Share

First contact

Part 2: First Contact

Setelah Chiara meminjam buku pada Miss Neva, ia pun bergegas menuju restoran yang menjadi tempat kerjanya. Gadis mungil itu terus memacu kakinya agar cepat sampai di restoran tempat ia mengais rezeki. Chiara tak mau jika gajinya dipotong karena datang terlambat.

Ketika sampai pintu belakang restoran, Chiara berhenti sejenak untuk menetralkan napasnya yang masih tersengal sengal. Jantung Chiara berdetak lebih cepat karena berlari dengan jarak yang cukup jauh. 

Setelah napasnya cukup teratur, Chiara langsung masuk ke dalam restoran. Disana, ia menemukan beberapa rekan kerjanya yang tengah sibuk melayani pesanan pelanggan.

Chiara menyimpan buku dan tas yang tadi ia bawa di loker khusus karyawan agar tak hilang ketika ia tengah bekerja.

Tak lama kemudian, ada seorang gadis berperawakan tinggi yang menghampiri dirinya.

“Chiara, akhirnya kau datang juga,” seru gadis itu dengan nada senang. Chiara tersenyum mendengar panggilan itu.

“Ah, maafkan aku datang terlambat, Rebecca,” ujar Chiara seraya menundukkan kepala. Gadis bernama Rebecca pun terkekeh geli karena tingkah Chiara yang menurutnya cukup berlebihan.

“Jangan hiraukan itu,” ujar Rebecca mengibaskan tangan kanannya, tanda tak masalah dengan keterlambatan dari karyawannya. Toh, Chiara juga hanya terlambat 1 menit, jadi menurut Rebecca, hal ini tak perlu dirisaukan.

“Ganti bajumu dengan pakaian khusus yang sudah aku siapkan, kita kedatangan tamu penting,” perintah Rebecca. Chiara menganggukan kepala, lalu bergegas ke ruang ganti untuk mengganti pakaian yang ia gunakan saat ini.

Ketika sampai di ruang ganti, Chiara langsung melepas bajunya dan menggunakan seragam yang sudah disiapkan. Gadis mungil itu melakukannya dengan cepat karena tak ingin rekan kerjanya menunggu terlalu lama. Setelah selesai berpakaian rapi dan sedikit merapikan penampikannya yang sedikit berantakan, Chiara pun keluar dari ruang ganti.

“Chia, aku akan menempatkanmu di resto utama, mengingat ke professionalanmu dalam bekerja. Tolong jangan kecewakan aku, oke?” perkataan Rebecca membuat hati Chiara menghangat. Ia tak menyangka Rebecca akan memberikan kesempatan langka ini. Dengan sigap, Chiara memegang tangan Rebecca seraya berterima kasih.

“Terima kasih kau telah mempercayaiku, Rebecca. Aku janji tak akan mengecewakanmu!” ujar Chiara dengan nada semangat. Rebecca terkekeh kecil melihat semangat Chiara yang membara saat ini.

“Sama sama. Nah, kau lekas bergabung dengan tim A, sana. Kebetulan mereka sedang briefing saat ini,” titah Rebecca halus. Chiara mengangguk dan bergegas meninggalkan Rebecca.

Setelah Chiara tak kelihatan, Rebecca mengeluarkan ponsel mahalnya dari dalam saku dan memberi pesan kepada seseorang

[Aku sudah melakukannya sesuai perintahmu, bos. Semoga Luna kita kali ini takkan melakukan kesalahan yang sama dengan Luna sebelumnya demi keberlangsungan pack]

Setelah mengirim pesan kepada seseorang, Rebecca langsung menyimpan kembali ponselnya dan menghampiri Chiara yang saat ini tengah diberikan arahan oleh ketua tim A.

Setelah ketua tim A memberikan arahan kepada anak buahnya, mereka langsung membubarkan diri, termasuk Chiara. Kebetulan, Chiata mendapat tugas untuk menyiapkan dessert, dibantu oleh kedua rekannya yang lain.

Karena tamu menginginkan puding coklat sebagai makanan penutup, maka dengan sigap Chiara langsung memakai celemek untuk membuatnya. Urusan membuat puding, Chiara lah orang yang paling pandai.

Kedua rekan Chiara pun ikut turun tangan untuk membantu Chiara agar pekerjaannya cepat selesai.

Akan tetapi, pekerjaan ini harus terhenti karena gula putihnya habis. Chiara tak bisa melanjutkan membuat makanan ini jika bahan utamanya saja tidak ada.

