Perjalanan Devi dalam rumah tangganya yang hampir tumbang karena ulah Ibu Mertua yang merongrong gaji anaknya. Suaminya pun ikut mendukung aksi Ibunya. Diapun dengan teganya melakukan KDRT dan menikah tanpa persetujuan dari Devi. Bahkan dia dengan berani memfitnah anak yang dikandung Devi bukanlah benihnya dan tidak mau bertanggung jawab. Akhirnya Devi bangkit dan merencanakan balas dendam atas perlakuan yang ia terima. Ia semakin hancur saat harus kehilangan anaknya. Dendamnya pun semakin membara, hingga ia menemukan seseorang yang mengisi hatinya. Seperti apa rencananya hingga ibu mertua dan suaminya bisa merasakan rasa sakit yang sama? Penasaran? Ikuti terus kisahnya!
View More"Dek, aku mau berangkat kerja kok sepatunya belum dicuciin sih!" gerutu Hasan.
"Ya, pake yang lainnya dululah, Mas!" teriak Devi, Istrinya dari dalam.
"Mana bisa! Ini sesuai sama warna bajuku. Jadi istri kok tidak becus!" teriak suaminya yang bernama lengkap Zack Hasan, sambil membanting sepatu itu keluar.
Hasan berfikir, sebentar lagi sang istri akan lari tergopoh-gopoh mengambil sepatunya dan meminta maaf. Benar saja, wanita yang telah dinikahinya selama dua tahun itu langsung keluar memungut sepatu.
Hasan terkikik, "Eh, tunggu dulu, kok sepatunya di bawa keluar? Eh, kok, dimasukin tong pembakaran sampah? Padahal apinya kan belum padam?" batin Hasan.
Hasan lalu terbirit-birit mengejar, dan berharap sepatunya masih bisa diselamatkan. Malang sekali, sepatu kesayangannya pun sudah terbakar sebagian.
Seperti anak kecil yang kehilangan mainannya. Lelaki berpostur gagah itu meraung sambil memegangi sepatu gosongnya. Wibawanya langsung hilang begitu saja. Baju yang sudah rapi pun jadi ikut kena gosong.
Padahal sebelumnya dia yang mencaci istrinya, kini malah dia yang harus kehilangan barang kesayangannya.
"Dev! Kurang ajar kamu, bisa-bisanya kamu membakar sepatuku! Cuman sepatu ini yang paling mahal diantara lainnya," gertak Hasan sembari menunjuk sepatu gosongnya.
"Selama barang itu aku yang beli, kamu gak punya hak untuk memilikinya. Dahulu, mahar saja kamu ngutang, sampai aku yang membayarnya. Harusnya kamu tahu, kamu gak punya hak untuk hidupmu sendiri."
"Dev, Aku ini suamimu! Kamu harus tunduk sama suami, biar nanti bisa masuk surga!"
"Haissssssss, bulsyitt! Prinsip aku, suami istri itu harus saling menguntungkan. Tidak ada yang namanya kamu merintah aku, Emang aku babumu!" sarkas Devi sambil menarik bibirnya kesamping.
"Begitulah kehidupan pernikahan Hasan dan Devi sehari-hari. Mereka sudah menikah selama dua tahun. Namun, saling berlomba menyakiti perasaan masing-masing, tetapi tetap bisa bertahan sampai saat ini.
Devi belum ingin memiliki keturunan sehingga mereka menggunakan sistem KB mandiri saat berhubungan.
"Dev, kita itu satu keluarga. Jadi harus saling membantu!" ucapnya sambil memelankan suaranya. Karena dia menyadari hampir delapan puluh persen kebutuhannya ditanggung istri.
"Mas, awalnya aku ingin jadi istri yang berbakti. Tapi kok semakin ke sini kamu malah seenaknya sendiri!"
"Seenaknya gimana, Dev. Aku mau berangkat kerja. Aku sudah berusaha mencari nafkah ...."
"Nafkah ibumu? Hah! Kamu itu kerja gak kerja sama aja, gak ada untungnya buat aku! Percuma!"
"Dev, aku ini anak Ibu, jadi aku harus berbakti sama ibuku, Dev."
"Iya berbakti sih berbakti, tapi masak kehidupanmu aku yang nanggung!"
