Sejak Kecelakaan yang menyebabkan mobilnya jatuh ke jurang, Clarissa pun tak sadar dirinya terlempar ke masa lampau dan menjadi Ratu disana.
Lihat lebih banyakISABELLA
Las Vegas, 17:25
This isnāt the fucking eighteenth century where you marry your daughter off against her damned will, I scoffed, glaring at the glass in front of me.
I loved my father but he was getting on my last nerve with all these talks about marriage.
He was yet to tell me why he would think I would want to marry the son of an old friend of his and how I would ever consider it a good idea.
I am going to show him by doing whatever the fuck I want, I thought to myself.
āAnother glassā I called out to the bartender.
He smiled in my direction and moved, stopping with the bottle.
āMay I know why a pretty girl such as yourself is drinking in broad daylight?ā
āPour me a drink and I might tell youā I smiled coyly, batting my lashes while I cringed inwardly.
He wasnāt bad looking with hair tied in a ponytail and arms flexing underneath his uniform.
He leaned forward while I resisted the urge to lean away from him and poured me the drink, smiling into my eyes.
āSo?ā He drawled.
āSo, when do you get off work, Mrā¦ā
āJust Sergio⦠nothing moreā He laughed.
āWhen do you get off work, Sergio⦠we should totally hookupā I cringed at the sound of my voice while Sergio stared at me in surprise.
āI do not know your nameā He reminded me
āRachaelā I lied.
Well, it wasnāt a lie. Rachael was my middle name but nobody called me that
āWell, Rachael⦠I get off work by 6pm and we can totally hook upā He murmured, reaching to touch my hand with the tip of his fingers.
I allowed him trail his fingers up my arm while I gritted my teeth in disgust.
āQuita tus manos de ella o me asegurare de que nunca las vuelvas a tenerā A voice muttered from behind me.
The bartender⦠Diego took a step back, the fear evident on his face before he turned and fled.
I caught the all powering whiff of his perfume before he took a seat beside me.
āWhat did you say to him?ā I blurted.
He did not turn to me, neither did he respond to my question.
āHe was afraid of youā I continued, turning properly to him.
The breath caught in my lungs at the side profile of the man sitting beside me. He had to be about fifty years old and an absolutely stunning fifty years old.
His fingers drummed the bar and I could see the tic in his jaw going rapidly.
āWhat did you say toā¦ā
āI told him that if he touched you again he might not have hands for the rest of his miserable days on earthā he interrupted, finally turning to me.
The harsh slap of the intensity of his gaze against the skin of my face was enough for any girl to want to disappear but I maintained my ground, folding my arms across my chest and staring him down.
āYou had no rightā I spat.
It was exactly like my father thinking he could tell me what to do and whom to marry. Now this man⦠this stranger was trying to control whom I spoke to.
āRachael, is it?ā He asked.
My eyes traveled down the impeccable suit he had on and the shine in his hair which was packed in a ponytail.
What the hell is with me and ponytails? I thought fleetingly
āYesā I breathed, unable to control the crazy pull I was having to this man.
āI am having a party and if you are interested, I would like to apologize for ruining your date with an invitationā He declared.
I should not be interested, I told myself.
The sight of this man screamed dangerous and with the way Diego had reacted to him, I should also be running for the hills.
āWhat kind of party is it?ā I asked instead.
āOh, just some partyā He responded vaguely.
āI will accept your apology, Mrā¦ā I prompted
āAgostiā He supplied, his stern lips turning up in a smirk.
My heart jumped in my chest at the sight.
We left the bar together and he held the door of his car open for me while he rounded the corner right after muttering some address to the driver.
āSo, tell me Rachael⦠why Las Vegas?ā
He was close, much too close for comfort and I could feel all the nerve endings in my body reacting to his nearness⦠the thrill of the danger radiating from every movement of his body.
āHow do you know I am not from around here?ā I shot at him.
āNobody is from around here, Gatitaā He drawled, flexing an arm.
Gatita was Spanish for kitten, I thought.
