Sentuhan Berondong Sewaanku

Sentuhan Berondong Sewaanku

last updateLast Updated : 2025-12-28
By:  Sal.SalUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
98Chapters
1.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Lima tahun menikah tanpa sentuhan dari suaminya, Aina tak pernah menyangka jika suaminya malah menyuruhnya menyewa gigolo agar bisa hamil. Tapi Rey, si gigolo yang usianya tujuh tahun lebih muda dari Aina justru mampu memberikan kenyamanan dan kehangatan yang selama ini ia rindukan.

View More

Chapter 1

1. Sewa Aja Gigolo!

“Hans, malam ini bisa gak kita lakuin itu?” suara Aina pelan tapi tegas. Ia duduk di ujung ranjang, hanya mengenakan lingerie tipis, rambutnya tergerai menutupi sebagian bahu.

Hans yang baru masuk kamar hanya melirik sekilas sebelum melepas jasnya. “Aku capek, Aina. Lain kali.”

“Lain kali?” Aina berdiri, menahan nada kesal. “Udah lima tahun menikah, ‘lain kali’-mu itu gak pernah datang. Kita gak pernah berhubungan, terus gimana bisa punya anak?”

Hans mendengus. “Bilang aja belum rezekinya. Apa susahnya?”

Aina membulatkan mata, nadanya meninggi. “Susah karena semua orang nyalahin aku! Ibu kamu terus ngomel, bilang aku mandul, padahal kamu yang gak pernah mau nyentuh aku!”

Hans berhenti, tapi tak menoleh.

Aina melangkah mendekat, suaranya bergetar antara marah dan sedih. “Aku tahu pernikahan ini karena Ibu kamu. Tapi itu bukan alasan buat kamu memperlakukan aku kayak gini. Aku istri kamu, Hans. Aku punya hak buat diperlakukan layaknya seorang istri.”

Ia menatap punggung suaminya yang tetap membisu. “Aku gak minta banyak. Gak tiap hari, gak lama. Tapi setidaknya kamu berusaha. Seminggu dua atau tiga kali aja. Aku cuma pengen ngerasa masih punya suami, bukan patung di rumah sendiri.”

Hans berbalik, menatapnya dengan wajah lelah. “Aku gak mau maksa diri buat sesuatu yang aku gak pengen.”

Aina terdiam, air matanya jatuh tanpa suara. “Berarti cuma aku yang peduli, ya? Cuma aku yang masih mau nyelamatin rumah tangga ini.”

Hans menghela napas keras, menatapnya dengan dingin. “Kamu tuh kenapa sih, Aina? Semua hal gak harus tentang itu. Aku udah cukup capek di luar, jangan bikin tambah sesak di rumah.”

Aina melangkah lebih dekat. “Aku juga capek, Hans. Tiap kali ke rumah Ibu kamu, aku disindir karena belum punya anak. Aku dituduh gak bisa ngasih cucu, sementara alasan aku juga belum hamil itu karena  kamu gak pernah mau nyentuh aku!”

Hans mengambil bantal dari ranjang, nada suaranya naik. “Kalau kamu malu, ya udah. Gak usah ke sana lagi!”

Aina menatapnya tajam. “Kamu cuma bisa lari dari semuanya, ya? Dari tanggung jawab, dari aku?”

Hans membalik tubuhnya, matanya menusuk. “Aku gak mau bahas hal gak penting tiap malam! Aku kerja buat rumah ini, buat hidup kamu! Gak cukup?”

Aina menatapnya dengan mata basah, suaranya pecah. “Yang aku mau bukan uangmu, Hans! Aku cuma pengen kamu... nyentuh aku.”

Hans terdiam sejenak, lalu menggeleng pelan.

“Kalau cuma itu yang kamu mau, gampang, Aina.” Hans mendekat sedikit, suaranya dingin dan menusuk. “Sewa aja gigolo. Banyak di luar sana yang bisa nyenengin kamu.”

Dunia Aina seketika hening. Nafasnya tercekat, tubuhnya kaku.

“Kamu… barusan ngomong apa?” suaranya gemetar, nyaris tak percaya.

Hans menatapnya datar, tak ada penyesalan sedikit pun di wajahnya. “Kamu denger, kan? Aku serius. Kalau cuma butuh itu, sewa aja. Aku gak akan larang.”

Aina melangkah mendekat, matanya membulat tak percaya. “Kamu sadar gak kamu ngomong apa, Hans?! Aku istri kamu! Istri yang kamu nikahin di depan keluargamu!”

