Home / Pendekar / PENDEKAR LEMBAH HANTU / Bab 67 Padang Tandus

Share

Bab 67 Padang Tandus

Author: Freya
last update Huling Na-update: 2025-02-02 23:59:05
Kakek itu tersenyum menatap Rangga lalu berkata

"Akhirnya sampai juga kamu kesini."

Rangga tiba-tiba teringat sesuatu. Kakek itu adalah kakek yang memberinya obat untuk Mbah Janti dalam mimpinya.

"Mbah, akhirnya kita bisa berjumpa di sini. Siapa kakek sebenarnya?"

"Ah, aku ini bukan siapa-siapa, panggil saja aku Mbah Jalak."

"Bunga Ungu itu apa bisa saya ambil sekarang?"tanya Rangga.

Mbah Jalak tersenyum lalu berkata

"Sabar dulu Ngger, bunga itu tidak ada di sini. Besok kita ke pasar mencari bunga itu. Sekarang kamu istirahat dulu."

Di rumah itu Rangga dan Awehpati makan minum dan beristirahat. Rangga dan Awehpati yang sudah kelelahan akhirnya tertidur pulas. Entah berapa lama mereka tertidur. Tiba-tiba saja kakek itu sudah membangunkan mereka

"Bangun Ngger, kita ke pasar sekarang."

Rangga masih setengah mengantuk, dengan malas-malasan dia bangun lalu bertanya

"Mbah, bukannya pasarnya masih buka besok malam?"tanya Rangga.

Kakek itu tertawa melihat Rangga kebingu
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • PENDEKAR LEMBAH HANTUĀ Ā Ā Bab 68 Retno Palsu

    Saat itu hari sudah menjelang pagi. Matahari mulai menampakan diri di ufuk timurDimana aku sekarang? Kenapa Pasar itu tiba-tiba lenyap dan kenapa matahari sudah terbit padahal tadi sepertinya hari masih malam?pikir Rangga.Saat itu Rangga merasa tubuhnya begitu lemah, kepalanya masih sedikit pusing. Rangga berjalan sempoyongan lalu duduk di tanah. Dia mengamati bunga Ungu di tangannya sambil bergumam"Untuk mendapatkan bunga ini aku harus memasuki gerbang gaib beberapa kali. Semoga Mbah Janti dapat sembuh setelah makan bunga ini."Rangga membuka ikat kepalanya, lalu dengan hati-hati membungkus bunga itu lalu menggembolnya di dadanya.Saat sedang beristirahat tiba-tiba Rangga teringat Awehpati. Orang tua itu sedari tadi belum juga dilihatnya dilihatnya di sekitar tempat itu."Waduh, Awehpati, dimana dia?"Rangga berdiri lalu celingukan mencari sosok Awehpati di tempat itu. Tapi sejauh mata memandang, tidak ada satu orangpun di tempat itu. Rangga sendirian si padang batu itu, dia berte

    Huling Na-update : 2025-02-04
  • PENDEKAR LEMBAH HANTUĀ Ā Ā Bab 69 : Cerita Rahu

    "Terimakasih,"Rangga mengembalikan bumbung bambu itu pada Retno.Retno diam-diam mengamati Rangga yang saat itu keadaannya tampak kumal dan kotor. Kumis dan jenggot tumbuh tak beraturan di wajahnya. Kukit tubuhnya tampak menghitam karena daki dan keringat yang menyebarkan bau asem."Siapa namamu?"tanya Retno."Aku Rangga,"Rangga menjawab sambil mengunyah umbi Garut. Perutnya sekarang sudah lebih enak, asam lambungnya sudah diredam oleh umbi Garut yang bisa mengurangi produksi asam lambung."Ikutlah ke rumahku, nanti kamu bisa mandi dan berganti baju.""Nggak usah repot-repot, aku harus segera pulang ke kampungku. Bunga Ungu ini harus segera kuberikan pada ibuku untuk obat.""Di mana kampungmu?"tanya Retno."Aku tinggal di Lembah Hantu, kampungku jauh dari sini.""Sebentar lagi hari gelap dan kabut akan turun. Kamu akan kesulitan mencari jalan pulang. Bisa-bisa kamu akan tersesat di kampung gaib,"tutur Retno.Rangga berhenti mengunyah sekarang dia bisa merasakan tubuhnya begitu lelah

