Aku pun berpindah melihat kamera di mobil Xenii Mas Chandra, namun kenapa warnanya hanya hitam saja? Apa ada yang rusak ya? Atau Mas Chandra telah tahu jika aku telah mengintainya selama ini?
Aku mencoba menelepon Mas Chandra untuk mencari info, dari caranya bicara mungkin aku dapat menebak apa yang akan terjadi. Empat kali sudah aku mencoba meneleponnya, namun nihil, panggilanku tak dihiraukannya, padahal saat itu dia sedang aktif. Seketika perasaan cemas menghampiriku. Kemana juga kira-kira perginya Mas Chandra malam ini? Sedangkan menurut Toni sejak sore tadi dia sudah pergi dari rumah Raisa.Tunggu, kenapa aku tidak melihat kamera pengintai yang ada di ruang tamu Raisa saja ya? Kira-kira apa yang di lakukan mereka berdua setelah melakukan perbuatan zina itu?Layar laptopku segera menunjukkan ruang tamu itu, sedikit sakit hati lagi saat repeat adegan panas mereka. Ternyata setelah hasrat haram kedua manusia itu tercapai, kKok bisa ya para pejambret itu tahu bahwa perhiasan yang ku pakai tadi mahal harganya? Padahal warnanya silver persis seperti perhiasan sepuluh ribuan yang di jual di pinggir jalan itu.Segera aku masuk kembali ke mobil, ternyata mobilku juga nggak habis semua anginnya. Kulajukan mobilku pelan mencari tambal ban atau pom bensin terdekat. Alhamdulillah tak sampai lima ratus meter, ada Pom bensin dan pastinya ada jasa nitrogen.Hanya perlu waktu sekitar lima puluh menit, ban mobilku sudah kembali siap digunakan. Ku lajukan kembali mobilku menuju arah kantor.Bingung masih merasuk di pikiranku, kok bisa sih ada penjambret di sini. Dan sepertinya aku sudah di awasi dari tadi, buktinya ketika aku baru saja turun dari mobil mereka langsung menghampiriku. Untung saja aku bisa menguasai diri, hingga tak terjungkal saat salah satu dari mereka menarik kalungku.Tentu saja piki
[Ini suamimu 'kan, si Chandra?]Erika mengirimiku sebuah foto, dalam foto tersebut terdapat dua orang pria memakai jaket warna hitam. Tak salah lagi dia memang Mas Chandra, dan yang satu lagi adalah Edi, salah satu pekerja di rumahku.[Iya benar. Di mana kamu melihat mereka Er?][Tadi aku bertemu dengan mereka di toko emas Anastasia, tau 'kan kamu Dit toko itu?][Tau banget dong, itu 'kan toko emas dan berlian langgananku. Ngapain Mas Chandra kesana?][Sepertinya suamimu itu sudah lupa kepadaku, karena memang aku sekarang sudah berhijab. Aku tadi sedang membeli beberapa perhiasan di sana, saat kami berdekatan ternyata dia tak mengenaliku, aku pun pura-pura tak kenal dia juga. Dia menjual perhiasan Dit.][Berlian maksudmu? Kalung dan gelang 'kan?][Iya benar, oleh Cik Liem di
Cocok sekali ternyata pasangan itu, Mas Chandra dan juga Raisa, sama-sama sampah.Kulihat melalui kamera pengintai yang ada di ruang tamu Raisa, ternyata pagi tadi Mas Chandra baru sampai di rumah Raisa. Dia datang sambil membawa sebuah tas ransel."Tumben sih, kamu pagi-pagi begini sudah nyampek sini? Pakai baju serba hitam lagi, kayak preman aja kamu itu Yank. Dari mana sih?" tanya Raisa yang kelihatannya baru saja bangun tidur.Memang terlihat saat itu Mas Chandra memakai kaos dan celana panjang warna hitam, rambutnya pun kelihatan awut-awutan, mata merah sepertinya kurang tidur."Ini tadi aku baru nungguin orang-orang lembur di lokasi proyek. Kebetulan kan aku sekarang sedang ada proyek baru Yank. Nggak apalah penampilanku seperti preman, yang penting aku bisa menyenangkan hatimu," jawab Mas Chandra."Hemmm, tapi kamu juga harus
Ku teliti berkali-kali kamera itu, ternyata memang rusak sepertinya terbentur sesuatu. Semoga saja memang rusak dan bukan dirusak. Lihat saja jika kamera baru tadi rusak juga, berarti?!?"Dek, ngapain sih kamu di situ?!" teriakan Mas Chandra tadi sontak membuatku kaget, gegas ku masukkan kamera imut itu ke dalam saku bajuku."Ngagetin aja kamu itu, Mas! Habisnya kamu sih katanya ngajak ngobrol, eh malah aku ditinggal tidur!" Aku pura-pura untuk menghilangkan kegugupanku."Temani aku sarapan yuk Dek, lapar nih," ucapnya sambil nyengir.Kujawab dengan anggukan saja perkataan Mas Chandra tadi, dan aku pun berjalan beriringan denganya menuju dapur."Mau makan apa? Biar dimasakin sama Bik Sanah dulu," tanyaku."Makan yang ada aja deh Dek, keburu lapar nih. Atau kalau kamu bersedia, buatin telur ceplok dua saj
