Share

Terima Konsekuensinya

Penulis: Cute Ghost
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-15 15:26:13

"Siapa yang datang?" Meira bertanya pada kepala dayang. 3 jam yang lalu Clarissa alias Meira sudah banyak mengobrol dengan Rodiah, orang kepercayaan Meira.

"Pangeran Daviten Hesa, dia adalah kekasih yang mulia," ucap Rodiah.

"Sebulan yang lalu, setelah penobatan Yang mulia, dia datang membawa kabar buruk. Dia mengatakan bahwa  dia datang untuk melamar Tera." Mendengar itu, Meira memiringkan senyumnya. Tiba tiba ia teringat kisah memilukan pada kehidupannya yang lalu.

Manusia di tubuhku ini memiliki kehidupan yang agak mirip sepertiku. Mengasyikan.

"Yang mulia kenapa melamun?"

"Tidak ada. Kau Rodiah, segera bereskan. Bilang kalau aku masih tidur dan usir saja dia" Rodiah langsung menuruti perintah Meira ketakutan. Yang mulia-nya telah berubah total. Dari yang lemah lembut menjadi keras berwibawa.

Rodiah mendapati Hesa sedang duduk di taman bersama pengikutnya. "Tuan, Yang Mulia Meira tak bisa menemui anda. Dia sedang tidur dan belum sembuh total." ucap Rodiah dengan kepala tertunduk.

"Bilang padanya kalau aku ingin minta maaf akan kejadian yang lalu." Pangeran Hesa pun pergi meninggalkan Rodiah yang mengumpat dalam hati.

Ratu Meira tidak seperti dulu lagi. Dia sudah berubah dan tidak mudah untuk ditipu. Gumam Rodiah.

****

"Naomi, Ningrum, Jeta, Hana, Ria, Lina, Tara, Yulia, Rika dan kau Rodiah, Aku perlu mengingat nama nama dayangku" ucap Meira membuat para dayangnya menghangat. Mereka merasa mereka cukup dihargai dan penting disini.

"Sebelas dari kalian adalah orang kepercayaanku. Kalian tidak hanya kuanggap sebagai dayangku melainkan sahabatku, jadi perlakukan aku layaknya seorang sahabat" mereka semua tersenyum bahagia. Namun, tetap saja mereka masih takut dengan Meira. Aura nya tajam dan menakutkan.

****

"Ibu. Kenapa kau harus menjadi selir kedua. Kenapa tidak menjadi permaisuri saja. Aku iri dengan gadis sialan yang mendapatkan kekuasaan dengan mudah. Sementara aku tidak,"

"Tera jaga bicaramu. Kau tak mengerti susah payahnya aku mencoba 1001 cara untuk membunuh permaisuri. Namun sia sia, karena statusku yang hanya selir disini." Rana, selir kedua raja meneguk habis teh melati yang di hidangkan pelayan istana.

"kenapa kau tidak menyuruhku dari dulu untuk membunuh mereka semua." Tera meletakan tangannya diatas paha dan mendengus kesal.

"Aku punya rencana yang lebih licik daripada engkau. Kau tinggal menikmati statusmu yang sekarang adalah calon istri Pangeran Hesa. Kau akan menjadi Ratu, masih kurang?" Rana akan meneguk teh nya lagi dan tersadar kalau teh nya sudah habis.

"Masih kurang!! Dan aku ingin semuanya. Aku ingin kehancuran. Kehancuran seorang Meira." senyum licik terbit di bibir Tera, sedangkan ibundanya hanya menaikan alisnya. Rana sudah lelah dengan semuanya, lebih baik ia menikmati hari tua nya.

****

"Yang mulia, makan malam sudah tiba. Kau ada pertemuan dengan ibu Yang Mulia," ucap Rodiah mengingatkan.

"Ibu?"

"Beliau adalah ibu kandung Yang Mulia."

"Ibuku, kenapa dia tidak berkunjung?"

"Nyonya Risa sedang sakit. Yang Mulia tidak ingat, seharusnya yang menjadi Ratu saat ini adalah Nyonya Risa yang tak lain dalah ibu kandung Yang Mulai Meira. Namun, melihat kondisi Permaisuri yang lemah ia akhirnya menobatkan Yang Mulia untuk mejadi pemimpin negeri ini." Meira hanya mengangguk paham. Kini Meira bergegas untuk bersiap, ia penasaran sekali bagaimana wajah ibunya.

"Menurutmu, pakaian apa yang pantas untuk kupakai?" Meira menatap gaun gaun yang ada di lemari, terlihat kuno dan norak bagi Meira.

"Hmm, gaun berwarna ungu ini sepertinya cocok untuk perjamuan malam." Meira mengangguk saja, dia pasrah dengan pakaian yang begitu kuno. Lain kali, ia harus mendesain baju sendiri.

Setelah selesai berdandan, Meira memakai mahkotanya sebagai langkah terakhir.

"Yang Mulia begitu cantik." Meira hanya mengangguk saja dan langsung pergi ketempat yang dimaksud Rodiah.

****

"Putriku, ibu dengar kau mengalami hilang ingatan. Maafkan ibu yang tidak bisa menjengukmu. Uhuk..uhuk..." Meira sangat sedih melihat Ibunya di dunia ini ternyata sangat menderita.

"Ibu, tidak apa. Aku mengerti kondisimu," Ucap Meira.

"Kau benar benar putriku yang perhatian. Seandainya aku tidak menikah dengan seorang raja, tentu  kita tidak akan pusing dengan perebutan tahta." Risa menghampiri putrinya dan memeluknya.

Benar benar hangat, beginilah kasih seorang ibu yang aku inginkan.

"Ibu, kita jalankan saja kehidupan ini. Walau aku tidak mengingat apa pun, tentu ini sudah kewajibanku" Meira benar benar egois sekarang, dia akan menghabiskan waktunya dengan ibu Meira. Kapan lagi dia bisa mendapatkan kasih semanis ini. Dengan sedikit berbohong, Meira memeluk Risa.

"lebih baik kita lanjut makan, nanti makanannya dingin." Mereka pun melanjutkan makan mereka bersama.

"Yang mulia, Nyonya harus minum jamunya sekarang." Risa pun mengambil Jamunya setelah Meira mengangguk.

"Terimakasih, Adin." Risa hendak meminumnya, namun Meira penasaran dengan jamu itu.

"Ibunda, bolehkah aku melihat jamunya?" Risa mengangguk lalu memberikan cangkirnya kepada Meira.

"Apa ini!!" Meira berteriak ketika ia mengetahui campuran jamu nya. Semua pelayan menatap mereka bingung.

"Ada apa, nak?" Tanya Risa dengan heran.

"Sejak kapan ibu minum jamu ini?" bukannya menjawab Meira malah melontarkan pertanyaan.

"Hmmm, sepertinya sudah 5 bulan." mendengar itu Meira membelalakan matanya.

"Bu, mulai hari ini sampai seterusnya kuharap kau tak pernah meminum racun ini." Tegas Meira membuat semua orang yang ada disana terkejut termasuk Rana, selir kedua. Ia mendengus kesal karena rencana busuknya selama ini terbongkar begitu saja.

"Siapa yang berniat untuk membunuhku. Apa ini termasuk dalam perebutan tahta?" ucap Risa dengan lembut.

"Aku tak mau tau. Siapapun itu orangnya yang berniat membunuh ibuku, terima konsekuensinya dalam waktu dekat. Bersiap untuk hidup tanpa kepala!" teriak Meira membuat pelayan bergidik ngeri, mereka benar benar tak mau terlibat.

"Semua pelayan! Berkumpul di ruang sidang. Saat ini juga!" perintah Meira dengan berkacak pinggang.

"Baik, Yang Mulia." ucap mereka serentak.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Own Crowning: Reinkarnasi Menjadi Ratu   Undangan Dari Sarah

    "Meira, mengapa termenung?" Meira tertegun ketika mendengar suara yang akrab ditelinganya. Sejenak, ia menoleh ke arah seseorang menepuk bahunya."Ibu?!lMeira pun refleks memeluk Risa. Sudah beberapa bulan ia tidak melihat Risa. Selama ini Risa ada bersama Tera."Kau masih memenggal kepala rakyatmu?" Meira tersenyum mendengar pertanyaan ibunya. Ia pun mengeratkan pelukannya dan membisikan jawabannya pada Risa."Aku sudah tidak pernah, bu. Terimakasih, ini semua berkat ibu,""Kau anak yang baik, kau pasti akan mendengarkanku."Risa pun melepas pelukan itu dan menggenggam jemari Meira yang dingin."Suatu hari nanti, kau akan menjadi seorang ibu. Kau akan tau bagaimana perasaan khawatirmu jika anakmu melakukan sesuatu diluar kehendakmu!""Aku mengerti bu!"Tok..tok..tok.."Masuk,"Rodiah pun masuk dengan Lais dalam gendongannya. Kemudian, menurunkan Lais yang membawa buku berat."Ibu, aku ingin memberi