    Huling Na-update : 2025-02-06
  • PENDEKAR LEMBAH HANTUĀ Ā Ā Bab 70 Sosok Misterius Berbaju Hitam

    "Kitab itu telah lama menghilang, tapi aku pernah mendengar pembicaraan para pendekar di sebuah kedai. Mereka bercerita bahwa kitab itu telah ditemukan lagi. Seorang pemuda dari perguruan Sekar Jagad telah mencurinya dari Mpu Waringin. Aku tidak tahu bagaimana kitab itu sampai di tangan Mpu Waringin,"ujar Rahu.Rahu menoleh pada Rangga lalu bertanya"Ngger, kamu kan dari perguruan Sekar Jagad. Apa kamu tahu siapa yang membawa kitab itu? Apa kamu kenal orangnya?"Rangga mengangguk dan menjawab"Ya, saya kenal orangnya. Pencuri yang sebenarnya adalah Hasta yang kini menjadi prajurit kerajaan Majapahit. Tapi dia hanya memegang bagian akhir dari kitab itu. Sedangkan bagian awalnya saya yang membawanya."Rahu terkejut mendengar penjelasan Rangga. "Bagaimana kitab itu sampai di tanganmu?"selidik Rahu."Saat pertarungan di Lembah Hantu, awalnya mereka saling bertarung memperebutkan kitab itu. Lalu Dewi Sekar dengan ilmu hitamnya menurunkan kabut gaib. Saat kabut gaib itu muncul para pendeka

    Huling Na-update : 2025-02-07
  • PENDEKAR LEMBAH HANTUĀ Ā Ā bab 71 Retno

    Ilmu meringankan tubuh sosok berbaju hitam itu ternyata lumayan hebat. Setiap kali Rangga mempercepat langkahnya, sosok itu juga mempercepat langkahnya. Jika dia melambatkan langkahnya, dia juga melambatkan langkahnya. Rangga galau memikirkan sosok di depanya. Apa yang dia lakukan? Apakah dia mengambil kitab Sang Hyang Agni ataukah mengambil bunga Ungu obat untuk Mbah Janti?Rangga mengerahkan tenaga dalamnya dua kali lipat dari sebelumnya. Upayanya berhasil, sosok berbaju hitam itu berhasil disusul. Setelah mulai dekat, Rangga menekuk lututnya lalu melompat tinggi meluncur di udara mendahului sosok hitam itu.Dia berhasil mencegat sosok berbaju hitam itu, sosok itu tampak terkejut lalu menghentikan larinya. Melihat Rangga sudah berada di depannya sosok itu langsung menghunus pedangnya.Rangga tidak dapat melihat wajahnya karena tertutup kedok. Samar Rangga mencium harum bedak Kembang Tanjung. Melihat sosoknya yang tampak langsing dan gemulai, Rangga yakin dia seorang wanita."Mau a

    Huling Na-update : 2025-02-08
  • PENDEKAR LEMBAH HANTUĀ Ā Ā Bab 71 Pertemuan

    Dua Retno menghadapi satu Retno yang pakaiannya sudah compang-camping."Kembalikan barang yang kamu curi dari tamuku!"bentak Retno anak Rahu."Tidak...dia sudah mengambil bunga Ungu milik ibuku. Dia harus membayarnya dengan harga yang pantas!"jawab Retno pencuri.Rangga menghampiri Retno pencuri lalu berkata"Aku sudah membayarnya dengan kain batik, apa itu kurang cukup?!"Retno pencuri hanya mendengus"Huuh, kain itu nilainya tidak sepadan dengan khasiat bunga itu. Bunga itu dapat menyambung nyawa orang yang sudah tidak mampu lagi melawan penyakitnya. Kami menyebutnya Bunga Sambung Nyawa, sayangnya bunga itu hanya berbunga seratus tahun sekali."Rangga tertegun tak menyangka nilai bunga itu begitu tinggi, bahkan menurutnya nilai bunga itu tidak bisa dinilai dengan uang."Baiklah kalau kamu keberatan, aku akan membayarnya dengan keris ini,"Rangga menyodorkan kerisnya."Keris ini keris istimewa, pemberian Bapak angkatku. Ambilah sebagai tambahan pembayaran bunga Ungu itu,"ujar Rangga.

