Pendekar Gunung Tiga Maut

Pendekar Gunung Tiga Maut

last updateLast Updated : 2022-02-10
By:  Azka Taslimi Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
33 ratings. 33 reviews
89Chapters
24.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Angkara murka akan selalu ada selagi manusia masih diberikan oleh Tuhan kekuatan untuk bernafas. Ini adalah sebuah kisah perjalanan menemukan jati diri, bukan hanya peperangan, tapi lebih dari itu. Ini adalah kisah percintaan sejati, antara menaruhkan kebaikan atau ego. Ini adalah kisah pendekar pilih tanding yang akan menyelamatkan dunia.

View More

Chapter 1

Gunung Tiga Maut

Tiga pegunungan yang dikenal dengan sebutan Gunung Tiga Maut itu membangun sebuah lembah mematikan. Dari ketiga gunung tersebut mengalirlah dua sungai, yang pada akhirnya mengalir menjadi satu.

Dua sungai tersebut mengalir dari celah-celah Gunung Tiga Maut. Sungai yang mengalir dari celah selatan airnya sangat dingin. Sedang sungai yang mengalir dari celah barat airnya sedikit hangat. Dua sungai itulah yang disebut dengan Sungai Keabadian.

Tidak mudah untuk sampai pada Sungai Keabadian. Jebakan-jebakan yang berasal dari alam, atau jebakan-jebakan yang berasal dari manusia selalu menunggu setiap saat. Mengintai dari balik-balik semak. Jalan setapak pun tidak tampak sebab satu tahun sekali belum tentu ada manusia yang melaluinya.

Apakah tidak ada yang berminat? Bukan masalah minat atau tidak minat. Tapi mereka lebih dahulu gagal sebelum memasuki kawasan Gunung Tiga Maut yang sebenarnya. Jadilah jalan setapak tidak terbentuk.

Ketika matahari hampir tumbang, sinarnya yang kemerah-merahan meredup, berjalanlah seorang pemuda dengan pakaian serba hitam. Rambutnya tergerai angin tidak beraturan. Keringat membasahi tubuh.

Matanya berkunang-kunang, wajahnya menafan lelah. Hampir empat belas hari dia menaiki Gunung Tiga Maut, belum sampai juga pada lembahnya.

“Aku harus menguatkan tekat,” kata lelaki itu kepada dirinya sendiri.

Tangan pemuda itu meraih akar pohon yang melingkari batu besar, dia berusaha menaiki pegunungan yang terjal. Ah, ternya akar pohon itu tidak terlalu kuat untuk menahan dirinya. Akar itu lepas dari bebatuan.

Buk...

“Aduh...,” seru pemuda itu. Tubuhnya terjatuh menimpa bebatuan di bawah tebing.

Belum hilang rasa sakit yang dia rasa sebab menimpa bebatuan, dari arah atas terjun bebas sebuah batu seukuran kepala. Dengan sisa tenaga yang ada dan dengan menahan rasa sakit pemuda itu berusaha menghindar.

Bruk...

Meski dia cepat menghindar, tapi tangan kanannya tetap tertimpa batu seukuran kepala itu.

“Aduh..,” dia mengaduh untuk yang kedua kalinya.

“Pantas saja tidak banyak manusia yang berhasil sampai di puncak Gunung Tiga Maut. Tapi aku tidak akan menyerah begitu saja.”

Pemuda itu kembali bangkit, meraih akar-akar pohon yang melilit batu, menaiki tebing terjal. “Apakah tidak ada jalan yang lebih buruk dari ini?” kata pemuda itu kepada dirinya sendiri.

Tangan kanannya meraih akar yang melilit batu padas, sedang tangan kirinya meraih sebuah dahan pohoh seukuran kaki orang dewasa. Hampir saja dia kembali terjatuh sebab tangan kirinya yang ragu-ragu berpegangan.

“Syukurlah,” katanya pada diri sendiri. Kakinya berpijak pada batu padas. Keringat dingin kembali mengucur dari sekujur tubuhnya.

Masih butuh dua ratus meter lagi pendakian hingga akhirnya sampai di puncak Gunung Tiga Maut. Semakin ke atas, tebing semakin terjal. Bahkan semakin ke atas, akar-akar tumbuhan semakin hilang, menyisakan bebatuan padas berlubang kecil. Lereng juga semakin tegak. Lengah satu kali saja maka akan terjatuh. Entah apa yang menunggu di bawah sana.

