Home / Romansa / PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI / Bab 7. Tidur di Hotel

Share

Bab 7. Tidur di Hotel

Author: Turiyah
last update Last Updated: 2022-07-13 12:51:12

"Loh kamu, Mas? kok bisa jadi tukang ojek, bukannya masih kerja di kantor? dan kulihat kamu masih ada diacara ulang tahun Rendi?" tanyaku bertubi-tubi.

Seribu pertanyaan menunggu penjelasan di benakku, tadi yang membuatku risih di acara tadi, kenapa bisa dia datang jadi tukang ojek yang aku pesan. Rasa penasaranku terlalu menggunung hingga mengabaikan rasa sebalku tadi pas di tempat Rendi.

"Iya, aku nyambi tukang ojek online kalo sepulang kerja, bagaimanapun aku harus berjuang membahagiakan istriku," jawabnya menatapku nanar.

"Berjuang? Sampe mati-matian gitu ya? emang istrimu gak kerja?" 

"Ya enggaklah, ngapain aku nikahin dia kalo nyuruh dia kerja, bagaimanapun aku bertanggungjawab atas nafkahnya," ucapnya dengan matanya yang terendam memandang ke langit menatap bintang-bintang.

Aku mencoba mencerna perkataannya, memang dari segi fisik suamiku lah yang unggul, tapi cara berpikirnya mampu membuat netraku berkaca-kaca. Kenapa suamiku sendiri tidak ada niatan untuk menafkahiku, apakah cintaku bertepuk sebelah tangan? Aku tak bisa membayangkan semua ini. Aku tak bisa menerima. 

"Mbak! Kok malah menangis," tanyanya sembari memegang pundakku.

"Eh, enggak aku cuman kelilipan debu aja," jawabku pura-pura.

"Ya sudah yuk, Mbak. Tak anter," ajaknya sambil memakaikan helm di kepalaku.

Hatiku berdesir, seumur hidup baru sekali ini aku diperlakukan dengan lembut seperti ini. Kenapa aku bisa selebay ini, seperti orang jablay aja. Nafkah batin serasa Mas Hasan memberiku cukup. Owh tidak, dia tak pernah memperhatikan hal kecil seperti ini. 

Tidak … tidak, kenapa aku malah membandingkan Mas Hasan dengan laki-laki yang bahkan tidak aku kenal, namapun belum tahu siapa.

Aku naik di jok belakang motornya, setelah itu motornya dilajukan ke arah yang sudah aku tulis di gawai tadi.

Perasaanku masih tidak karuan, mengingat perlakuan suamiku, aku merasa sepertinya hanya aku yang berjuang dalam rumah tanggaku. Aku yang berjuang menafkahi suamiku, memenuhi kebutuhan rumah. Bahkan sampai sekarang aku tidak memiliki tabungan sama sekali, pekerjaanku hanya sebagai SPG salah satu produk kecantikan. Gajinya pun hanya UMR, berbeda dengan gaji Mas Hasan, yang kemungkinan lebih banyak dari aku, Karena aku tak pernah menanyakan jumlahnya, seingatku seratus ribu tak pernah diberikan kepadaku.

Mendadak aku menjadi penasaran dengan gajinya.

"Mas! Boleh tanya gak?" tanyaku meninggikan suara karena harus melawan angin dan suara kendaraan di kanan kiri.

"Boleh, nanya apa, Mbak?" Jawabnya memelankan laju motornya.

"Gajinya, Mas, berapa?"

"Owh, kalo saya, Mbak. Enam juta perbulan berbeda dengan Hasan, kalo dia tidak kurang dari delapan juta itupun bisa lebih kalo ada lembur. Karena dia posisinya lebih tinggi," jelasnya panjang lebar.

Aku mendengar ini hatiku merasa hancur, gajinya yang delapan juta dikemanakan, setahuku angsuran mobil hanya dua juta. Kenapa hanya ingin membeli sepatunya harus menengadahkan tangannya kepadaku. Sampe aku harus mengencangkan ikat pinggangku, agar apa yang dia inginkan bisa kebeli.

Oh … tidak. Selama ini otakku kemana? Kenapa aku merasa bodoh sekali. Bahkan dulu di sekolah aku selalu mendapatkan Rangking bahkan tak pernah terlewatkan meski hanya satu semester pun. Paling buruk rangking tiga.

Tapi kenapa aku bisa begini, kenapa aku tidak bisa berpikir logika. Aku sekarang harus bagaimana?

Air mataku luruh membanjiri bajuku, kemarin aku yang sok kuat kini hancur dalam kenyataan, merutuki kebodohanku sendiri. Aku memberi tumpangan hidupnya, memberi makan, memberi segala kebutuhannya. Bahkan untuk mertua tidak sedikit aku memberinya. Dan aku hanya mendapatkan rayuan gombal dari Mas Hasan. Itu saja. 

 Kenapa aku tidak sadar dari dulu. Apakah pengorbanan seorang istri seperti ini ataukah aku yang diperbudak olehnya. Entah lah hatiku terlalu sakit memikirkan ini.

"Mbak, kenapa Mbak ingin ke hotel?" tanyanya membuat pikiranku buyar.

Aku harus menjawab apa, ke hotel adalah sesuatu hal buruk di mata orang lain apalagi bepergian sendiri, pasti pikirannya kemana-mana. Lebih baik aku ngomong jujur saja.

"Rumah berantakan banget, Mas. Aku risih bila harus tidur keadaan rumah kotor," ucapku menjelaskan.

"Ooh." jawabnya sambil menambah laju motornya.

Akhirnya sampai juga di parkiran hotel, aku mengambil uang dari dalam tas, kucoba mencari uang yang pas. Dan memberikan sama Masnya. Aku harus bergegas masuk.

"Eh, Mbak. Boleh minta nomornya?" 

Aku melipat keningku, mencoba menelaah maksudnya apa. Mencoba berfikir realistis. Masih berfikir ….

"Maksud saya, saya ingin berteman tidak lebih, hanya berteman." Jawabnya memastikan, sepertinya dia paham gerak gerikku.

"088823042***." ucapku mengejakan nomor teleponku biar mudah dicatat olehnya.

"Makasih ya, Mbak. Aku Ferdi."

"Iya sama-sama. Tolong ya, Mas. Jangan kasih tahu siapapun kalo aku ke hotel, aku tak ingin ada gosip miring tentangku, kasihan suamiku nanti." 

" Oh siap, Mbak. Beres, oh ya maaf Mbak, nama Mbak siapa?"

"Devi, ya udah ya, aku langsung masuk," ucapku bergegas ke arah pintu masuk. Aku tak mau ada fitnah nanti.

Setelah sampe ke resepsionis, aku memesan satu kamar, dan setelah transaksi aku mendapatkan kunci kamar yang berada di lantai tiga. Aku berjalan menuju lift yang tersedia di dalam hotel ini, hotel ini memang mengutamakan kualitas dan kebersihan. Aku setuju dengan review-review beberapa pelanggan. Karena sebelumnya aku pernah penasaran dengan hotel ini dan mencarinya di internet.

 Harganya yang lumayan membuatku ingin tersenyum kecut. Kemarin kebetulan habis gajian sebelum ambil cuti, dan belum membagi dengan kebutuhan pokok. Rasanya ingin aku menikmati hidupku dulu disini, setidaknya sisa uangku cukup untuk seminggu disini.

Tinkk!

Lift terbuka di lantai satu, aku masih menunggu di dalam karena tujuanku lantai tiga.

Setelah menunggu beberapa meni, lift kembali tertutup dan sambil menunggu aku mencoba memainkan gawaiku.

Pas lagi membuka gawai, kupencet tombol pinggir kanan. Masih belum mau nyala, ku coba lagi. Oh tidak ternyata baterai gawaiku habis. Apes sekali apalagi tadi aku lupa bawa charge.

Gedubrak!

Gawaiku terjatuh dari pegangan tanganku, tiba-tiba ada goncangan lumayan kuat dari dalam lift sini, mungkinkah gempa. Dan kebetulan sekali aku seorang diri di dalam lift ini.

Saat aku menunduk hendak mengambil gawaiku, lift kembali berguncang membuat badanku tersungkur.