    Huling Na-update : 2025-02-09
  • PENDEKAR LEMBAH HANTUĀ Ā Ā Bab 72 Rahasia Tiga Retno

    Retno anak Mbah Jalak menyilangkan sebilah keris di leher Retno pencuri yang masih tertelungkup di tanah."Baiklah, sekarang lebih berharga mana nyawa anakmu atau Bunga Ungu itu?"Mbah Jamu tertegun, dia tak menyangka Retno anak Mbah Jalak tega melakukannya."Kamu...kamu tega ya kamu mau bunuh saudaramu sendiri!"teriak Mbah Jamu panik.Retno anak Mbah Jalak mendengus dan berkata"Huuh...aku tidak sudi punya saudara jahat macam setan begini. Kalau anda menolaknya, terpaksa aku akan membunuhnya. Ga guna juga orang licik macam dia,"Retno anak Mbah Jalak menggoreskan ujung kerisnya ke leher Retno pencuri.Sontak Retno pencuri berteriak kesakitan, darah mengucur dari kulit lehernya."Aaarrrgh Ibu...lihat dia mau membunuhku! Ibu cepat lakukan sesuatu, aku sudah tidak tahan lagi!"Retno pencuri menangis keras membuat ibunya semakin bingung. Perlahan raut wajah Mbah Jamu mulai melunak, dia menoleh pada Mbah Jalak dan berkata."Kangmas Jalak, tolonglah bebaskan dia.""Masalah membebaskan anakm

    Huling Na-update : 2025-02-10
  • PENDEKAR LEMBAH HANTUĀ Ā Ā Bab 73 Nyai Landip

    Mbah Jalak menggeleng "Tidak juga, Yu Jamu bukan ibu kandung mereka,"ujar Mbah Jalak. Rangga sejenak tertegun lalu bertanya "Jadi siapa ibu kandung mereka yang sebenarnya? Mengapa anak kembar tiga ini bisa terpisah?" Sebelum Mbah Jalak menjawab, Rahu menyela "Ceritanya panjang, mari silahkan ke rumahku. Kita ngobrol di sana saja, di rumahku ada tuak dan babi hutan panggang." Mereka lalu berjalan bersama-sama menembus gelapnya malam menuju rumah Rahu. Tak lama kemudian mereka sudah sampai di rumah Rahu. Rahu dan anaknya segera menyiapkan tuak dan babi panggang untuk para tamu. "Silahkan dinikmati, kalian pasti lapar setelah bertarung tadi,"Rahu mempersilahkan tamunya makan. Retno anak Rahu datang membawa sepiring buah Jeruk Bali yang sudah dikupas. "Ini hasil panen dari kebun, silahkan dinikmati,"Retno meletakan piring berisi buah Jeruk Bali di atas tikar. "Terimakasih Retno...." Rangga berhenti sejenak, sejurus kemudian dia tertawa "Kalian bertiga memiliki na

    Huling Na-update : 2025-02-11
  • PENDEKAR LEMBAH HANTUĀ Ā Ā Bab 74 Setengah Manusia Setengah Demit

    Mbah Jalak kemudian menyambung cerita Rahu. "Nah itu dia, Pembayun kutemukan di Pasar Dieng, tapi adiknya Retno Palupi keburu diambil Yu Jamu. Sebenarnya Pembayun juga mau diambil Yu Jamu tapi Pembayun berhasil melarikan diri dan bersembunyi di kandang kambing belakang rumahku. Mungkin karena Pembayun sudah berada di halaman rumahku sehingga Yu Jamu segan dan menghentikan pengejarannya." "Aku masih ingat, perempuan penyihir itu menawari kami makanan. Saat itu kami memang kelaparan, tapi aku takut menerima makanan dari orang yang tak kukenal. Apalagi wajahnya menyeramkan bagiku. Cuma Palupi bodoh itu saja yang mau menerimanya. Setelah makan makanan perempuan penyihir itu, Palupi bersedia mengikuti perempuan itu pulang. Dia bahkan lupa bahwa aku adalah saudaranya,"ungkap Pembayun. "Tapi bukankah Mbah Jalak dan Mbah Jamu tinggal di alam sebelah. Bagaimana mungkin kalian bisa memelihara anak manusia bahkan dengan mudahnya keluar masuk ke dunia manusia?"tanya Rangga. Mbah Jalak terk

