PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 13B"Bang Arga…"Suara Winda lirih, hendak mendekati Bang Arga. Aku mendelik. Sementara si lelaki yang tak kutahu namanya itu menarik tangan Winda."Heh. Kutil. Baguslah abang gue ngeliat dengan mata kepala sendiri gimana kelakuan lo yang minus sepuluh.""Lepasin tangan lo dari Winda!" Bang Arga masih tak Terima."Emangnya kenapa? Winda ini cewek gue. Mau gue peluk, mau gue cium, mau gue apain juga terserah gue!""Huuuuuu!" Suara kerumunan orang berseru terdengar heboh sekali."Pulang kamu Em, biar Abang hajar lelaki ini!"Bang Arga mendorong ku. Aku bergeming, bertahan di tempatku."Yang bejat bukan hanya si lelaki, Bang. Tapi noh, cewek Abang itu. Lagian ngapain Abang ngotorin tangan gebukin orang? Kalau udah tahu selama ini Abang macarin sampah, tinggal buang aja ke tempatnya.""Yeeeaay betul itu! Betul dek! Duh liat adeknya pinter Bang! Ganteng-ganteng kok bucin!"Suara orang mendukung kata-kataku kembali terdengar."Kurang ajar! Lo bilang gue sama Winda b
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 14Sampai di rumah, hampir menjelang maghrib. Aku berhenti sebentar di depan kamar Abang yang pintunya tertutup. Sunyi sekali. Aku tidak tahu apakah Abang sudah melihat video viral itu atau belum, tapi aku jelas yakin Abang ada di dalam, mungkin sedang merenungi semua kebucinannya selama ini."Eh, Emi?"Mama keluar dari kamarnya, sudah memakai mukena. Mama kadang suka mengajak kami berdua sholat berjamaah di ruang khusus sholat, di ruang tengah. Sebuah bidang yang sengaja dibuat agak tinggi. Dulu saat Papa masih ada kami tak pernah melewatkan Sholat maghrib dan subuh berjamaah."Abang mana, Ma?""Ada di kamar. Ada apa sih, kok pulang-pulamg Abangmu langsung masuk kamar nggak keluar lagi? Oh ya makasih ya dasternya. Cantik banget."Aku tersenyum. Ku dekatkan bibirku di telinga Mama."Abang dan Winda putus. Fix putus beneran kali ini Mam. Tapi ceritanya nanti ya. Aku mandi dulu.""Serius kamu Em?""Seriuslah, Ma. Eh, rambut Emi bagus nggak Ma?"Aku mengibas ram
Bab 14B"Wow, cantiknya!"Riana, lebay seperti biasa. Dia tampaknya juga move on dengan cepat. Mungkin karena sudah menemukan gebetan baru, abangku sendiri.Aku mengibaskan rambut dengan gaya berlebihan, dan duduk dengan sok anggun. Karyawan lain, yang kebanyakan lelaki ikut pula sibuk menggoda, mengomentari rambut baruku. Namun, ada yang berbeda. Di meja pojok yang biasanya ditempati Pak Andi, kini ada seorang cowok yang sudah sibuk berkutat dengan layar komputer. Tadi, dia melirik sekilas ketika Riana berteriak cantik. Selebihnya, dia diam saja, tidak menegur dan juga tak memperkenalkan diri."Siapa itu?" Bisikku."Oh, karyawan baru, Pak Andi dimutasi ke Surabaya.""Ganteng.""Gantengan Pak Arfan. Udah jangan pindah target. Pak Bos lebih menawan."Aku terkikik. Riana benar juga. Aku meletakkan tas di atas meja dan mulai menghidupkan komputer. Jam delapan kurang lima. Tak ada lagi waktu ngobrol, meski aku masih ingin membahas video viral itu dengan Riana. "Permisi, Mbak. Boleh pinja
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 15Tanda tangan kontrak katanya. Ishh bilang aja naksir kenapa sih? Aku keluar dari ruangan Pak Arfan tanpa mampu menyembunyikan wajahku yang merona. Aku menunduk, berjalan dengan cepat ke mejaku. Tapi sial, karena otakku sibuk berpikir, aku tersandung kakiku sendiri. Aku nyaris saja terjatuh kalau saja seseorang tidak segera menangkap tanganku.Raya. Rupanya dia melompat dari kursinya dan berlari secepat kilat menahan tubuhku. Posisi kami persis seperti di sinetron ikan terbang. Begitu dekat, hingga aku dapat menatap wajahnya yang ternyata…"Dasar ceroboh. Sudah berapa kali kamu nyaris jatuh Em?"Riana menarik tanganku, memisahkan diriku dari si anak baru dan menyeret ku kembali ke mejaku sendiri. Gayanya sudah kayak emak-emak."Ingat, jangan sampai Pak Boss liat kamu dan aku gagal jadi asisten bos. Anak baru itu nggak ada apa-apa nya dibanding Pak Arfan. Dia cuma karyawan, Pak Arfan yang punya kantor. Ngerti?"Aku hanya meleletkan lidah. Ini dia jadi matre