"Dev, maafin Mas tadi ya, Mas kebawa emosi, jadi marah-marah. Aku cinta sama kamu," ucapnya mencoba meraih tangannya.
"Entahlah, aku lupa kalo pernah jatuh cinta sama kamu! Aku merasa dirugikan," ucapnya memelan. Hatinya berdegup kencang saat suaminya bicara seperti itu. Bagaimanapun dia masih sangat
mencintainya.
Akhirnya Hasan tidak jadi berangkat kerja. Dia mencoba merayu istrinya dengan memadu kasih.
Yang langsung disambut istrinya dengan berjalan ke arah kamar.
Belum selesai melakukan pergumulan panas.
Terdengar suara ketokan pintu dari luar, membuat mereka terpaksa berhenti melakukan aktivitasnya yang hampir mencapai puncaknya.
Hasan pun terburu-buru mengambil pakaian yang ia tanggalkan tadi, meninggalkan Istrinya yang sedang menggerutu kesal. Wajah tertekuk sambil memonyongkan bibirnya dan mengutuk si tamu tadi.
Hasan keluar membukakan pintu, terlihat Ibu bersama adiknya sudah duduk di kursi teras rumah.
"Loh, Hasan kok gak berangkat kerja?" tanya Ibunya terkejut melihat anaknya masih di rumah.
" Badan Hasan capek banget tadi, Bu. Sekali-kali ijin kan gak papa sih," ucapnya beralasan.
"Mana istrimu?"
"Di dalam, Bu. Tumben ke sini, ada apa?"
"Tadi, Ibu main ke pasar. Mau beli sarapan duitnya habis, ya ke sini mau makan."
"Owh, ya udah yuk, Bu. Masuk, tak qirai ada hal penting apa!"
Mereka berlenggang masuk, dan langsung membuka tudung saji ...
"Astaga! Jam segini belum ada masakan matang, mana istrimu? kurang ajar sekali. Anakku mati kelaparan kalo kayak gini caranya!" ucapnya hendak berjalan ke arah kamar dan langsung dihentikan sama Hasan.
"Bu, udah jangan nyari masalah. Devi dari tadi lagi gak mood kelihatannya. Biar Hasan Masakin, Ibu pengen makan apa?" rayunya sambil menuntun ke arah ruang tamu.
"Gak usah, Ibu mau makan di rumah saja, mending minta mentahnya aja!" tolaknya sambil berjalan menuju kulkas.
Ibunya tanpa basa-basi mengambil semua stok makanan, bahkan daging juga tak disisain sedikit pun. Awalnya kulkas masih penuh, karena kemarin hari Minggu Devi belanja buat stok seminggu, kini kulkasnya seperti baru lagi, keju yang masih separo pun diambilnya juga.
Hasan yang melihat hanya bisa geleng-geleng, ingin melarang nanti dikiranya pelit. "Biarlah nanti istriku tak rayu biar tak marah," batinnya.
"Ya sudah Ibu Langsung pulang ya, eh sebentar," ucapnya sambil berjalan ke arah dapur. Dia mengambil bawang merah, putih yang terletak di samping kompor dan langsung menuangkan semuanya ke dalam plastik yang dia bawa tadi.
Setelah serasa cukup, Ibunya langsung pamit dan adiknya juga tak lupa meminta uang sama Hasan.
Hasan langsung beringsut karena sebelumnya uang gajian sudah sebagian besar ditransfer ke ibunya, tinggal uang dua ratus ribu buat jaga-jaga nanti.
"Dek, nanti minta sama Ibu saja ya! Mas udah gak punya pegangan, ini buat jaga-jaga nanti," bujuknya sambil memperlihatkan isi dompet yang memang tinggal dua lembar berwarna merah.
"Sini, besok Juga gajian lagi!" ucapnya sambil menyerobot paksa dompetnya dan langsung dikembalikan setelah uangnya diambil.
"Dek, kasian Mas," ucap Hasan mengiba.
Adiknya Elsa, langsung pergi tanpa menggubris kakaknya.
"Yuk, Bu. Pulang!"
Ibunya langsung bergegas keluar, dengan susah payah membawa tentengan plastik di kanan kirinya.
Mereka tidak memperdulikan Hasan yang bersender di tembok, nasibnya sekarang sudah berada di ujung tanduk.