Tinggi lereng keseluruhan hampir enam ratus meter. Dan sekarang, pemuda itu telah menaiki lereng hingga ketinggian empat ratus meter.

“Nah, syukurlah! Di atas sana ada terasering yang bisa aku gunakan untuk istirahat malam ini.” Matanya menatap cerah selapang tanah yang berukuran tiga meter lebih, di atas sana. Dia kembali semangat mengais dan mengais akar-akar tanaman. Beberapa kali ia terpaksa mengais batu yang menempel pada lereng gunung, sebab tidak ada akar terdekat yang bisa ia gunakan. Ia semakin dekat dengan tempat peristirahatan untuk malam ini.

Matahari telah sempurna hilang. Awan kemerah-merahan beranjak pergi digantikan awan hitam keabu-abuan. Pemuda itu belum kunjung sampai juga di terasing untuk bermalam.

Tangan kiri pemuda itu meraih sebuah akar yang melilit batu seukuran kepala. Tangan kanannya berusaha meraih akar pohon di atasnya. “Nah, semoga saja sampai.”

Tapi ternyata tidak semudah yang dia bayangkan. Ketika tangan kanannya satu senti dari akar pohon di atasnya, sebuah anak panah melesat menyasar tangan kanan pemuda tersebut. “Keparat. Apakah ada manusia di alam seperti ini?” Tangan kanan pemuda itu sekarang berpegangan pada akar yang sama dengan tangan kiri. Kakinya memijak batu seadanya.

Matanya memandang kiri-kanan, dari asal muasal anak panah. Tidak ada siapa-siapa. “Ah, paling itu adalah anak panah pemburu yang tengah membidik sembarangan.” batin dia.

Tangan kanannya kembali berusaha meraih akar pohon semula. Tapi ketika tangannya satu senti dari akar tersebut, tiba-tiba anak panah kembali menyasar, membidik tangannya.

Matanya menatap tajam asal anak panah. “Hai, siapa saja kau, keluarlah! Jangan jadi pengecut.” Pemuda itu berteriak marah.

Tidak ada jawaban. Lengang. Bahkan suara angin sekalipun tidak terdengar.

Dia harus segera naik. Satu, sebab akar pohon itu tidak mampu menahan tubuhnya lebih lama lagi. Dua, hari semakin gelap. Pendakian tebing ini tidak akan bisa berlanjut jika gelap menyelimuti. Alhasil, apapun akibatnya pemuda itu harus segera naik. Entah anak panah itu kembali datang atau tidak.

Perlahan tangan kanannya kembali meraih dahan pohon seukuran tangan orang dewasa. Sepertinya kali ini aman, tidak ada anak panah yang kembali menyasar tangannya. Tubuh pemuda itu kembali naik satu meter.

Kakinya berpijak pada dahan pohon yang sekiranya mampu menahan berat tubuhnya. Tangan kirinya meraih dahan yang tidak jauh dari kepalanya, berhasil.

Tangan kanannya kembali meraih batu yang setengah terkubur di lereng pegunungan, sedikit kesulitan, batu itu setengah besar. Tangan kirinya buru-buru meraih akar yang melilit batu, kakinya terangkat menopang tubuhnya untuk naik. Berhasil. Tubuhnya kembali naik satu meter.

Sampai beberapa saat akhirnya pemuda itu berhasil naik sampai tanah terasering. Wajahnya tersenyum bangga. “Ah, tidak akan ada yang bisa menghalangiku lagi.”

Salah, ternyata pemuda itu sangat salah. Sebuah anak panah kembali melesat, menyasar tangan kanannya.

Wush...

 Syukurlah, setidaknya telinganya masih bisa mendengar desingan anak panah itu. Dengan sigap tangannya bergerak naik. Anak panah itu mengenai sebuah dahan pohon menancap di sana. Belum sempat tangannya turun, sebuah anak panah kembali mendesing menyasar lehernya.

Wush...

Kali ini dia terpaksa mengayunkan tubuhnya ke belakang, meliuk seperti karet terbakar panasnya api. Itu semua belum selesai. Dua anak panah kembali mendesing bersamaan, menyasar kaki dan kepalanya. Ah, kali ini pemuda itu terbang ke atas. Tubuhnya salto bebas.