I did not know much Spanish but I knew that at least.
āKitten?ā I inquired.
He smiled, just one tilt of his wicked lips.
āYou know your Spanish⦠I am impressedā He murmured.
āWhere are you from, Agosti and what are you doing in Las Vegas?ā I challenged.
I hoped he did not think that he was the only one entitled to asking questions. I knew nothing about him except he was extremely dangerous and I was looking for danger at the moment.
āI am here mainly for pleasure, Rachaelā He drawled.
The way he said my name⦠like it was some old wine he was sampling and found extremely exquisite.
āAnd have you found pleasure?ā I breathed.
I knew I was taking his bait judging by the twinkle that had now entered his devilish eyes and when he leaned forward, I waited for him to say something⦠anything except look at me like I was the one thing he wanted in the whole wide world.
Or maybe I wanted him to look at me exactly like that.
āI just did as a matter of factā He finally said, his hand rising to touch the nape of my neck and then trail my cheek.
āYou, Rachael are my pleasureā He whispered, right before he kissed me.
No, he ravaged my lips⦠leaving unearthly feelings in their wake and a fire that only he, could quench.
"Meira, mengapa termenung?" Meira tertegun ketika mendengar suara yang akrab ditelinganya. Sejenak, ia menoleh ke arah seseorang menepuk bahunya."Ibu?!lMeira pun refleks memeluk Risa. Sudah beberapa bulan ia tidak melihat Risa. Selama ini Risa ada bersama Tera."Kau masih memenggal kepala rakyatmu?" Meira tersenyum mendengar pertanyaan ibunya. Ia pun mengeratkan pelukannya dan membisikan jawabannya pada Risa."Aku sudah tidak pernah, bu. Terimakasih, ini semua berkat ibu,""Kau anak yang baik, kau pasti akan mendengarkanku."Risa pun melepas pelukan itu dan menggenggam jemari Meira yang dingin."Suatu hari nanti, kau akan menjadi seorang ibu. Kau akan tau bagaimana perasaan khawatirmu jika anakmu melakukan sesuatu diluar kehendakmu!""Aku mengerti bu!"Tok..tok..tok.."Masuk,"Rodiah pun masuk dengan Lais dalam gendongannya. Kemudian, menurunkan Lais yang membawa buku berat."Ibu, aku ingin memberi
2 bulan kemudian.... Meira bersiap pergi ke pesta Ola. Dengan baju yang tidak mencolok dan dengan pengawal yang sedikit. Bahkan, Meira hanya membawa Rodiah saja.Tidak ada pengawalan khusus untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan. Semua harus berjalan dengan yang diharapkan Meira. Perjalanan dari Afroja sampai ke Negeri Ungu tepat sebelum pesta berlangsung. Saat memasuki pesta tersebut, Ola menyambut Meira layaknya seorang sahabat yang telah hilang selama beberapa tahun. "Senang bertemu dengan Anda Yang Mulia," Ola menundukan kepalanya tanpa membungkuk dikarenakan gaunnya yang membuat badannya sangat sulit di gerakan. "Kau membuat keadaan menjadi canggung. Cobalah anggap aku ini biasa saja!" Meira memicingkan matanya lalu memeluk sahabatnya itu. "Kau benar benar bertambah gemuk. Pasti kau sangat bahagia. Semoga kau semakin bahagia, aku yakin Harry pasti sangat baik padamu." "Kau juga, kau pasti akan menemukan yang
Setelah memikirkan cukup lama undangan yang diberikan Ola, Meira mengalihkan pikirannya pada semua laporan laporan yang diberikan anak buahnya. "Rodiah, kirimkan pengumuman bahwa aku sedang mencari seseorang yang berniat menjadi guru baca tulis. Imbalannya sangat tinggi, dan kapasitasnya hanya 4000 orang," Sambil memberi cap pada laporan yang ia kerjakan, Meira masih saja sempat memberi banyak perintah. "Aku kan dayang, mengapa pekerjaanku jadi seperti ini!" gumam Rodiah. Melihat wajah Rodiah yang agak merengut, Meira mengomentarinya,"Kau sudah mirip dengan Naomi kalau kau seperti itu." Tawa Meira. "Ah, Yang Mulia. Saya tak suka jika disamakan dengan Naomi. Saya lebih suka menjadi diri sendiri," "Kalau begitu kerjakan yang aku perintahkan!" "B-baik, Yang Mulia" "Apa Ratu Meira tidak paham dengan peraturan kerajaan. Dayangkan tugasnya melayani tuannya. Mengapa?" tanya Rodiah dalam hatinya. "Yang sabar, bibi Rodiah!"
