Share

Bab 4. WULANSARI

 Bab 4. WULANSARI

Ki Dalang Suryo, ayah Narendra menatap dengan sorot mata kebingungan saat putranya meminta restu padanya untuk menikahi Wulansari, putri dari Ki Sudarma seorang dalang yang dulu sangat terkenal, namun sudah beberapa tahun terakhir seolah telah mengasingkan diri, karena sudah sangat lama tak lagi terdengar penampilannya membawakan kisah perwayangan.

"Lalu bagaimana dengan Suminar, Ngger? Bukankah dulu, kamu sendiri yang mendatangiku untuk meminta ijin menikahinya? Bagaimana dengan bayi yang baru dilahirkannya?"

   

"Kami sudah bicara, Pak. Dia wanita yang sangat mengerti kebutuhanku. Dia tidak akan menahan langkahku, toh semua ini kulakukan untuk masa depan kami, masa depan Lintang. Putriku harus mendapatkan yang terbaik. Meskipun ada yang harus dikorbankan di awal, tapi Suminar dapat mengerti." jawab Narendra. "Kami sudah membuat kesepakatan sebelum Minar melepaskan saya!"

"Kesepakatan?"

     

"Nggih, Pak. Saya berjanji untuk tetap menjamin hidup Lintang, walaupun saya sudah menalak Suminar. Karena Lintang itu masih menjadi tanggung jawab saya!"

   

"Kamu yakin dengan keputusanmu ini, Ngger? Karena kulihat kamu sudah berbahagia dengan Suminar. Apalagi dengan calon istrimu itu, kamu belum terlalu mengenali perwatakannya. Bagaimana jika ternyata nanti kau merasa tidak cocok dengannya? Hidupmu tidak akan bahagia nanti!"

"Hanya dengan menikahinya, saya dapat meraih impian saya, Pa! Keputusan saya sudah bulat. Saya ingin menjadi dalang yang misuwur. Yang dikenal dan disegani. Tentunya saya harus memperoleh ilmu dari guru yang tepat. Yaitu bapaknya Wulansari. Ki Sudarma!" jawab Narendra tegas

"Bukankah Bapak dan Kakek juga menginginkan hal itu? Kita memiliki cita-cita yang sama. Kebetulan saya yang memiliki kesempatan."

   

Ki Dalang Suryo terdiam untuk beberapa saat. Yah tentu saja, memangnya orang tua mana yang tidak ingin anaknya menjadi orang sukses yang membanggakan? Kedisiplinan yang ia dan ayahnya terapkan dalam menggembleng Narendra sedari kecil memang bertujuan untuk kesuksesannya di masa depan. 

Dan sekarang, saat ada orang yang bisa memberi ilmu yang lebih dari yang bisa diberikannya meskipun untuk itu harus ada yang dikorbankan, mengapa tidak? Toh pengorbanan yang ada tidaklah sia-sia. Semua juga tahu, tak ada yang gratis di dunia ini jika itu berhubungan dengan sesama manusia. Hanya alam semesta saja yang dapat memberi dengan cuma-cuma.

  

"Baiklah, tolong kamu ingat pesanku ini, Ngger! Jika kamu sudah menetapkan hatimu untuk melangkah, maka melangkahkan dengan benar. Tuntaskan semua kewajibanmu sehingga tidak ada ganjalan yang merintangi langkahmu!" pesan Ki Dalang Suryo setelah memahami apa yang diidamkan putra tumpuan harapannya itu.

Narendra mengangguk mengerti. 

"Katakan pada Suminar, saat bayinya sudah bisa ditinggal, ia boleh bergabung untuk menyinden lagi di sini. Agar dia bisa memenuhi kebutuhan hidupnya bersama ibu dan juga cucuku!"

Setelah memohon restu dan berpamitan, Narendra melanjutkan perjalanannya ke rumah Jernih Suminar untuk menemui mantan istri dan putrinya serta menyerahkan beberapa lembar uang yang tadi dititipkan ayahnya untuk diserahkan sebagai penopang sementara hidup istrinya selama ia belum bisa mencari nafkah setelah melahirkan.

***

Hari-hari berlalu, Narendra berusaha menjalani kehidupan baru sesuai pilihannya. Berumah tangga dengan Wulansari, sosok wanita yang memiliki watak bertolak belakang dengan Suminar. 

Jika Suminar adalah wanita pendiam yang selalu nriman dan tak pernah neko-neko, maka Wulansari adalah sosok yang lebih lincah, manja dan keras kepala dengan wajahnya yang manis. 

