Pertaubatan Raisa (Pov Author)
"Raisaaaaaaa!!"
"Raisaaaaaaa!!"
Bu Mirna terus berteriak, memanggil nama anaknya, padahal, kini Raisa telah ada di sampingnya. Namun sepertinya Bu Mirna tak lagi mengenalnya.
"Huhuhu, Raisa...cepat bawa ibu pergi dari sini, Nak. Ibu tak mau di sini. Mereka semua jahat dan nakal sekali sama ibu. Bawa ibu pergi dari sini, Sa!" teriak Bu Mirna lagi.
Raisa hanya terus saja menangis melihat keadaan Ibunya seperti itu, sambil tak henti mulutnya meminta ampunan kepada Tuhan.
Hingga kemudian, datang empat orang perempuan dan seorang laki-laki, mereka adalah para dokter dan suster. Dengan sigap mereka berempat memegangi Bu Mirna dan ssang dokter langsung menyuntiknya. Beberapa saat kemudian akhirnya Bu Mirna diam dan kembali tertidur.
"Dok, apakah Ibu saya tidak bisa diajak ngomong sama sekali?" tanya Raisa pada dokter.
Pertaubatan Raisa 2 (pov Author)"Iya sebenarnya memang begitu, tapi melihatmu mengerjakaan misi utama yang sangat rapi itu, membuatku berubah pikiran! Jadi kamu wajib melakukan misi tambahan tersebut! Dan aku tak mau tahu alasan apapun! Jika tidak kau lakukan akan kubuat kamu menyesal! Kamu tahu kan, aku bisa melakukan apapun meski ragaku tengah berada di penjara?!""Kenapa bisa berubah seperti itu? Itu tidak masuk akal dan tidak adil! Dan yang pasti, aku tidak akan terima itu! Keputusanku sudah bulat, aku tak akan mau melakukan dosa lagi!""Punya nyali juga kamu ya! Kuberikankamu waktu berpikir sampai esok hari, aku tahu, saat ini kamu pasti butuh banyak uang, untuk mengeluarkan Ibumu yang saat ini tengah gila itu? Dan satu lagi, aku juga sangat tahu saat ini kamu sedang hamil, sama seperti Ibumu, tapi sayang tak ada yang tahu siapa ayah biologisnya. Pasti 'kan semua itu butu
Pov AuthorSetelah meminum obat yang diberikan Raisa, Bu Mirna pun kini tertidur lelap. Raisa berniat untuk keluar, tekadnya yang bulat untuk bertaubat dan tak mengambil misi itu, membuatnya berpikir untuk mencari pekerjaan. Tentunya sebuah pekerjaan yang halal, meski dia tahu gaji yang didapatnya akan sangat kecil. Tapi dia yakin, Allah akan selalu memberi pertolongan untuknya.Raisa menyusuri jalanan di kota Jombang itu dengan pelan, sambil tengok kanan-kiri barangkali di salah satu toko ada tulisan lowongan pekerjaan. Dengan ijazah SMA yang di milikinya, sebenarnya dia bisa saja bekerja di pabrik, yang pastinya gajinya lebih banyak, dari pada hanya seorang karyawan toko. Namun dia sadar, dia sedang sakit juga saat ini, tak mungkin kuat dengan sistem kerja pabrik yang harus kejar target. Apalagi saat ini dia juga sedang hamil, jadi tak boleh bekerja terlalu capek.Rencana Raisa besok adalah ingin mengembalika
Dua Wanita Hebat (Pov Author)Perubahan yang begitu cepat pada Raisa, membuat Dita bertanya-tanya kira-kira apa yang sedang terjadi. 'Ah semoga saja pertaubatan Raisa itu bukan karena hal buruk yang tengah terjadi saat ini, tapi karena memang hidayah dari Allah telah datang padanya,' pikir Dita.Dita saat ini masih sangat penasaran degan hasil kamera di ruang tamu rumah Raisa yang tadk sempat di lihatnya selama seminggu yang lalu namun dengan gerak dipercepat. Kali ini, Dita ingin melihat semuanya dalam mode normal. Di mulai dari enam hari yang lalu.Dita memperhatikan, sepertinya selama seminggu itu, Raisa tengah bekerja pada seseorang. Sepertinya sebagai seorang kurir barang haram, hal itu disimpulkan Dita dari percakapan-percakapan lewat telepon yang sering diterima Raisa di ruang tamu itu.Dan ternyata Raisa melakukan semua itu, karena untuk membayar hutang budi pada seseorang yang telah mengelua
Pov AuthorKumandang adzan subuh membangunkan Raisa yang tidur dengan posisi duduk, di samping Ibunya. Matanya sangat sulit dibuka, karena memang ini adalah hal baru dalam hidupnya, biasanya Raisa bangun di atas pukul tujuh, karena tak pernah melaksanakan shalat. Kini dia sudah bertaubat dan wajib melaksanakan shalat subuh, meski berat.Apalagi, dia tadi baru saja tidur pukul tiga. Karena Bu Mirna semalam mengamuk dua kali. Sekitar pukul sepuluh dan pukul dua tadi. Hal ini membuat mata Raisa makin berat dan kepalanya pusing. Namun, bismillah dia tetap berusaha menjalankan shalat wajib itu.Dengan langkah gontai, dia bergegas menuju musholla rumah sakit, sesampainya di sana, dia langsung mengambil air wudhu dan ikut shalat subuh berjamaah. Setelahnya dia berdoa dan meminta perlindungan pada Allah, agar tetap bisa istiqomah di jalanNya. Juga dia meminta agar sang Ibu cepat di beri kesembuhan.Pagi ini,