***Wanita itu menatap jendela yang mengarah ke kolam. Dia teringat sesuatu bahwa ia pernah membawa ikan di akuarium hotel yang terakhir kali ia kunjungi. Saat ini, ia ingin mendengar nyanyian itu. Ia pun bergegas bertanya pada Rodiah, kemana ia meletakan ikan ikan itu.Wanita itu menuju perpustakaan kerajaan. Karena ia yakin, Rodiah pasti akan membawanya kesana. Bagaimana tidak? Lais sangat suka membaca buku. Kali ini ia harus benar."eh, Yang Mulia" Naomi menunduk."Kemana Rodiah?""Mereka ke perpustakaan, Yang Mulia,""Baiklah, lanjutkan pekerjaanmu."Meira pun melanjutkan jalannya menuju perpustakaan. Ia membuka pintu perpustakaan, lalu mendapati Rodiah sedang berbincang dengan Lais."Bibi, apakah kau bisa membaca?" Meira pun mengintip setelah ia mendengar suara anak itu bertanya."Tak perlu ditanya, aku adalah seorang dayang. Itu menuntutku agar bisa membaca," Lais pun mengangguk sambil menelusuri buku yan
***Kalian tahu efek dari seseorang yang berjanji? Mungkin jawabannya adalah bimbang. Karena kita tak yakin akan menepatinya atau tidak. Itulah yang di rasakan Meira. Namun, hati Meira tetap teguh bahwa dirinya akan menepatinya. Dengan hal ini, dia tetap akan menjadi Clarissa yang bodoh itu. Bodoh karena cinta. Tapi kita lihat, apakah ia masih menjadi si bodoh itu. Meira lah yang menentukan."Ibu, kenapa termenung? apakah sedang sedih!" Pertanyaan anak polos yang tak lain adalah Lais. Anak kecil yang baru saja ia angkat."Oh, tidak ada apa apa! Itu apa yang kau bawa?" Meira bertanya ketika ia melihat sesuatu yang di bawa dengan susah payah oleh Lais."Ini, ini adalah buku tebal. Aku suka membacanya walau tidak sampai habis!" Seru Lais sambil menjelaskan maksudnya."Kau bisa membaca? siapa yang mengajarimu?!" Meira membelalakan matanya melihat anak sekecil ini hobi membaca buku tebal yang bagi Meira membosankan."Kata nenek, anak bangsawan ha
Sesampainya mereka ke istana. Meira menyediakan perlengkapan untuk Lais. Seperti kamar, pakaian, mainan dan makanan karena kebetulan mereka baru pulang dari perjalanan. "Wah, bangunannya besar sekali. Dimana rumah kita, bu?" Tanya Lais penasaran. Sedari tadi yang ia lihat hanyalah bangunan besar dan megah dengan halaman yang luas. "Bu, kita tidak boleh masuk sembarangan. Ini adalah rumah ratu!" Pinta Lais dengan polos.Meira yang mendengar itu tersenyum kecil. Anak itu sangat ketakutan masuk ke wilayah istana. Namun, Meira tetap saja menuntun Lais masuk. "Tak apa apa! Kita masuk saja. Ratu tak akan marah karena dia orang baik," Lais mengangguk mendengar tuturan Meira. Ia semakin mengeratkan genggamannya pada ibu barunya. Semoga hal ini adalah awal yang positif. "Rodiah, Naomi!" "Ada apa, Yang Mulia?"
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen