Share

Our Luna
Our Luna
Penulis: Yoga Nugraha

Unbelieve

Apakah kau percaya akan adanya makhluk lain selain manusia? Misalnya saja werewolf? Jika iya, maka kau beruntung karena makhluk itu tak akan mengganggumu. Namun sebaliknya, jika kau tak mengakui eksistensi mereka, maka siap siap saja apa yang akan terjadi kedepannya. Karena bisa saja, makhluk itu menjadi pendampingmu dimasa depan.

Part 1 : unbelieve

Brukk

Suara dari tumpukan buku yang terjatuh dari rak kini menimpa tubuh seorang gadis. Gadis itu mengaduh kesakitan, karena tertimpa buku yang tebalnya bukan main. Ia mengelus elus bagian tubuh yang sakit menggunakan tangannya yang mungil nan lentik.

Karena mendengar suara buku yang berjatuhan, seorang pustakawan langsung menghampiri gadis itu, mencoba bertanya tanya apakah ia terluka atau tidak.

“Kau tak apa?” tanya pustakawan yang ternyata seorang perempuan. Gadis itu mengangguk kecil, walau lenguhan kesakitan masih terdengar jelas oleh orang lain meski samar.

“Yah, aku baik baik saja, Miss. Maaf membuatmu khawatir,” ujar gadis itu merasa tak enak karena telah membuat perempuan didepannya khawatir. Pustakawan itu tersenyum kecil, lalu menjawil hidung sang gadis dengan gemas.

“Tak perlu memanggilku Miss segala jika kita tengah berdua, Chiara,” ujarnya seraya tersenyum.

Gadis yang dipanggil Chiara pun tersenyum kecil seraya menggaruk belakang kepalanya yang terasa tak gatal.

“Maaf, aku hanya mematuhi peraturan saja, lagipula tak sopan rasanya jika tak memanggil Miss kepada yang lebih tua,” sahut Chiara sopan. Ia pun berusaha berdiri walau tubuhnya masih terasa sakit. Setelah itu, tangan lentik Chiara dengan lihai membereskan kembali buku yang berserakan dilantai karena ulahnya barusan.

“Memang kamu sedang mencari buku apa sampai tertimpa begini?” tanya pustakawan itu santai sambil ikut membereskan buku yang berserakan.

“Buku tentang legenda Eropa. Kebetulan aku mendapat tugas untuk mencatat asal usul werewolf beserta penjelasannya,”

Ucapan Chiara membuat pustakawan itu menghentikan aktivitasnya sejenak. Ia memandang Chiara dengan tatapan yang sulit diartikan. Selama beberapa saat, keduanya terdiam, tak ada dari mereka berdua yang berusaha untuk memecah keheningan yang tercipta. Legenda tentang werewolf? Apa ini untuk tugas kampus?

“Legenda werewolf?” hanya itu pertanyaan yang keluar dari bibir milik sang pustakawan. Chiara kembali menganggukkan kepala, seraya tersenyum kecil mendengar pertanyaan dari sang pustakawan.

“Iya, legenda werewolf. Apa ada yang salah?” tanya Chiara dengan wajah polosnya. Ia meletakkan jari telunjuk di dagu seraya menatap pustakawan itu dengan tatapan polos khasnya.

Pustakawan itu mengusap wajah kasar mendengar permintaan Chiara. Ia menarik napasnya dengan pelan, lalu menghembuskannya dengan kasar. Setelah itu, ia menatap Chiara dengan intens, seraya memegang pundak sang gadis yang kini tengah terdiam ditempat.

“Chia, sudah kukatakan berkali kali, jika buku seperti itu ada dibagian belakang. Mengapa kau tak bisa mengingatnya dengan baik?” tanya Pustakawan itu dengan nada frustasi. Chiara yang mendengar hal itu hanya bisa cengengesan tak jelas, seraya memasang wajah tak berdosa.

“Maafkan aku, aku lupa akan hal itu, Miss Neva” ujar Chiara masih dengan kekehan kecilnya, menyadari kebodohan yang ia lakukan. Pustakawan yang dipanggil Miss Neva oleh Chiara pun mendengus, lalu berjalan meninggalkan Chiara yang kini tengah dilanda kebingungan.

“Bereskan kembali buku buku itu, lalu ambil buku yang kau butuhkan di rak belakang 3A,”  kata Miss Neva berbalik sejenak lalu kembali meneruskan langkahnya menuju tempat semula.

Chiara yang mendengar perintah dari Miss Neva langsung membereskan bukunya dengan cepat dan rapi seperti semula, dibantu tangga untuk menyimpan buku di rak paling tinggi.

Setelah itu, Chiara bergegas menuju rak belakang yang dimaksud agar bisa menyelesaikan tugasnya dengan cepat.

Ketika sampai di rak belakang, Chiara mencari cari buku legenda yang dimaksud di jejeran buku paling bawah dan rak bagian tengah. Matanya menelisik satu demi satu buku yang berjejer rapi disana. Namun, Chiara tak menemukannya dikedua rak itu. Satu satunya yang belum Chiara periksa adalah rak bagian atas.

Chiara menengadah, karena benar saja, buku yang ia butuhkan berada di rak paling atas. Mau mengambil tangga pun terlalu jauh dari posisinya saat ini. Dan lagi, jika meminta bantuan Miss Neva, Chiara takut akan diomeli oleh perempuan itu.