    Huling Na-update : 2025-02-13

Pinakabagong kabanata

  • PENDEKAR LEMBAH HANTUĀ Ā Ā Bab 126 Sandera

    Malam itu Rangga tidak bisa tidur karena saat ini tubuhnya terasa meriang panas dingin silih berganti mengjampiri dirinya. Dia meraba kalung Batu Tujuh Cakra di lehernya, barulah dia ingat, sudah lama dia tidak merawat kalung itu dan menjemurnya di bawah sinar bulan untuk membersihkan energi buruk yang melekat. Daripada tidak bisa tidur lebih baik menunggu jemuran kalung, pikir Rangga.Dia bangun dari tidurnya lalu berjalan keluar. Tiba-tiba dia teringat dengan lempeng baja yang dibungkus dengan kulit kerbau. Saraswati menyimpan lempeng baja itu di sudut ruangan goa. Dia mengambil bungkusan lempeng tembaga lalu keluar goa, duduk di tepi api unggun. Ada tiga lempeng tembaga di dalam bungkusan. Diambilnya lempengan-lempengan tembaga itu lalu mulai membacanya. Rangga mulai mempelajari petunjuk yang ada di lempeng tembaga itu. Di lempeng pertama tertulis perintah bahwa latihan ilmu SangbHyang Tirta harus dilakukan di dekat air yang mengalir membasahi tubuh untuk mengambil energi dari

  • PENDEKAR LEMBAH HANTUĀ Ā Ā bab 125 Ruang Rahasia

    Semua orang terkejut, wajah dan tubuh orang yang baru datang itu tampak bengep seperti habis dipukuli. Ternyata orang itu adalah tetangga mereka juga yang sama-sama berjualan makanan di pasar. Jiwo tertegun melihat kondisi orang itu. Apa yang dikatakan Saloka benar adanya, aku punya khodam pendamping yang tidak hanya sebagai penunjuk jalan tetapi juga membantuku menyelesaikan urusanku, pikir Jiwo. Setelah itu, orang-orang mulai meminta Jiwo untuk memberikan pengobatan, mencari pusaka dan benda yang hilang bahkan meramal nasib. ****** Pagi itu, Rangga berenang di air terjun. Saat di dekat gerojokan air terjun, Rangga melihat ada sebuah lorong di belakang air terjun. Letaknya tersamarkan karena tertutup oleh tumbuh-tumbuhan di sekitar tebing air terjun. Penasaran dengan lorong itu, Rangga berenang lebih dekat lagi, lalu mulai meneliti area di belakang air terjun. Lorong itu cukup untuk dilalui satu orang. Rangga masuk ke dalam lorong dan penelusurannya berakhir di sebuah rua

  • PENDEKAR LEMBAH HANTUĀ Ā Ā bab 124 Mata Ke Tiga

    "Sebagai pengganti matamu yang telah kami ambil, aku akan menggantinya dengan penglihatan mata ketiga,"ujar Saloka."Maksudmu aku diberi mata baru? Lalu mata siapa yang akan kalian gunakan sebagai pengganti?"tanya Jiwo keheranan.Saloka hanya tersenyum mendengar pertanyaan Jiwo."Kamu akan memiliki penglihatan mata batin tanpa batas. Kamu bisa melihat apa yang seharusnya tak terlihat."Jiwo tertawa sinis"Kalau cuma kaya gitu sih, dukun-dukun bahkan anak kecil bisa melihat makhluk halus. Apa istimewanya mata ketigaku?"Wajah Saloka berubah, dia tampak tidak suka disepelekan ilmunya."Kamu betul-betul orang yang tidak tahu terimakasih. Pandangan mata ketiga yang kuberikan kepadamu bukanlah mata ketiga biasa seperti yang dimiliki dukun-dukun kelas teri itu. Banyak orang yang menginginkan ilmu itu. Mereka rela bertapa bertahun-tahun untuk mendapatkan penglihatan Mata Ketiga itu tapi tak satupun dari mereka yang mampu memperolehnya karena syaratnya memang berat.""Baiklah kalau memang il

