Share

Bab 8 Dapat Voucher gratis

Aku terduduk lemas, menatap dinding lift, sudah beberapa kali aku menggedor-gedor. Namun tidak ada sahutan dari luar, mungkinkah mereka semua sudah tertidur ataukah mereka tidak mendengar suara gedoran. 

Aku harus bagaimana sekarang, seorang diri di dalam lift dengan hanya membawa gawai yang sudah habis baterainya, aku benar-benar putus asa, mungkinkah aku akan mati, aku belum sempat meminta penjelasan Mas Hasan, aku tidak siap bila harus mati sekarang.

Setidaknya sebelum mati aku sudah membalas perbuatan Mas Hasan, aku ingin menebus kebodohanku sendiri, aku ingin memperbaiki keadaanku saat ini.

Tak terasa air mataku luruh ....

Satu jam ....

Dua jam ....

Tiga jam ....

Akhirnya aku tertidur dengan posisi badan tertekuk, kepala menyender di lutut dan kedua tangan masih memeluk lutut.

Aku tersentak saat ada gedoran pintu dari luar, dan bergegas bangun untuk membalas gedoran, biar mereka tahu kalau ada orang di sini.

Saat ini aku mendengar obrolan dari luar, mungkin lagi berusaha memecahkan masalah untuk membukanya. Dan tak menunggu waktu lama, pintu lift terbuka sedikit demi sedikit, dan terlihat mereka sedang berusaha menarik pintu lift ke samping, dari arah tengah. Akhirnya pintu terbuka meskipun tidak sepenuhnya tapi aku bisa keluar dari sini.

Akhirnya aku tertolong, dan kulihat mereka satu per satu, sebagian mereka mengenakan baju setelan warna hitam dan ada belt di samping bertuliskan Mekanik. Kemungkinan besar mereka lah yang membuka pintu lift.

Aku ingin berlalu meninggalkan tempat ini, badanku terlalu capek dan saat aku mulai melangkah aku mendengar suara sumbang dari salah satu penonton,

"Heh dia udah ditolongin kok gak ada bilang makasih," 

Aku berhenti melangkah dan kutengok pada orang yang berucap tadi, dia memakai seragam dan dia mungkin pegawai hotel ini. 

Emosiku langsung menjalar ke seluruh tubuhku, bagaimana tidak. Ini adalah kelalaian mereka dan aku korban disini, seharusnya mereka yang meminta maaf. 

Tak perlu basa-basi, aku mendekatinya, kutarik kerah bajunya. Tubuhnya yang lebih pendek memudahkanku menarik lebih dekat. Kutatap matanya dengan tatapan melotot. Kulihat netranya langsung berkaca-kaca, dan kurasakan tubuhnya bergetar. Aku bisa melihat ketakutan yang di hadapinya sekarang. Aku harus menggertaknya.

"Perlukah aku melaporkan kelalaian ini ke polisi?! Aku disini adalah korban dari hotel ini! Tidak sadarkah itu, harusnya kamu meminta maaf. Bukannya menunggu aku berterimakasih!" ucapku sambil menghentakkan badannya.

"Ma–maaf, aku tidak terpikirkan tadi," ucapnya memohon dengan matanya yang sudah dibanjiri air mata.

"Mana manajermu!" 

"Tolong jangan kasih tahu masalah ini kak!" Ucapnya masih memohon.

"Aku sudah berbaik hati, ingin melupakan masalah ini, tapi kau seenaknya membicarakan aku. Kayaknya emang kamu itu butuh teguran!" 

 Terdengar suara kaki mendekat. Aku langsung menoleh ke arah itu, aku lihat seorang laki-laki dengan stelan jas hitam dan sepatu pantofel menuju kemari. Mungkin dia atasannya. Kebetulan sekali, aku tersenyum miring dan memandang Mbaknya yang meringsut ketakutan.

"Ada apa ini?" tanyanya melihat aku yang masih memegang kerah salah satu pegawai disini.