Oh apa yang harus Chiara lakukan saat ini? Waktu terus berjalan dan ia belum menyelesaikan tugas dari dosennya. Mana Chiara harus bekerja paruh waktu disebuah restoran sebentar lagi! Hal ini membuat Chiara ingin menangis karena kesal sekaligus frustasi.

Entah karena dewi fortuna yang tengah berpihak padanya, atau memang ini hanyalah keberuntungan semata, ternyata di rak belakang ada seorang pemuda berperawakan tinggi yang menghampiri dirinya.

“Dik, ingin mengambil buku apa?” tanya pemuda di depannya di saat pikiran Chiara tengah kalut. Chiara menoleh, lalu mengangguk tanpa sadar. 

“Itu, aku mah mengambil buku tentang legenda werewolf, kak,” ujar Chiara sopan pada pemuda didepannya, yang ia taksir lebih tua darinya. Pemuda jangkung itu mengangguk lalu mengambil buku yang Chiara maksud.

“Untuk tugas kampus, ya?” tanya pemuda itu ramah. Lagi, Chiara menganggukkan kepala seraya duduk di kursi yang tersedia.

Manik hazelnya dengan teliti membaca satu demi satu kalimat yang terdapat dalam buku itu. Ketika tengah fokus membaca, tiba tiba saja netra miliknya menemukan sebuah kertas yang dilipat, membentuk segitiga. Karena penasaran, Chiara pun  membuka lipatan itu dan membacanya.

Wahai Mateku,

Kita akan bertemu dalam waktu dekat Persiapkan dirimu agar tak terkejut dengan kehadiranku, baby girl.

Tulisan itu membuat dahi Chiara mengernyit dalam. Chiara berpikir dengan keras maksud dari tulisan itu, apakah ada kaitannya dengan buku yang ia baca atau tidak. Akan tetapi, Chiara pun lebih memilih mengabaikan tulisan itu. Mungkin ulah orang iseng, pikir Chiara santai. Toh ia juga tak percaya dengan legenda werewolf dan semacamnya. 

L“Wah, kau mendapat surat cinta rupanya, gadis manis,” ujar pemuda jangkung yang tadi menolong Chiara. Dengan santai, pemuda itu duduk disebelah Chiara, menyamankan diri seraya membaca buku dengan tema serupa.

“Surat cinta? Apa maksudnya?” tanya Chiara penasaran. Pemuda itu tersenyum, ralat, ia menyeringai kearah Chiara sembari menatap sang gadis dengan tatapan dalam.

“Ah lupakan, aku hanya berbicara asal kok,” elak pemuda itu memutus kontak mata dengan Chiara, seraya memalingkan muka.

Hal ini membuat Chiara bingung. Kenapa dengan pemuda disampingnya ini? Mengapa ia langsung memalingkan wajah setelah kontak mata dengannya? Apa karena Chiara terlihat seperti anak culun? Pertanyaan itu terus berputar putar dikepala sang gadis.

“Ah, aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Januar Pradipta,” ujarnya  mengulurkan tangan. Chiara menyambut uluran tangan itu dengan antusias.

“Chiara Fransisca,”

Pemuda bernama Januar itu tersenyum kecil, lalu menurunkan tangannya dengan sopan. Setelah itu, Januar memasukkan tangannya kedalam saku celana.

“Oh iya Chiara, apa kau percaya pada werewolf dan semacamnya?” tanya Januar mencoba membuka percakapan.

Chiara menggelengkan kepala sebagai respon dari pertanyaan pemuda disampingnya ini.

“Tidak, aku tak percaya hal seperti itu,” sahut Chiara tegas. Januar mengerjapkan mata mendengar ucapan dari sang gadis.

“Mengapa begitu, Chi?”

“Karena mereka hanyalah legenda yang tertulis didalam buku. Bagiku, legenda seperti ini terasa seperti dongeng pengantar tidur,”ujar Chiara memberikan pendapat. Januar mengangguk kepalanya mendengar pendapat sang gadis yang tak percaya akan legenda werewolf.

Setelah dirasa Januar tidak akan bertanya lagi, Chiara hendak melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda selama beberapa saat. Namun sayang, waktu tak mengizinkan Chiara untuk berlama lama di perpustakaan. Ia pun bangkit dari duduknya dan tak lupa membawa buku legenda werewolf yang tadi dibawa oleh Januar untuk dipinjam. Chiara berpikir akan lebih efektif mengerjakan tugas ini di rumah.

“Kak, aku pulang dulu, ya. Semoga bisa mengobrol kembali dilain waktu,” pamit Chiara pada Januar. 

Setelah berpamitan, Chiara meninggalkan Januar sendirian ditempat itu.gadis manis itu berjalan tergesa gesa karena dikejar waktu.

Ketika punggung Chiara tak terlihat lagi, Januar mengeluarkan ponsel seraya menekan kombinasi angka untuk menghubungi seseorang. Tak lama, panggilannya pun diangkat.

“Sepertinya Moon Goddes sengaja mengujimu. Kurasa, ini akan jauh lebih sulit dari yang kita duga, bos. Karena sang Luna  tak percaya akan keberadaan kita sebagai kaum werewolf.” Ujar Januar dengan serius.

Orang yang ada diseberang telepon terkekeh kecil.

[“Pantau saja dia untuk saat ini, aku punya kejutan kecil untuknya,”] perintah suara diseberang sana. Januar mengangguk lalu memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak.

“Apa yang sedang kau rencanakan pada sang Luna, bos?” 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status