  • PENDEKAR LEMBAH HANTUĀ Ā Ā Bab 123 Negosiasi

    Kulitnya terasa perih karena berjalan menembus semak berduri dan terkena goresan ranting. "Buug!" Jiwo menabrak batang pohon besar yang menghalangi jalannya. Kepalanya pusing, kedua rongga matanya terasa sakit, setelah itu dia pingsan. Saat itu Jiwo merasa tubuhnya menjadi seringan kapas melayang keluar dari tubuhnya sehingga dia dapat melihat dirinya yang sedang terbaring di lantai hutan. Heei... aku bisa melihat sekarang, tapi apa aku sudah mati?pikir Jiwo. Sebuah lorong yang diterangi cahaya tiba-tiba terbentang di depannya. Jiwo terkejut melihat lorong bercahaya itu tiba-tiba sudah berada di depannya. Apakah lorong ini menuju nirwana?batin Jiwo sambil melangkah lebih dekat lagi mendekati pintu lorong. Jiwo terus melangkahkan kaki memasuki lorong, namun baru beberapa langkah masuk lorong, tiba-tiba saja tubuhnya ditarik oleh sebuah kekuatan besar, tersedot masuk lebih dalam ke dalam lorong dengan kecepatan tinggi. Jiwo berusaha keluar dari lorong tapi tak bisa. T

  • PENDEKAR LEMBAH HANTUĀ Ā Ā Bab 122 Waru Doyong

    "Kami adalah penghuni tempat ini! Dan sekarang kamu tidur di atas istana Raja kami!""Istana apaan, aku tidur di atas batu kali,"jawab Jiwo setengah mengantuk.Namun orang-orang itu tampaknya tak mau peduli, mereka terus membangunkan Jiwo. Ada yang menggelitiki pinggangnya, menarik kupingnya atau menjambak rambutnya. Jiwo yang sudah kecapekan tak juga bangun walaupun tidurnya diganggu.Akhirnya karena Jiwo tak juga pindah tempat, makhluk-makhluk itu memindahkan Jiwo ke atas pohon Waru. Jiwo yang masih tak sadar dirinya berpindah tempat, dengan santainya berguling membalikan badan."Buug!"Badan jiwo jatuh dari atas pohon. Pemuda itu kesakitan dan memaki"Aduuh...sialan aku dipindah. Siapa yang mindah aku?!"Akhirnya Jiwopun menyerah, sambil memegangi kepalanya yang sedikit pusing gara-gara jatuh dari pohon, Jiwo duduk di bawah pohon. Rasa kantuknya sudah menghilang sama sekali. Tapi Jiwo masih bersyukur, pohonnya tidak tinggi sehingga tidak membahayakan dirinya. Udara yang dingin m

  • PENDEKAR LEMBAH HANTUĀ Ā Ā Bab 121 Perjalanan Rangga, Dhesta dan Jiwo

    Namun Dhesta tak mengindahkan perintah bapaknya. Dia mengambil Kapak Setan lalu berlari menyongsong lawan dan menghalau pasukan clurit dari Sekte Bulan Sabit Emas suruhan Hasta. Kapak Dhesta berkelebat membabat para penyerang. Jumlah mereka tidak terlalu banyak namun mereka semua memiliki tingkatan ilmu silat di atas rata-rata sehingga membuat mereka kewalahan menghadapinya. "Anak bodoh, kamu pulang ke Lawu saja, apa kamu tidak memikirkan keselamatan Amrita?" Dhesta tertegun, karena sibuk menghadapi musuh, dia melupakan Amrita. "Amrita!"Dhesta langsung berlari mencari Amrita di dalam rumah. Di sana dia melihat Amrita sudah diseret keluar dari tempat persembunyiannya oleh dua laki-laki berambut panjang terurai dengan ikat kepala Bulan Sabit Emas. Masing-masing membawa senjata clurit. "Hei...jangan sentuh dia!" Dua pria bersenjata clurit menengok terkejut ketika melihat ada orang lain di situ. Keduanya menghunus clurit lalu langsung menyerang Dhesta. "Hiyaaa." Di dalam rumah