Segera aku mengalihkan kamera pengintai ke ruang tamu Raisa, karena sebelum Mas Chandra datang tadi, aku kan sedang melihat Raisa merokok dan menengak pil putih itu bersama dua orang teman perempuannya. Baru kutinggal menemani calon suaminya dua jam saja, kini dia sudah pingsan. Firasatku sih pasti karena pil yang di minumnya tadi.Ku atur kamera tepat sebelum Mas Chandra dataang. Terlihat mereka bertiga masih saja bercanda sambil merokok, Raisa pun kemudian menyalakan lagi rokoknya yang ke dua."Heh Sa, kamu itu lagi hamil jangan banyak-banyak dong rokoknya!" ujar salah satu perempuan itu pada Raisa."Heleh memangnya kenapa kalau hamil? Kamu juga sih kesini bawa ginian," jawab Raisa enteng."Kan merokok dapat menyebabkan keguguran, nggak takut kamu? Kan itu aset agar kamu bisa menikah dengn orang kaya raya itu," kata yang lainnya."Siapa
"Kita arak muter kampung saja dulu, Pak! Sambil nunggu anak dan calon mantunya datang!"Teriakan salah seorang warga tersebut, membuat warga yang tadinya sudah tenang kini mulai ramai lagi. Hampir semua warga yang berada di ruangan itu menyetujuinya."Iya di arak rame-rame saja, biar kapok!!""Muter kampung saja biar semuanya pada tau wajah para pezina ini!!""Iya biar tahu rasa, sudah tua kok banyak tingkah!!""Langsung kita nikahkan saja Pak!"Sementara itu Bu Mirna hanya bisa memangis sambil menutupi wajahnya. Sama halnya dengan sang kekasih yang hanya bisa diam, pasrah."Tenang...tenang dulu ya Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu, kita musyawarahkan dulu. Itu kelihatanya Raisa dan calon suaminya sudah datang," ucap Pak Kades.Kedua orang yang di tunggu-tunggu itu akhirnya datang. Mas Chandra membopong tubuh Raisa yang masih terlihat lemas. Keduanya pun tak bisa berkata apa-apa lagi, karena telah me
H-5 dan H-4Tak ada yang spesial di dua hari tersebut. Aku melakukan aktivitas rutin seperti biasa. Ke kantor, latihan taekwondo dan juga melakukan banyak hal yang menyenangkan untuk sedikit bisa mengurangi luka di hati yang masih basah ini.Sementara Mas Chandra pun tetap seperti biasanya, dia tetap menjalani profesi barunya menjadi seorang penjarah. Dari intaian kamera yang berada di mobilnya, sehari bisa dua kali, dia dan komplotannya beraksi. Dan pintarnya juga, sekarang Mas Chandra mengajak suami mertuanya sebagai partner dalam bekerja. Tentunya juga tanpa sepengetahuan Raisa dan juga Bu Mirna.Kemarin mereka sempat bilang akan membeli mobil besok, memang banyak sekali hasil jarahan mereka setiap hari. Namun tetap sepandai-pandainya tupai melompat, suatu saat pasti akan kepeleset, eh terjatuh juga. Tetapi dalam hati aku selalu berdoa, agar aku Allah memberiku waktu untuk membalas sakit hatiku pada Mas Chandra sebelum dia masuk penjara.
Tentu aku harus menyelidiki lagi kejadian ini. Pasti ada campur tangan orang dalam, sehingga bisa tahu saat-saat Pak Johan membawa uang sebanyak itu sendirian. Prasangkan buruk tentu saja langsung mengarah ke Mas Chandra, mengingat profesinya sekarang. Namun aku tak bolehnegative thingkingdulu, sebelum ada bukti nyata yang menunjukkan bahwa dia lah pelakunya."Felix tolong lebih cepat ya, kita menuju ke rumah sakit terlebih dahulu untuk mengunjungi karyawanku," ucapku kepada Felix yang sedang menyetir mobil."Siap Bu."Segera ku buka laptop untuk mengintai keadaan ruang tamu Raisa, siapa tahu aku bisa mendapatkan sedikit info dari sana. Waktu ku setel sejak pagi hari, namun sepertinya tak ada sesuatu yang mencurigakan. Terlihat ruang tamu itu masih tak memperlihatkan kehidupan hingga pukul sembilan pagi, padahal jam segitu kalau aku sih sudah beraktivitas, hehehe.Baru kemudian terlihat Bu Mirna menyapu dan membuka pin