Aku bergegas bangun, dan mencoba memencet semua tombol yang ada. Sepertinya tombolnya juga sudah tak berfungsi melihat tidak ada respon apapun.

Aku menjadi takut, pikiranku kemana-mana. Mungkinkah lift ini akan terjun bebas membawa tubuhku. Dan aku ditemukan terkoyak di bawah sana, mungkinkah takdir hidupku hanya sampai disini. Dan ini menit terakhir aku menghirup udara di sini. 

Bagaimana dengan Mas Hasan nanti, mungkinkah dia terpuruk ataukah bahagia kemudian menikah setelah kematianku?

Lagi-lagi Mas Hasan menghantui pikiranku, kenapa sedetik pun aku tidak bisa melupakan meskipun keadaanku sudah berujung kematian.

Bagaimana nasibku ini, apalagi gawai yang sudah tidak ada nyawanya ….

Next bab selanjutnya ya ….

Makasih.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    bab 84. Penyesalan Hasan.

    Bab 73Rita menutup jendela rumah juga kamarnya saat ia menyadari hari telah sore. Perasaannya menjadi lega setelah menggugat cerai Danu. Ya meskipun hasil sidang belum turun tapi Ia yakin pasti ia akan memenangkan kasus ini.Ia menuju dapur. Membuka kotak makanan yang berisi cabe itu dan hendak memasak mie.Saat ia mengambil kotak itu, ia teringat saat Devi mengajari ilmu cara menyimpan sayur yang benar seperti apa. Ia pun jadi merindukan Raihan, saat kebersamaan dengan Reyhan juga Devi kini kenangan itu hadir kembali.Ia juga sempat menyesali dulu telah mengusir Devi malam-malam dan penyesalan itu selalu mengganggu tiap malam tidurnya.Rasty menghalau pikirannya dan membuka plastik bungkus mie itu dan langsung memasukkannya ke panci yang sudah berisi air mendidih. Ia memasukkan perlahan dan memotong beberapa cabe lalu ikut dimasukkan bersama mie tadi.Rasa rindu kepada Raihan membuat ia ingin berkunjung ke pusara RehanIngin sekali ia ke sana namun ia menyadari hari telah sore. Akhi

  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    bab 83. Rendi terpaksa jujur

    4Rasti pun menggeser tubuhnya sedikit ke samping meski rasa sakit yang kian mendera di area perutnya tapi tenggorokannya juga menjerit minta untuk diisi. Rasti berusaha kuat untuk mengambil air minum itu hingga naas, bukannya air minum yang ia dapatkan melainkan tubuhnya terjatuh terjerembab ke lantai dan dan infus yang ada di tangannya terlepas begitu saja hingga keluarlah darah dari tangan Rasti itu."To ... tolong," suaranya terdengar parau. Kenapa susah sekali ia bersuara. Ia meringis dan membiarkan darah menetes dari tangannya. Ia hanya bisa menatap nanar. 5 menit berlalu.Seorang perawat datang hendak mengecek keadaan Rasty.Ia terkejut saat mendapati Rasty yang sudah berada di lantai.Perawat itu pun gegas memapah Rasty dan menidurkan kembali ke atas ranjang.Bu ... Bu. Bangun, Bu!" Ia menggoyangkan badan Rasty yang kelopak matanya sudah setengah menutup.Ia gegas membetulkan letak infusnya kembali dan membersihkan darah yang berceceran ke mana-mana."Sus, A–aku mau minum," l

  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    bab 82. minta rujuk lagi?

    PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIAku pun kembali mengajak orang suruhan ku ini untuk meninggalkan rumah sakit ini. Sebab aku sudah tidak mau lagi berurusan dengan Rasti sekarang semuanya antara aku dan Rasti sudah selesai.***POV authorDi sisi lain Devi dan Rendy yang tengah berbahagia bersama keluarga mereka sebab kehadiran calon keluarga baru di rahim Devi. Terlebih lagi Devi dan Rendy yang sangat menantikan sosok mungil itu.Devi sudah merasa tidak sabar akan kehadiran bayi yang selama ini dia impikan. "Terima kasih ya Sayang sudah memberikan calon penerus Rendy Junior disini, aku semakin cinta sama kamu aku janji akan menyayangimu dan menjagamu dengan segenap jiwaku," ucap Rendy sembari menggenggam erat tangan Devi dan mengelus perut Devi yang masih rata itu. Lantas Rendy mencium tangan Devi dan Devi pun tersenyum menanggapi ucapan Rendy yang meski terkesan gombal tapi tetaplah hal itu tulus dari dalam hati Rendy. Mungkin memang Rendy terlihat tidak sempurna karena kekurangan pada f