“Chiara, kau beli dulu gula pasirnya di supermarket, agar pekerjaan ini bisa dilanjutkan,” ujar salah satu rekan Chiara memberi solusi. Chiara mengangguk lalu meminta uang kepada kepala koki  untuk membeli gula pasir dalam jumlah yang agak banyak agar resto memiliki stok.

Tanpa berlama lama, kepala koki memberi Chiara sejumlah uang untuk membeli gula pasir. Chiara menerimanya uang itu dengan senang hati, setelah itu ia berlari ke arah supermarket.

Ketika berada dalam perjalanan, kaki Chiara tak sengaja menginjak kulit pisang yang tergeletak di trotoar. Tentu saja Chiara yang tengah berlari kencang langsung terpeleset.

Chiara sudah siap ketika tubuhnya akan langsung berbenturan dengan trotoar. Gadis manis itu menutup mata karena membayangkan betapa sakitnya ketika tubuhnya berbenturan dengan trotoar.

Tapi aneh, mengapa  setelah dua menit Chiara tak merasakan sakit apapun ditubuhnya? Ketika membuka mata, Chiara terkejut karena ada seorang pria yang saat ini tengah menahan tubuhnya agar tak menyentuh trotoar.

Mata pria itu sangat indah, membuat Chiara tak bisa berpaling sedikitpun. Hingga tak lama, suara deheman pria itu mengagetkan dirinya, membuatnya kembali ke dunia nyata

“Kau tak apa, mungil?” ujar pria itu seraya membantu Chiara berdiri kembali dengan tegak. Wajah Chiara memerah karena kejadian barusan. Seumur umur, baru kali ini Chiara melakukan kontak langsung dengan seorang pria.

“Ah, aku baik baik saja, om,” ujar Chiara kikuk. Pria yang dipanggil om oleh Chiara terkekeh pelan.

“Om? Apa aku terlihat setua itu?” tanya pria itu dengan suara rendah sambil menatap Chiara dengan tatapan intens. Chiara langsung salah tingkah ditatap seperti itu. Wajah Chiara merah maksimal karena malu.

“M-maafkan saya memanggil Anda begitu,” ujar Chiara meminta maaf seraya menunduk, menyembunyikan wajahnya yang kini seperti kepiting rebus.

Tak disangka, pria itu mengangkat dagu Chiara, membuat Chiara kembali bertatapan dengannya. Dan lagi, Pria itu mendekap tubuh mungil Chiara, membuat sang gadis tak bisa bergerak dengan leluasa.

Netra keduanya beradu tajam. Manik hazel milik Chiara langsung beradu dengan manik shappire pria itu. Seolah terkunci, Chiara tak bisa memalingkan wajahnya barang sedetik saja dari pria asing didepannya ini. Ingin memberontak pun rasanya sulit. Ada apa dengan dirinya?

“Kamu cantik sekali,” bisik pria itu tepat ditelinga Chiara, seraya meniup pelan telinga milik sang gadis. Chiara langsung merinding karena hal ini. “Bertahanlah sebentar lagi, Baby girl. Setelah ini, permainan akan segera dimulai,”

Chiara termenung mendengar ucapan pria asing yang tengah mendekapnya ini. Permainan apa yang ia maksud? Hal ini membuat batin Chiara bertanya tanya.

Setelah beberapa saat, pria asing itu pun langsung melepaskan dekapannya dari tubuh Chiara, lalu pergi begitu saja tanpa berkata apapun, seolah tak terjadi apa apa diantara keduanya.

Chiara terdiam sesaat, tubuhnya mematung dan pikirannya melalang buana dengan bebas. Permainan apa yang pria itu maksud? Apa Chiara tak sengaja berurusan dengan orang orang berbahaya barusan? Oh ini sungguh memusingkan.

Chiara melirik jam pada pergelangan tangannya. Ternyata, ia sudah berada disini dan menghabiskan waktu dengan pria itu selama tujuh menit! Gawat, ia harus cepat bergegas ke supermarket untuk membeli gula pasir agar kedua rekannya tak mengomel. 

Menyingkirkan pikirannya tentang perkataan pria itu sejenak, Chiara kembali berlari kearah supermarket. Prioritasnya saat ini adalah pekerjaan, tak ada yang lebih penting dari itu untuk sekarang. Untuk hal hal diluar pekerjaan, akan Chiara pikirkan nanti.

Tanpa Chiara sadari, pemuda asing yang mendekapnya tadi tengah bersembunyi dibalik tembok, seraya tersenyum tipis.

L“Aku menemukanmu, mungil,”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status