Bab 15BHah? Apa aku tak salah dengar? Aku menatap lelaki di depanku ini lekat-lekat."Cemburu… kenapa, Pak? Kita kan cuma pacar pura-pura. Lagian…""Kita sudah sepakat Emily. Dan saya sudah memperingatkan kamu untuk tidak dekat dengan lelaki lain."Dia duduk di seberangku, terpisah oleh meja. Wajahnya di condongkan menatapku tanpa kedip."Raya hanya mau kenalan.""Tidak. Dia bukan sekedar mau kenalan. Dia ingin mendekatimu.""Bapak salah menduga.""Saya tidak pernah salah. Dan ingat saya ini lelaki."Aku terdiam."Dia baru sehari bekerja disini dan baru kenalan. Tapi dia sudah berani mendekatimu. Tipe lelaki playboy. Saya tidak mau karyawan saya menjalin hubungan sesama teman. Kinerja kalian akan menurun.""Bapak berpikir terlalu jauh. Saya nggak berminat menjalin hubungan dengan dia atau dengan siapapun.""Kalau dengan saya?"Dia tak henti menatapku, membuat jantungku terasa melompat-lompat. Dibandingkan Raya, tentu saja Pak Arfan jauh berbeda. Wibawanya mampu membuat siapa saja men
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 16Aku memandang mobil sedan Winda keluar dari halaman rumah, dengan Aditya di kursi sopir dan Winda yang nampak tak berdaya di kursi penumpang. Entah apa yang membuat Alien yang biasanya menyeramkan itu mlempem seperti kerupuk kehujanan. Masih ku ingat bagaimana Aditya mengedipkan sebelah mata seolah berkata : apa si boss bilang?Bos.Baru saja nama itu melintas di kepalaku, ponselku berbunyi. Jika biasanya Pak Arfan mengirim pesan WA, kali ini dia meneleponku langsung."Halo?""Jangan pernah berpikir untuk membatalkan kontrak. Ngerti kamu?!"Galak bener. Belum sempat aku menjawab, telepon langsung ditutup. Aku menghembuskan nafas, lalu berjalan menutup kembali pagar. "Jadi itu cowok di mall kemarin?" Mama tahu-tahu muncul.Aku mengangguk. "Kayaknya kita nggak perlu cerita sama Bang Arga deh Ma, kalau Winda tadi kesini.""Iya kamu benar. Mama senang banget akhirnya kita bisa bebas. Mama takut Abangmu keburu kena gangguan jiwa.""Tuh kan. Sekarang Mama setuju
Kantor sudah sepi. Lagi-lagi, aku tertahan disini. Bukan karena malas pulang, tapi karena Bang Arga belum juga menjemput. Padahal aku sudah memberi tahunya bahwa aku akan pulang setengah hari, sesudah makan siang. Aku turun dan menunggu di depan front office yang sudah di tinggal penguasanya. Iseng, aku membuka ponsel, mengintip apakah masih ada video yang tersebar di sosial media. Dan aku terkejut karena banyak sekali orang-orang membuat meme dan memparodikan tingkahku saat menghajar lelaki selingkuhan Winda dengan kantong berisi daster.Astaga. Aku meletakkan ponsel di atas meja dan menutup wajah. Mengingat wajah Aditya yang babak belur dihajar Bang Arga. Dia benar-benar profesional."Hemm… pacarku wonder woman ternyata."Aku terkejut, ponsel di atas meja sudah lenyap, berpindah ke tangan lelaki yang kini berdiri di depanku. Pak Arfan meletakkan lagi ponselku di atas meja. Jasnya sudah dibuka dan dia hanya memakai kemeja hitam pas badan yang membentuk tubuhnya yang atletis."Pacar p
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 17Winda menatapku sebentar, lalu tanpa kata-kata, dia masuk lebih dulu. Wajahnya tampak kesal, tak seperti biasanya yang selalu sumringah jika bertemu denganku. Kali ini, dia menata rambutnya yang hitam panjang menjadi sanggul kecil dengan sulur sulur rambut yang ikal di leher. Dia menatap gaun biru yang kupakai, yang nyaris saja berpindah ke tangannya. Lalu menatap Pak Arfan sejenak sebelum melenggang masuk. Sementara aku, tanpa sadar tanganku menggenggam erat tangan Pak Arfan."Jadi cewek yang mau dijodohin sama Bapak itu Winda?"Pak Arfan balas menggenggam tanganku. Dia juga sepertinya agak terkejut."Saya nggak tahu. Tapi kalau benar dia, akan lebih bagus karena Papa dan Mama tidak mentoleransi wanita yang punya skandal.""Apa orang tua Bapak juga main sosmed?""Kadang-kadang. Mereka bukan orang tua jompo. Bahkan mereka lebih up to date dari pada saya."Mati aku. Bagaimana kalau kedua orang tua Pak Arfan sempat melihat aksiku dengan kantong daster itu? Ak