  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    bab 81. . lari dari tanggungjawab

    PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIBAB 70Akan tetapi setidaknya aku selama ini selalu menyenangkan hatimu bukan? jadi kurasa itu semua sudah impas atas apa yang kau berikan padaku dan atas apa yang kau dapatkan dariku," uapku sembari tersenyum mengejek pada Rasti."Dasar sialan! kau benar-benar laki-laki sialan Om! Menyesal aku pernah mengenalmu dan menyesal aku sudah memberikan segalanya padamu!" pekik Rasti sembari menatapku dengan tatapan sinisnya itu. Dia kira aku peduli dengan semua itu tentu saja tidak. Bukankah dalam sebuah hubungan itu adalah simbiosis mutualisme? gimana kita saling membutuhkan dan kita saling mendapatkan hasilnya, kurasa hal itu juga yang sedang terjadi dalam hubunganku dan juga Rasti. Rasti yang membutuhkan uang dan aku yang membutuhkan kehangatan. Bukankah hal itu adil? jadi di mana letak aku tega padanya?" gumamku dalam hati. "Enggak usah banyak drama Rasti, cepat kamu tinggalkan rumah ini sebab rumah ini sudah ada yang membeli dan sebentar lagi akan ditempati.

  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    bab 80 nasib danu

    PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIMereka pun akhirnya mau bubarkan diri tanpa menghiraukan lagi kondisi Rasti yang sebenarnya dia merasakan sakit di area perutnya itu.***POV DANUAku meremas rambutku dengan kasar aku sangat frustasi saat mengetahui kalau perusahaan yang kebangun dengan susah payah ini sudah di ujung tanduk. Hanya tinggal menghitung hari dan jam saja usaha yang kubangun dengan tetesan keringat itu pun akan bangkrut atau gulung tikar. Terpaksa aku harus mengambil kembali rumah yang sudah kuberikan untuk Rasti untuk aku jual sebagai tambahan penutup hutang-hutangku yang jumlahnya tidak sedikit. Lumayan rumah itu dijual di sekitar laku tiga ratus juta sedangkan hutangku masih sekitar dua miliar lagi. Aku pun tidak tahu harus kemana mencari kekurangan hutang yang aku miliki ini, aku sudah memperingatkan Rasti untuk segera meninggalkan rumah itu tetapi saat pembeli rumah tersebut mengatakan padaku jika rumah itu belum kosong sebab masih ditinggali oleh Rasti aku pun berinisiat

  • PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI    bab 79. Rasti disoraki warga

    4PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIkalau begitu saya permisi dulu ya bu-pak Mari," pamit sang dokter dan akhirnya tubuhnya menghilang dari pandangan orang-orang yang ada di rumah itu.***"Selamat ya Pak ini istri bapak sudah hamil usia empat Minggu dan ini kantung janinnya juga sudah terlihat ya," ucap sang dokter pada Rendi dan juga Devi yang tengah berbaring di atas ranjang pasien dengan posisi perutnya yang sedikit terbuka untuk di USG. Rendi yang melihat dengan antusias pun menarik kedua sudut bibirnya ke atas sehingga membentuk lengkungan senyum yang sangat manis begitupun dengan Devi dia merasa sangat bahagia dengan berita yang ia tahu kali ini dari suaminya saat dia baru saja tersadar dari pingsannya tadi."Alhamdulillah ya Allah Enkau akhirnya berikan titipanmu padaku setelah ujian yang kau berikan padaku selama ini," ucap Devi dalam hatinya. Setelah dokter selesai memeriksa perut Devi, Rendy pun membantu Devi untuk bangun dari posisi berbaringnya. Lantas mereka berdua mengikuti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status