Hans mendengus pendek. “Justru karena itu. Aku tahu kamu gak akan bisa terus hidup kayak gini. Tapi kalau kamu terus nuntut ke aku, kamu cuma bakal kecewa. Jadi, ya udah ambil jalan lain.”

Aina memelototinya, air mata jatuh deras. “Kamu pikir aku perempuan macam apa, hah? Kamu pikir aku segitu rendahnya sampai harus—”

“Bukannya aku suruh kamu selingkuh,” potong Hans datar. “Cuma sewa. Simple. Kamu gak perlu ngerasa bersalah, gak perlu ngemis-ngemis perhatian aku tiap malam. Aku juga gak akan ngadu ke Ibu, gak akan ganggu. Bahkan kalau kamu sampai punya anak pun, aku gak keberatan ngakuin itu anakku. Dunia luar gak perlu tahu, kan?”

Aina terpaku. “Kamu... gila?” suaranya nyaris berbisik. “Kamu tega ngomong kayak gitu ke istri kamu sendiri?”

Hans melengos, mengambil jaket yang tadi ia lempar ke kursi. “Aku cuma realistis, Aina. Kita nikah karena Ibu.”

Aina menatapnya dengan wajah hancur. Sementara itu, Hans sudah berbalik, berjalan keluar kamar tanpa ekspresi.

***

“Kalau emang suami lo nyuruh sewa gigolo, yaudah, sewa aja sekalian,” kata Amel santai sambil menyerahkan segelas teh.

Sejak beberapa jam yang lalu, Aina memang sudah ada di kosan sempit milik Amel, sahabatnya untuk curhat tentang suamina yang semalam menyuruhnya menyewa gigolo.

Aina langsung menatapnya tak percaya. “Lo gila, Mel? Masa gue beneran nurutin omongan begituan?”

Amel bersandar ke dinding. “Lah, terus mau lo apain? Lo udah lima tahun digituin, Na. Lima tahun gak pernah disentuh. Kalau itu bukan penelantaran, gue gak tau lagi apa.”

Aina terdiam, menunduk. “Gue cuma… gak habis pikir aja. Gue pikir setelah nikah hidup gue bakal tenang. Gue udah gak punya siapa-siapa, Mel. Nyokap pergi waktu gue SMP, bokap mabuk tiap hari, terus meninggall pas gue kuliah. Gue cuma pengen punya keluarga yang bener.”

Amel menatapnya iba. “Tapi lo nikah sama orang yang bahkan gak nganggap lo istri.”

Beberapa detik hening. Aina seolah memikirkan tiap perkataan sahabatnya yang hampir tak bisa disangkal.

“Na, gue boleh jujur gak?” kata Amel akhirnya.

 Aina mengangkat kepala. “Apa lagi?”

“Jujur, liat Hans yang kayak gitu, gue jadi mikir dia itu gay.”

Aina refleks tertawa pendek, tapi getir. “Ngaco lo.”

“Ngaco apanya? Coba pikir dengan logis deh. Cowok mana yang lima tahun tidur serumah sama istrinya tanpa pernah nyentuh? Bahkan nyuruh lo nyari laki-laki lain? Itu bukan dingin lagi, Na. Itu aneh,” potong Amel langsung, ia membenarkan posisi duduknya karena rasa antusiasnya.

Aina terdiam lama. Ia ingin menyangkal, tapi kalimat itu terlanjur menancap. Bahkan, rasanya cukup masuk akal.

Lelaki normal, mungkin tak akan setahan itu tidur satu kamar dengan seorang wanita selama lima tahun tanpa menyentuhnya sama sekali.

Amel menatapnya lekat. “Udah jelas banget, Na. Hans itu gay. Makanya lo gak bakal dapet apa-apa kalo terus nunggu dia berubah. Lagian, yang nyuruh lo sewa gigolo juga dia, kan? Yaudah, lakuin aja.”

Aina menatap Amel, ragu. “Lo serius?”

“Serius lah. Toh bukan lo yang mulai. Dia yang nyuruh. Anggap aja lo cuma nurutin perintah suami sendiri,” jawab Amel santai, tapi suaranya mantap.

Aina kembali diam. Pikirannya berputar, antara malu, marah, dan… penasaran. Lama kemudian, ia menghembuskan napas pelan. “Emang… caranya gimana?”

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

No Comments
98 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status