Hening

Kurang ajar sekali, tak ada yang menjelaskan perkara ini. Lebih baik saat ini aku akan diam saja. 

"Tadi Mbak ini terjebak di dalam lift, terus pas keluar Mbak pegawai ngomongin Mbak ini katanya tak mau berterimakasih." Jelasnya salah satu dari orang yang masih disini menyaksikan kejadian. Akhirnya ada juga yang menjelaskan. 

Aku melepaskan kerahnya sambil mendorong, lama-lama capek tanganku untuk menahan.

"Jelaskan ini kenapa, Mira? kenapa pelanggan kita bisa marah sama kamu!?" tanyanya.

'Owh ternyata namanya Mira, lihat saja kau Mir,' aku tersenyum sinis dengan tatapan yang masih mengarah ke Mira itu.

Dia masih terdiam dan menundukkan kepalanya. Membuatku semakin gemas saja.

Melihat tidak ada respon, Pak Manajernya kembali bertanya kepada salah satu mbaknya yang berseragam, "Jelaskan kenapa?"

"Tadi Mira membicarakan pelanggan kita, tapi Mbaknya tidak terima, karena kami tak meminta maaf padanya, dan malah menggunjingnya." Jelasnya panjang lebar.

Pak manajer mungkin langsung paham situasinya dan langsung menundukkan punggungnya ke arahku, "Saya selaku manajer disini, meminta maaf atas kejadian yang menimpa anda, ini adalah murni kesalahan kami." 

" Ah sudahlah, awalnya aku ingin melaporkan ini ke ranah hukum. Aku hampir frustasi karena kelalaian kalian, apa lebih baik aku lap–"

"Saya akan memberikan kompensasi untuk ini, saya harap tolong jangan laporkan masalah ini, karena akan berdampak besar dengan pemasukan kami!" 

"Kompensasi? Apa?" tanyaku sambil menaikkan salah satu alis.

"Saya akan memberikan voucher gold gratis check in selama satu bulan dan waktunya bebas," 

Aku terdiam mencoba menghitung berapa keuntungan untukku, sehari check in disini bertarif hampir empat ratusan itu pun yang standar, bagaimana kalau yang gold. Aku tersenyum membayangkan, apalagi saat ini aku butuh refreshing dan belum ingin ketemu Mas Hasan. Pas sekali, aku tidak boleh mengabaikan rejeki nomplok ini.

Padahal niatku sebelumnya aku hanya ingin mengancamnya, karena aku tahu untuk melaporkan pun harus mengeluarkan uang lagi.

"Baiklah, aku akan kembali ke kamarku, aku tidak akan melaporkan kejadian ini. Dan setelah ini aku menunggu vouchernya." 

"Baik terimakasih, nanti akan ada yang mengantarkan voucher ke kamar anda," ucapnya sembari mengulaskan senyuman ke arahku.

Tanpa menjawab aku langsung berlalu ke arah tangga dan menuju ke lantai tiga. 

Biarlah saat ini aku di hotel sendiri tanpa memainkan gawai. Aku ingin melihat Mas Hasan mencariku apa tidak, apalagi sampe sebulan aku tidak pulang.

Aku menaiki tangga perlahan, satu demi satu anak tangga aku lewati. Sambil pikiranku menerawang.

 Tak terasa sudah di lantai tiga, aku berjalan mencari nomor kamar yang aku pesan tadi.

Dan tak menunggu lama aku mendapatkannya Karena kulihat di lantai tiga ini kamarnya tidak terlalu banyak.

Aku mengambil kunci dan membukanya. Aku lihat ruangan dengan dinding bercat Putih tulang, ada TV led yang menempel di tembok, Ada AC, ranjang yang bersepreikan abu-abu polos beserta badcover. Aku kemudian berjalan ke kamar mandi, disana sudah ada shower dengan bath up yang bernuansa putih.

Benar-benar sempurna. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status