  

Wulansari juga termasuk wanita yang cerdas dan ambisius. Ia sangat gemar berdandan dan menyadari bahwa kelebihan yang dimilikinya adalah tubuh sintal yang menggiurkan hasrat lelaki yang memandangnya. 

Penampilannya walaupun sederhana namun selalu terlihat apik. Dan kelebihan ini cukup membuat Narendra terkesan. Walaupun wajahnya tak secantik Suminar, tapi penampilannya yang selalu resik dan serasi memberikan nilai lebih pada dirinya.

Apalagi kepandaiannya dalam menyenangkan hati serta memberi kepuasan bagi Narendra. Membuat Narendra merasa cukup dapat mempertahankan biduk rumah tangganya yang baru ini hingga waktunya tiba ia kembali pada kekasih sejatinya Jernih Suminar.   

Sesuai janjinya, setiap minggu ia selalu menyempatkan diri selama beberapa saat mengunjungi rumah Suminar untuk mengirimkan nafkah serta memantau perkembangan putri mereka, dan ia melakukannya atas ijin Ki Sudarma karena ia berjanji pada lelaki tua itu bahwa ia hanya melaksanakan kewajibannya menafkahi putrinya. 

Untuk membuktikan kesungguhannya serta menghindarkannya dari fitnah, Narendra selalu mengajak abdi kepercayaan Ki Sudarma untuk mengawalnya saat mengunjungi Lintang Prameswari.

Namun, Wulansari yang sudah menaruh curiga pada suaminya itu, sekali waktu mengikuti dengan diam-diam kepergian suaminya yang saat berpamitan padanya mengatakan bahwa suaminya itu hendak mengunjungi Ki Sudarma, ayahnya. 

Awalnya, Narendra memang pergi mengunjungi rumah ayahnya, tapi hanya untuk menjemput salah satu abdi yang bertugas merawat gamelan di rumah ayahnya itu, untuk selanjutnya mereka pergi mengunjungi rumah sinden cantik yang konon menurut berita yang didengarnya adalah mantan kekasih Narendra.  

Betapa sakit hati Wulansari setelah mengetahui kenyataan itu. Apalagi menurut orang kepercayaan yang disuruhnya mengawasi Narendra melaporkan bahwa suaminya sangat sering mengunjungi rumah sinden itu.

Maka Wulansari pun mengadukan rasa sakit hati atas penghianatan suaminya itu pada Subandrio,teman mainnya sedari kecil yang ia ketahui telah menyimpan rasa cinta padanya sejak mereka masih sangat muda. 

Sejak saat itu, mereka seringkali melakukan pertemuan rahasia saat Narendra sedang tidak di rumah. Apalagi, sejak berguru pada Ki Sudarma, pamor Narendra sebagai dalang juga semakin meningkat dan mulai dikenal sehingga seringkali Narendra harus pergi hingga ke luar daerahnya untuk memenuhi undangan untuk melakukan pagelaran wayang kulit. Kesibukan Narendra itu membuat Wulansari dan Subandrio semakin leluasa untuk bertemu.  

Memanfaatkan perasaan cinta temannya itu, Wulansari mulai memasang perangkap melakukan apa saja termasuk memberi kepuasan agar dapat mempengaruhi Subandrio yang sangat memujanya itu untuk membalas sakit hatinya. Membiarkan lelaki itu mengira bahwa Wulansari juga memiliki rasa cinta yang sama bahkan mempermainkan perasaan lelaki yang tengah mabuk kepayang itu dengan mengatakan bahwa janin yang telah tumbuh di rahimnya adalah buah cinta kasih mereka. 

Pada Subandrio, Wulansari mengaku akan tetap mempertahankan pernikahannya dengan Narendra hanya untuk menjadikannya sebagai sapi perah yang akan mengumpulkan harta sebanyak mungkin baginya sebagai bekal kehidupan mewah tanpa kerja keras dengan Subandrio kelak.   

Tentu saja, akhirnya lelaki itupun terlena dan mau melakukan apa saja yang diminta Wulansari padanya. Termasuk untuk menyingkirkan sang sinden yang menurutnya berusaha menggoda sang penghasil harta. 

Maka pada suatu malam, terjadilah peristiwa pembunuhan keji pada diri Jernih Suminar, sinden tercantik yang dilakukan oleh Subandrio dan teman-temannya. Mereka yang sedang mabuk setelah pesta arak yang disediakan Wulansari, melakukan pembunuhan keji itu dengan senang hati karena Subandrio mengijinkan mereka untuk menikmati tubuh sinden Suminar sampai puas sebelum menghabisinya, lalu membuang jasadnya ke sungai yang mengalir tak jauh dari tempat mereka menyergap Suminar.

    

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Khara Asha
kejam nian
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status