Keteguhan Hati Raisa (pov Author)[Bagaimana? Mau berubah pikiran? Belum terlambat jika kamu mau melakukan misi itu,maka aku akan membelikan rumah yang lebih mewah dari pada itu, pikirkanlah lagi baik-baik!]Sedikit goyah juga saat ini pendirian Raisa, kemana dia harus pulang jika rumah saja kini dia tak punya? Namun hatinya kembali teguh ketika menatap wajah ibunya yang kini tengah tertidur pulas. Raisa sangat yakin, Allah akan menyembuhkan kembali sang Ibu, jika dia istiqomah dalam bertaubat.[Aku sudah bilang! Apapun yang kamu lakukan tidak akan merubah keputusanku! Aku sudah tidak mau melakukan perbuatan jahat lagi! Terserah saja kalian mau melakukan apapun. Aku punya Allah dan Dialah yang akan membalas semua perbuatan kalian padaku ini.]Chat dari Raisa itu tak lagi mendapatkan jawaban dari bosnya. Raisa berpikir mungkin mereka tak akan mengejarnya lagi, ah semoga saja begitu.
Wanita Tangguh Itu Harus Kuat (Pov Author)"Sudahlah semua bisa diatur, yang penting sekarang juga kita harus ke sana!" ucap Dita dengan nada tinggi pada Leo.Mendengar Bosnya sudah sedikit emosi, Leo pun langsung berbalik arah menuju ke rumah Raisa. Entah mengapa dalam pikirannya, saat ini Raisa sedang membutuhkan bantuan. Selama dalam perjalanan, berulang kali dia mencoba menelepon Raisa namun tak ada jawaban."Le, agak kencengin dikit nyetirnya!" ucap Dita."Maaf ya Bu, dia itu 'kan dulu telah merebut suami Bu Dita, kenapa kok bisa baik banget gitu sih sama dia? Kayak teman dekat deh. Kalau saya jadi Bu Dita sih, malah akan sangat senang sekali jika dia dapat musibah. Karena dulu dialah akar dari masalahnya, hingga pernah membuat nyawa Bu Dita dalam bahaya loh." ucap Leo pada Dita."Heh, ngawur kamu itu. Nggak boleh begitu! Itu kan masa lalu, semua sudah berlalu
Semua Karena Takdir (Pov Author)Membaca kedua chat itu, membuat Raisa berpikir untuk menceritakan semua masalhnya pada Dita. Namun dia takut dan malu, karena dulu telah menorehkan banyak luka di hati wanita itu.Raisa berpikir, kenapa Dita bisa sebaik itu kepadanya? Padahal dia selalu berusaha menyakitinya. Berkali dia menyakiti Dita, tapi nyatanya Dita selalu berhasil selamat dan malah selalu menang. Sepertinya keberuntungan selalu berpihak padanya.Jadi Raisa berpikir untuk membiarkan saja chat dari Dita itu. Biarlah masalah ini ditanggungnya sendiri, dan tak perlu rasanya Dita tahu masalah itu. Dia tak ingin menyeret Dita dalam masalahnya. Sudah cukup selama ini, dia membuat Dita hidup dalam kesengsaraan.Dia juga malu, masak iya dulu pernah menyakitinya dan merebut suaminya, kini malah mau minta tolong padanya. Rasanya kok tidak pantas sama sekali sih. Raisa lalu melanjutkan lagi pekerjaannya dan mema
Satu Masalah Besar Sudah Usai (Pov Author)"Astaghfirullah, masalah seberat itu kamu tanggung sendiri. Sekarang juga kamu telepon orang yang kau sebut bos itu! Minta nomor rekeningnya! Sekarang juga akan kubayar uang tiga ratus lima puluh juta itu! Cepat Sa, nggak ada tapi-tapian!" ucap Dita tegas seperti biasanya.Raisa berpikir keras saat itu, dia sebenarnya sangat mau dibantu oleh Dita, tapi bingung, harus dengan apa nanti dia mengembalikan uang sebanyak itu pada Dita? Serangkan umurnya pun belum tentu bisa sampi cukup panjang untuk mengembalikan uang itu."Nggak Dit. Tadi kan sudah kubilang, aku nggak mau dibantu, aku cuma cerita saja kan. Terima kasih sudah mendengar ceritaku," ucap Raisa sambil tersenyum."Kukira hanya orang jahat saja, yang setelah mendengar ceritamu tak mau membantu. Sudah nggak perlu sungkan, uang segitu nggak ada artinya kok buatku, hehehe. Cepetan Raisa telepon orangnya!"