Belum sampai tubuhnya menyentuh tanah, tiba-tiba belasan batu seukuran kepalan tangan beterbangan menyerang dirinya. Nyiur angin dingin bertiup. Dengan susah payah pemuda itu menghindar. Sesekali dia harus menggunakan ajian peringan tubuh, meski itu sangat menguras energinya.

Wush...

Sebuah anak panah kembali menyasar perutnya. Dengan mudah pemuda itu bisa menghindar.

Dari arah tidak begitu jauh, dari bawah sebuah pohon beringin, terdengar suara tepuk tangan beberapa kali. Plok... plok... plok... terdengar berjeda dua detik dari masing-masing tepukan.

“Hai, Pemuda! Sepertinya kemampuan pendengaranmu sedikit bisa membantu.” Suara itu terdengar kabur oleh suara angin.

Mata pemuda itu memandang asal suara. Dia menemukan sebuah sosok tinggi hitam, mata orang yang berkata itu berpendar-pendar kekuningan.

Pemuda itu berkata, “Siapa kau berani-beraninya menyerangku...?”

Belum selesai dia berbicara, sebuah anak panah kembali menyassarnya.

Wush...

Tepat mengenai perutnya. Pemuda itu tidak bisa menghindar sama sekali. Tubuhnya terkulai jatuh. Tidak sadarkan diri.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
100%(33)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
33 ratings · 33 reviews
Write a review
user avatar
Zaid Zaza
Sukses. Izin promosi ya Thor. Mampir di novel saya. Judulnya: ROH KAISAR LEGENDARIS
2023-10-06 22:05:30
1
user avatar
Aldho Alfina
Bantu promote thor "Penguasa Dewa Naga"
2023-01-27 18:05:52
1
user avatar
aldo.paikerz15
Luar biasa min Jangan lupa mampir di karya saya "Legenda Naga Langit" Insyaallah menghibur.
2022-08-07 01:08:35
2
user avatar
Ken Matahari
Ceritanya menarik Thor. Salam hangat dari Sadnya, Pendekar Golok Melasa Kepappang.
2022-06-25 12:15:13
1
user avatar
Aldi pga
Numpang promo kak, mampir ke novel legenda Galuh Tapa, kali aja ada yang mau membaca tulisan sederhana ini, ditunggu ya kak
2022-06-07 19:20:12
1
user avatar
Hakayi
Ceritanya bagus! Salam dari Bimantara Pendekar Kaki Satu.
2022-04-20 18:05:22
2
user avatar
Zhu Phi
mantap ceritanya Thor salam dari Pendekar Naga Biru
2022-04-13 18:27:06
2
user avatar
Ramdani Abdul
Ceritanya luar biasa Salam dari Pendekar Kujang Emas
2022-02-25 22:34:21
2
user avatar
Snack Video
Tapi masih ada labjutannya sih, semoga saja cepat release
2022-02-10 12:42:31
2
user avatar
Snack Video
Wah, bukunya udah tamat. Tapi aku belum selesai membacanya
2022-02-10 12:41:56
2
user avatar
CahyaGumilar79
Ceritanya keren dan menarik pokoknya sukses untuk penulisnya dan juga karyanya. Salam dari Sang Pendekar
2022-02-09 12:45:06
1
user avatar
Snack Video
Keren, semakin menjadi jadi saja ..
2022-02-08 16:21:56
1
user avatar
malapalas
BACA novel berjudul :FREL. Banyak kejutan di dalamnya. Selain tentang cinta segitiga yang bikin baper, gemes dibumbui humor dan mengharubirukan, kalian akan disuguhi dg persahabatan, keluarga, luka dan rahasia di masa lalu orangtua yang akan membuat cerita lebih seru dan menjungkirbalikkan perasaan.
2022-01-30 16:20:19
2
user avatar
Miko
Wah, ini baru cerita silat yang beneran. Tidak salah Good Novel menerbitkan naskah silat seperti ini. Lanjut terus Thor..
2022-01-27 01:54:56
3
user avatar
Big Man
Ijin promo thor. ~Sang raja pulau mahkota (kembalinya sang legenda di dunia lain) Game/ Isekai/ Overpower/ Fantasi/ Demon
2022-01-19 07:56:49
3
  • 1
  • 2
  • 3
89 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status