Hasan beranjak menghampiri Devi, dan mendapati istrinya tertidur dengan posisi terlentang di atas kasur.
Hasan pun berbalik karena perutnya sudah mulai mengeluarkan nyanyian yang tak bernada.
Dia mengambil piring, hendak memakan bersama (makan dengan) kecap. Saat membuka rice cooker, betapa terkejutnya melihat isinya kosong tanpa nasi, bahkan tempat nasinya pun tak terlihat, tinggal kerangka luarnya.
Perutnya yang tidak bisa diajak kompromi sekarang menyisakan rasa perih.
Dia hanya bisa menahan rasa lapar, karena untuk membeli nasi pecel pun uangnya tidak akan cukup.
Terdengar langkah kaki berjalan ke arah Hasan,
benar saja Devi sudah berjalan hendak membuka kulkas.
"Dev, jangan buka kulkas dulu!" cegah Hasan, sambil berlari agar tidak keduluan istrinya. Kemudian dia menyender tubuhnya di kulkas.
"Loh kenapa? Aku mau ngambil botol minum, udah sana geser!" usir Devi sambil mendorong tubuh suaminya ke samping.
Devi melihat isi di dalam kulkas mereka yang kosong, "Kemana semua stok makanan yang baru kubeli? Jangan-jangan ibumu kemari dan mengambil semuanya, Mas? Jawab?"
Hasan tak bisa menjawab karena semua dugaan Devi benar.
"Kalau seperti ini terus, ceraikan saja aku!"
Bab 73Rita menutup jendela rumah juga kamarnya saat ia menyadari hari telah sore. Perasaannya menjadi lega setelah menggugat cerai Danu. Ya meskipun hasil sidang belum turun tapi Ia yakin pasti ia akan memenangkan kasus ini.Ia menuju dapur. Membuka kotak makanan yang berisi cabe itu dan hendak memasak mie.Saat ia mengambil kotak itu, ia teringat saat Devi mengajari ilmu cara menyimpan sayur yang benar seperti apa. Ia pun jadi merindukan Raihan, saat kebersamaan dengan Reyhan juga Devi kini kenangan itu hadir kembali.Ia juga sempat menyesali dulu telah mengusir Devi malam-malam dan penyesalan itu selalu mengganggu tiap malam tidurnya.Rasty menghalau pikirannya dan membuka plastik bungkus mie itu dan langsung memasukkannya ke panci yang sudah berisi air mendidih. Ia memasukkan perlahan dan memotong beberapa cabe lalu ikut dimasukkan bersama mie tadi.Rasa rindu kepada Raihan membuat ia ingin berkunjung ke pusara RehanIngin sekali ia ke sana namun ia menyadari hari telah sore. Akhi
4Rasti pun menggeser tubuhnya sedikit ke samping meski rasa sakit yang kian mendera di area perutnya tapi tenggorokannya juga menjerit minta untuk diisi. Rasti berusaha kuat untuk mengambil air minum itu hingga naas, bukannya air minum yang ia dapatkan melainkan tubuhnya terjatuh terjerembab ke lantai dan dan infus yang ada di tangannya terlepas begitu saja hingga keluarlah darah dari tangan Rasti itu."To ... tolong," suaranya terdengar parau. Kenapa susah sekali ia bersuara. Ia meringis dan membiarkan darah menetes dari tangannya. Ia hanya bisa menatap nanar. 5 menit berlalu.Seorang perawat datang hendak mengecek keadaan Rasty.Ia terkejut saat mendapati Rasty yang sudah berada di lantai.Perawat itu pun gegas memapah Rasty dan menidurkan kembali ke atas ranjang.Bu ... Bu. Bangun, Bu!" Ia menggoyangkan badan Rasty yang kelopak matanya sudah setengah menutup.Ia gegas membetulkan letak infusnya kembali dan membersihkan darah yang berceceran ke mana-mana."Sus, A–aku mau minum," l
PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIAku pun kembali mengajak orang suruhan ku ini untuk meninggalkan rumah sakit ini. Sebab aku sudah tidak mau lagi berurusan dengan Rasti sekarang semuanya antara aku dan Rasti sudah selesai.***POV authorDi sisi lain Devi dan Rendy yang tengah berbahagia bersama keluarga mereka sebab kehadiran calon keluarga baru di rahim Devi. Terlebih lagi Devi dan Rendy yang sangat menantikan sosok mungil itu.Devi sudah merasa tidak sabar akan kehadiran bayi yang selama ini dia impikan. "Terima kasih ya Sayang sudah memberikan calon penerus Rendy Junior disini, aku semakin cinta sama kamu aku janji akan menyayangimu dan menjagamu dengan segenap jiwaku," ucap Rendy sembari menggenggam erat tangan Devi dan mengelus perut Devi yang masih rata itu. Lantas Rendy mencium tangan Devi dan Devi pun tersenyum menanggapi ucapan Rendy yang meski terkesan gombal tapi tetaplah hal itu tulus dari dalam hati Rendy. Mungkin memang Rendy terlihat tidak sempurna karena kekurangan pada f
PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIBAB 70Akan tetapi setidaknya aku selama ini selalu menyenangkan hatimu bukan? jadi kurasa itu semua sudah impas atas apa yang kau berikan padaku dan atas apa yang kau dapatkan dariku," uapku sembari tersenyum mengejek pada Rasti."Dasar sialan! kau benar-benar laki-laki sialan Om! Menyesal aku pernah mengenalmu dan menyesal aku sudah memberikan segalanya padamu!" pekik Rasti sembari menatapku dengan tatapan sinisnya itu. Dia kira aku peduli dengan semua itu tentu saja tidak. Bukankah dalam sebuah hubungan itu adalah simbiosis mutualisme? gimana kita saling membutuhkan dan kita saling mendapatkan hasilnya, kurasa hal itu juga yang sedang terjadi dalam hubunganku dan juga Rasti. Rasti yang membutuhkan uang dan aku yang membutuhkan kehangatan. Bukankah hal itu adil? jadi di mana letak aku tega padanya?" gumamku dalam hati. "Enggak usah banyak drama Rasti, cepat kamu tinggalkan rumah ini sebab rumah ini sudah ada yang membeli dan sebentar lagi akan ditempati.
PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIMereka pun akhirnya mau bubarkan diri tanpa menghiraukan lagi kondisi Rasti yang sebenarnya dia merasakan sakit di area perutnya itu.***POV DANUAku meremas rambutku dengan kasar aku sangat frustasi saat mengetahui kalau perusahaan yang kebangun dengan susah payah ini sudah di ujung tanduk. Hanya tinggal menghitung hari dan jam saja usaha yang kubangun dengan tetesan keringat itu pun akan bangkrut atau gulung tikar. Terpaksa aku harus mengambil kembali rumah yang sudah kuberikan untuk Rasti untuk aku jual sebagai tambahan penutup hutang-hutangku yang jumlahnya tidak sedikit. Lumayan rumah itu dijual di sekitar laku tiga ratus juta sedangkan hutangku masih sekitar dua miliar lagi. Aku pun tidak tahu harus kemana mencari kekurangan hutang yang aku miliki ini, aku sudah memperingatkan Rasti untuk segera meninggalkan rumah itu tetapi saat pembeli rumah tersebut mengatakan padaku jika rumah itu belum kosong sebab masih ditinggali oleh Rasti aku pun berinisiat
4PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIkalau begitu saya permisi dulu ya bu-pak Mari," pamit sang dokter dan akhirnya tubuhnya menghilang dari pandangan orang-orang yang ada di rumah itu.***"Selamat ya Pak ini istri bapak sudah hamil usia empat Minggu dan ini kantung janinnya juga sudah terlihat ya," ucap sang dokter pada Rendi dan juga Devi yang tengah berbaring di atas ranjang pasien dengan posisi perutnya yang sedikit terbuka untuk di USG. Rendi yang melihat dengan antusias pun menarik kedua sudut bibirnya ke atas sehingga membentuk lengkungan senyum yang sangat manis begitupun dengan Devi dia merasa sangat bahagia dengan berita yang ia tahu kali ini dari suaminya saat dia baru saja tersadar dari pingsannya tadi."Alhamdulillah ya Allah Enkau akhirnya berikan titipanmu padaku setelah ujian yang kau berikan padaku selama ini," ucap Devi dalam hatinya. Setelah dokter selesai memeriksa perut Devi, Rendy pun membantu Devi untuk bangun dari posisi berbaringnya. Lantas mereka berdua mengikuti
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments