikir kamu memang memuji aku sebab aku tampan. Ternyata hanya sebatas seorang pria saja." kata Arya sambil cemberut.Aku gugup sekali dan merasa tidak tahu harus apa."Maafkan aku." Kataku."Tidak perlu, aku masalah." Kata Arya."Ternyata benar yang dikatakan oleh papa kam
"Jadi, mama Arya itu penggemar kakak?" tanya Aluna."Benar dia juga mengatakan jika dia ingin sekali bisa bertemu dengan kakak." Kataku."Benarkah? Nanti jika keluarga kita beretemu kekayaan Arya. Aku akan meluangkan waktu untuk bisa ikut." Kata Aluna."Siapa nama orang tua Arya?" tanya papa."Pak Hendra dan Bu Laras." Jawabku."Bagaimana sikap dia terhadap kamu?" tanya papa."Tadi aku sudah mengatakan kepada papa bahwa keluarga Arya itu baik sekali. Mama dia mengajak aku memasuki berdua dan masakan aku dipuji oleh mereka semua. Padahal mengenai masakan, kakak lebih pandai dari aku. Tapi mereka itu sangat anak dan juga ramah. Bahkan papa Arya meminta aku mengatakan apa yang aku inginkan. Tapi aku tidak menjawab sebab aku merasa tidak enak. Aku baru kenal dengan mereka tapi mereka sudah ingin memberi hadiah untuk aku." Jawabku."Jadi begitu, baik sekali mereka semua." Kata mama."Benar sekali, kebai
"Baik, Arya." Kataku."Aku senang kamu mulai memanggil nama aku saja. Kamu ingin mengetahui apa yang dapat membuat ku merasa jauh lebih senang?" tanya Arya."Apa itu?" tanyaku."Dipanggil sayang." kata Arya sambil tersenyum."Apa maksudnya? Hentikan! Kamu ini memang suka bercanda saja." Kataku."Kenapa aku bercanda? Jika aku serius, memangnya masalah?" tanya Arya."Tidak juga, sudah kamu fokus saja mengendarai mobil." Kataku."Baik, dokter cantik." kata Arya sambil tersenyum dan melihat aku."Kamu bisa saja, Arya." Kataku.Kami sampaikan di depan rumah asisten dan dokter Dirga sudah berada di sana. Dia sepertinya menunggu aku dengan sangat tajam melihat ke arah Arya."Dokter Mia!" Kata dokter Dirga."Dokter Dirga, apa yang sedang dilakukan?" tanyaku."Saya menunggu kamu, ada yang ingin saya bicarakan kepada kamu." Jawab dokter Dirga.&n
Saat aku tiba di ruangan, sudah ada Robi dan Dika."Kalian! Ada apa datang kemari?" tanyaku"Aku ingin bertemu dokter Mia, apa dokter Mia sibuk?" tanya Robi."Sebenarnya sekarang aku akan melakukan operasi, jadi kalian tunggu saja di sini." Jawabku."Baik, dokter Mia. Aku akan menunggu di sini." Kata Robi."Kami bukan kamu saja." Kata Dika."Terserah aku saja, siapa juga yang mengajak kamu datang ke rumah sakit ini." Kata Robi."Apa sudah ada orang yang pernah mengatakan kepada kamu bahwa kamu itu menyebalkan sekali?" tanya Dika."Sepertinya tidak, hanya kamu yang mengatakan itu kepada aku. Semua orang tidak pernah mengatakan itu." Kata Robi."Bagus, itu artinya aku adalah orang pertama yang mengatakan itu terhadap kamu." Kata Dika."Iri saja kamu, Dika." Kata Robi."Aku pergi, kalian tunggu saja di sini." kataku."Baik, dokter M