  • Own Crowning: Reinkarnasi Menjadi Ratu   Bukan untuk pertama kali

    2 bulan kemudian.... Meira bersiap pergi ke pesta Ola. Dengan baju yang tidak mencolok dan dengan pengawal yang sedikit. Bahkan, Meira hanya membawa Rodiah saja.Tidak ada pengawalan khusus untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan. Semua harus berjalan dengan yang diharapkan Meira. Perjalanan dari Afroja sampai ke Negeri Ungu tepat sebelum pesta berlangsung. Saat memasuki pesta tersebut, Ola menyambut Meira layaknya seorang sahabat yang telah hilang selama beberapa tahun. "Senang bertemu dengan Anda Yang Mulia," Ola menundukan kepalanya tanpa membungkuk dikarenakan gaunnya yang membuat badannya sangat sulit di gerakan. "Kau membuat keadaan menjadi canggung. Cobalah anggap aku ini biasa saja!" Meira memicingkan matanya lalu memeluk sahabatnya itu. "Kau benar benar bertambah gemuk. Pasti kau sangat bahagia. Semoga kau semakin bahagia, aku yakin Harry pasti sangat baik padamu." "Kau juga, kau pasti akan menemukan yang

  • Own Crowning: Reinkarnasi Menjadi Ratu   Kerja

    Setelah memikirkan cukup lama undangan yang diberikan Ola, Meira mengalihkan pikirannya pada semua laporan laporan yang diberikan anak buahnya. "Rodiah, kirimkan pengumuman bahwa aku sedang mencari seseorang yang berniat menjadi guru baca tulis. Imbalannya sangat tinggi, dan kapasitasnya hanya 4000 orang," Sambil memberi cap pada laporan yang ia kerjakan, Meira masih saja sempat memberi banyak perintah. "Aku kan dayang, mengapa pekerjaanku jadi seperti ini!" gumam Rodiah. Melihat wajah Rodiah yang agak merengut, Meira mengomentarinya,"Kau sudah mirip dengan Naomi kalau kau seperti itu." Tawa Meira. "Ah, Yang Mulia. Saya tak suka jika disamakan dengan Naomi. Saya lebih suka menjadi diri sendiri," "Kalau begitu kerjakan yang aku perintahkan!" "B-baik, Yang Mulia" "Apa Ratu Meira tidak paham dengan peraturan kerajaan. Dayangkan tugasnya melayani tuannya. Mengapa?" tanya Rodiah dalam hatinya. "Yang sabar, bibi Rodiah!"

  • Own Crowning: Reinkarnasi Menjadi Ratu   Undangan

    ***Wanita itu menatap jendela yang mengarah ke kolam. Dia teringat sesuatu bahwa ia pernah membawa ikan di akuarium hotel yang terakhir kali ia kunjungi. Saat ini, ia ingin mendengar nyanyian itu. Ia pun bergegas bertanya pada Rodiah, kemana ia meletakan ikan ikan itu.Wanita itu menuju perpustakaan kerajaan. Karena ia yakin, Rodiah pasti akan membawanya kesana. Bagaimana tidak? Lais sangat suka membaca buku. Kali ini ia harus benar."eh, Yang Mulia" Naomi menunduk."Kemana Rodiah?""Mereka ke perpustakaan, Yang Mulia,""Baiklah, lanjutkan pekerjaanmu."Meira pun melanjutkan jalannya menuju perpustakaan. Ia membuka pintu perpustakaan, lalu mendapati Rodiah sedang berbincang dengan Lais."Bibi, apakah kau bisa membaca?" Meira pun mengintip setelah ia mendengar suara anak itu bertanya."Tak perlu ditanya, aku adalah seorang dayang. Itu menuntutku agar bisa membaca," Lais pun mengangguk sambil menelusuri buku yan

  • Own Crowning: Reinkarnasi Menjadi Ratu   Komoditas

    ***Kalian tahu efek dari seseorang yang berjanji? Mungkin jawabannya adalah bimbang. Karena kita tak yakin akan menepatinya atau tidak. Itulah yang di rasakan Meira. Namun, hati Meira tetap teguh bahwa dirinya akan menepatinya. Dengan hal ini, dia tetap akan menjadi Clarissa yang bodoh itu. Bodoh karena cinta. Tapi kita lihat, apakah ia masih menjadi si bodoh itu. Meira lah yang menentukan."Ibu, kenapa termenung? apakah sedang sedih!" Pertanyaan anak polos yang tak lain adalah Lais. Anak kecil yang baru saja ia angkat."Oh, tidak ada apa apa! Itu apa yang kau bawa?" Meira bertanya ketika ia melihat sesuatu yang di bawa dengan susah payah oleh Lais."Ini, ini adalah buku tebal. Aku suka membacanya walau tidak sampai habis!" Seru Lais sambil menjelaskan maksudnya."Kau bisa membaca? siapa yang mengajarimu?!" Meira membelalakan matanya melihat anak sekecil ini hobi membaca buku tebal yang bagi Meira membosankan."Kata nenek, anak bangsawan ha

  • Own Crowning: Reinkarnasi Menjadi Ratu   Perpisahan

    Sesampainya mereka ke istana. Meira menyediakan perlengkapan untuk Lais. Seperti kamar, pakaian, mainan dan makanan karena kebetulan mereka baru pulang dari perjalanan. "Wah, bangunannya besar sekali. Dimana rumah kita, bu?" Tanya Lais penasaran. Sedari tadi yang ia lihat hanyalah bangunan besar dan megah dengan halaman yang luas. "Bu, kita tidak boleh masuk sembarangan. Ini adalah rumah ratu!" Pinta Lais dengan polos.Meira yang mendengar itu tersenyum kecil. Anak itu sangat ketakutan masuk ke wilayah istana. Namun, Meira tetap saja menuntun Lais masuk. "Tak apa apa! Kita masuk saja. Ratu tak akan marah karena dia orang baik," Lais mengangguk mendengar tuturan Meira. Ia semakin mengeratkan genggamannya pada ibu barunya. Semoga hal ini adalah awal yang positif. "Rodiah, Naomi!" "Ada apa, Yang Mulia?"

  • Own Crowning: Reinkarnasi Menjadi Ratu   Seperti Aku

    Gerimis dari semalam belum usai. Pagi yang sedikit gelap. Dedaunan yang tertiup angin pun bisa terdengar. Gerimis tapi angin kencang. Suara petir pun juga turut andil dalam kekacauan kecil di pagi hari. Seorang wanita masih meringkuk di balik selimut. Udara yang dingin tak mendukungnya untuk bangkit dari tempat tidur.Tok..tok..tok.. Dayang masuk untuk menyediakan perlengkapan mandi Ratu mereka. Tak hanya itu, mereka juga menyediakan sarapan, karena mereka yakin Meira tak akan makan di ruang makan. "Selamat pagi, nona. Pagi sudah menyongsong. Apakah nona tak mau bangkit untuk sekedar minum teh?" Rodiah masih berdiri menunggu Meira bangun. Tak butuh waktu lama , Meira akhirnya bangkit juga. Ia meregangkan badannya agar tidak lemas. Matanya masih sulit dibuka. "Letakan saja. Kalian tunggu di luar. Aku akan mandi setelah memakan sarapan ini," "kalian bersiaplah kita akan pergi mengelil

  • Own Crowning: Reinkarnasi Menjadi Ratu   Vartan

    Meira menempis tangan Vartan lembut. Vartan pun memberikan tatapan bertanya. Seolah Meira paham, ia pun memberikan jawaban."Aku takut,""Aku takut, suatu hari nanti kau seperti Hesa. Dia bilang akan menikahiku, tapi ia lebih memilih menikah dengan Tera,""Walaupun gagal juga, tapi hatiku tetap sakit!" Jelas Meira.Sebenarnya, ia tak mengenal Hesa. Namun, ia harus paham kondisi agar tak ketahuan kalau ia adalah reinkarnasi. Tapi, keadaan Meira dan Clarissa benar benar sama. Sehingga rasa sakitnya pun sama rasanya."Aku tak akan pernah sama dengannya," ucap Vartan."Aku tahu. Tapi untuk menghilangkan rasa sakit itu perlu waktu untuk membuka hati lagi," Meira berdiri untuk mengambil apel yang sedari tadi menarik perhatiannya. Sejenak, ia memakannya sebelum melanjutkan pembicaraan ini."Aku mengerti, tapi sampai kapan? jujur aku ingin menyerah. Aku lebih banyak berjuang. Mencarimu ke penjuru negeri, mengikutimu kemanapun pergi, mel

  • Own Crowning: Reinkarnasi Menjadi Ratu   Bocah Berkucir Dua

    "Ayo, berbaris ya anak anak! yang rapi. Kalau nggak rapi, Ratu gak bakal ngasih roti enaknya!!" perintah Meira pada anak anak yang kumuh."Yey..." anak anak itu berbaris dengan rapi. Mereka terlihat ingin memakan roti yang dibawakan Meira.Meira pun membagikannya kesatu persaru anak yang ada. Tak lupa ia memberikan belaian pada anak anak itu."Terimakasih ratu cantik. Semangat bekerja, ya!" Anak berkucir 2 itu memeluk Meira. Meira yang merasa ketinggian pun berjongkok untuk mensejajarkan tingginya."Pasti," Meira memberikan permen pada anak itu dan meletakan salah satu jarinya di bibir."ssssttt, jangan beritahu siapa siapa! ini rahasia kita okee!" Meira memberikan kedipan di mata kirinya pada anak itu sementara anak itu membalasnya dengan mengedipkan semua matanya. Mungkin, ia tak bisa berkedip."Ratu! Jangan sering menyimpan sesuatu untuk sendiri! Berbagilah! Mungkin sangat sulit namun kita akan lega setelah melakukannya!" .Setelah

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status