  • PENDEKAR LEMBAH HANTUĀ Ā Ā Bab 120 Prawara dan Pawana

    Nyi Blorong mengejar, berusaha menangkap Saraswati. Gadis itu mencoba melawan, dengan ilmu Sang Hyang Tirta dia menyapu tubuh Nyi Blorong dengan air laut. "Whuuur!" Nyi Blorong hanya mengangkat tangannya, air laut berbalik menghantam Saraswati membuat gadis itu terkejut saat menyadari air laut berbalik mengantam dirinya. Dia berusaha menghindar tapi air laut seolah berada dalam kendali Nyi Blorong. Air laut itu seperti selendang air yang mengejar Saraswati. Kemanapun dia menghindar selendang air laut akan selalu mengejarnya. "Ha ha ha kamu bocah kemarin sore mau melawanku dengan ilmu Sang Hyang Tirta? Akulah si pengendali air yang sejati. Kamu tidak akan bisa melawanku!" Saraswati terus bergerak menghindar, walaupun dia memiliki stamina yang prima, tapi terus-terusan bergerak menghindar makin lama membuatnya semakin kelelahan. Sementara Rangga masih terus berusaha menghabisi pasukan manusia tanpa mata sehingga tak sempat memperhatikan Saraswati. Hingga suatu saat selendang

  • PENDEKAR LEMBAH HANTUĀ Ā Ā Bab 119 Manusia tanpa mata

    Rangga menoleh ke arah yang ditunjuk Saraswati. Entah darimana datangnya, ada seorang laki-laki berjalan ke arah mereka dari arah pantai. Berdebar Rangga saat melihat cara jalan orang itu. Orang itu terlihat berjalan biasa. Namun ketika kakinya melangkah, hanya dalam beberapa detik saja orang itu sudah mendekat ke arah mereka. "Saras, kita kembali ke goa, dia bukan orang. Aku tak mau berurusan dengan makhluk-makhluk di sini,"Rangga menarik tangan Saraswati mengajaknya pergi. Tapi Saraswati melepaskan tangannya dari genggaman Rangga. "Dia orang, lihat...kakinya menapak di tanah, penampilannya biasa saja seperti kita. Kalau kamu mau masuk goa, masuk saja sendiri,"Saraswati masih ngotot bertahan. Rangga mulai kesal dengan sikap keras kepala Saraswati. "Ayo kita pergi sebelum dia sampai kemari? Apa kamu tidak curiga dengan cara berjalannya?Lihat dia kelihatannya berjalan biasa, tapi hanya dalam satu langkah saja dia sudah menjangkau.jarak yang cukup jauh!" Saraswati mulai menga

  • PENDEKAR LEMBAH HANTUĀ Ā Ā Bab 118 Dunia di ujung goa

    Saraswati tersadar dengan gugup dia berkata "Oh ya tentu saja, bapakku seorang pertapa. Dia sering bertapa di gunung-gunung di pulau Jawa ini. Pastinya dia pernah di sini, simbol makara adalah simbol dari keluarga kami." "Lalu apa maksud bapakmu meletakan patung makara itu di sini? Seharusnya patung ini diletakan di tempat yang mudah terlihat. Bukan di tempat tersembunyi di antara celah bebatuan goa. Sepertinya dia tak ingin tempat ini ditemukan orang,"tulas Rangga. Saraswati terdiam mengingat-ingat sesuatu laku berkata lagi. "Bapakku pernah bercerita tentang jalur menuju Laut Selatan melalui sebuah lorong yang terletak di wilayah Pajang. Mungkinkah lorong ini akan membawa kita langsung menuju Laut Selatan?" Rangga teringat pengalamannya saat membebaskan keluarga Prawara dari perjanjian pesugihan dengan Nyi Blorong. Saat itu dia bisa langsung menuju Laut Selatan dari halaman belakang rumah keluarga Prawara. "Ah, tidak aku tidak mau ke sana lagi. Malas aku bertemu dengan par

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status