"Benarkah?" tanyaku."Padahal dia tidak mengetahui apa pun tentang aku. Tapi sikap dia sekarang mengetahui segalanya. Aku tidak suka melihat dia." Jawab Robi."Benarkah?" tanyaku."Dswri tadi dokter Mia hanya mengajak benarkah. Apa tidak ada perkataan yang lain?" tanya Dika."Lalu, apa yang harus aku katakan?" tanyaku."Setidaknya dokter Mia mengatakan hal yang lain." Jawab Dika."Baik, aku akan menanyakan apa yang kalian inginkan sampai datang kemari sampai bersedia menunggu saya dengan waktu yang lama?" tanyaku."Aku ingin mengatakan sesuatu terhadap dokter Mia." Jawab Robi."Apa itu?" tanyaku."Aku ingin hanya mengenal dokter Mia lebih dalam." Jawab Robi."Begitu." Kataku."Aku juga sama, dokter Mia." Kata Dika.Mereka berdua ingin mengenal aku lebih dalam. Akhirnya aku menjawab semua pertanyaan mereka berdua."Dokter, apa be
Mereka itu hanya anak SMA dan tidak mungkin mendekati aku. Mereka berdua sudah seperti adik aku sendiri. Pasti Arya salah mengartikan sikap mereka berdua."Kenapa tidak mungkin? Mereka sudah pasti menyukai kamu." Jawab Arya."Tidak mungkin, mereka berdua pasti menganggap aku ini sebagai kakak mereka sendiri. Sebab mereka berdua itu hanya merasa kesepian bukan membutuhkan cinta. Mungkin benar pada masa mereka berdua, cinta itu menyenangkan. Tapi aku tahu betul yang mereka butuhkan." Kataku."Tapi kamu tidak mengetahui apa yang mereka inginkan, bukan? Seseorang terkadang lebih melakukan keinginan bukan kebutuhan. Sebab merk ingin merasakan keinginan dalam hidup mereka meski hanya sekali." Kata Arya.Saat aku mendengar perkataan Arya, itu terasa sangat benar sebab itu semua memang terjadi dalam kebanyakan orang."Apa itu benar?" tanyaku sambil merasa ragu."Jika kamu tidak mempercayai aku, kamu dapat bertanya
"Ini memang salah kamu yang selalu pulang malam, seharusnya kamu bisa pulang lebih awal lagi. Lihat adik kamu! Dia sudah pulang dari tadi padahal pekerjaan dia lebih sulit dari kamu." kata nenek sambil marah"Pekerjaan aku dan Mia jelas berbeda. Mia itu bekerja di ruang sakit dan jam kerja dia sudah diatur. Sedangkan aku ini seorang Aktris bermain dari pagi hingga malam sebab adegan yang aku mainkan tidak tentu. Aku bisa bermain di siang hari atau malam hari. Jadi, pekerjaan kami tidak bisa disamakan." kata Aluna sambil marah."Kamu sudah pandai berbicara ternyata, bagus kamu sudah menyadari pekerjaan kamu itu. Dari dahulu nenek tidak pernah menyetujui itu. Nenek hanya ingin kamu fokus terhadap pelajaran dan juga memulai karir yang nenek tentukan." kata nenek sambil marah."Nenek selalu seperti ini, nenek tidak pernah mengerti apa yang aku inginkan. Aku juga ingin menggapai mimpi bukan menuruti keinginan nenek. Aku juga berhak atas kehidupan ak
Arya bersiap pergi ke kantor dan orang tua Arya menyuruh dia untuk mengantar aku bekerja. "Kenapa kamu tidak pergi ke rumah Mia?" tanya mama Laras. "Benar, kamu harus lebih perhatian terhadap Mia." Jawab papa Hendra. "Tentu saja, aku juga menang akan menemui dia. Aku tidak akan membiarkan dia pergi sendiri selama aku bisa mengantar dia." Kata Arya. "Posesif juga kamu, Arya." Kata papa Hendra. "Bukam begitu tapi ada anak SMA yang menyukai dia. Aku tidak ingin mereka berdua mendekati Mia. Nanti Mia tidak akan mencintai aku." Kata Arya. "Kamu cemburu terhadap anak SMA? Ternyata kamu sangat mencintai Mia." Kata mama Laras. "Tentu saja, aku sangat mencintai Mia." Kata Arya. "Papa ingin memberi hadiah kepada Mia tapi papa tidak mengetahui apa yang dia suka. Menurut kamu apa yang paling diinginkan oleh Mia? Benda apa yang dia sukai?" tanya papa Honda. "Aku juga tidak mengetahui itu."