Tubuh Boganata dilemparkan ke luar panggung, supaya ada orang yang menyelamatkan dirinya. Beruntung Adyaksa berhasil menangkap Boganata yang sudah tak sadarkan diri.
Adyaksa berhasil menotok saluran darahnya agar tidak terus mengalir sehingga nyawanya bisa diselamatkan. Meskipun Boganata masih membutuhkan pertolongan agar lukanya tidak bertambah parah. Walaupun tangannya yang putus, jelas tak bisa disambung lagi.
Ki Wiranata langsung mengangkat anaknya ke ruang perawatan tanpa peduli apa pun lagi. Tidak peduli jika Partai Bukit Merah dipermalukan oleh muridnya sendiri.
"Tangkap ini, hentikan pemuda itu!" seru Adyaksa sambil melemparkan pedang milik Angga yang disimpan di ruang senjata.
Angga langsung menangkap pedang tersebut, bersiap menghadapi lawannya yang sudah dikuasai amarah. Tanpa mencabut pedang tersebut dari warangkanya.
"Pedang Tanpa Bayangan, kenapa kau bisa memilikinya?" tanya Toh Raja sambil mendengus. Lelaki it
“Apakah Raden Danu Koswara memiliki dendam yang sama seperti Toh Raja?” tanya Angga dalam hatinya. Apalagi ketika melihat bagan pertandingan jika lawan berikutnya yang dihadapi Putra Juragan Koswara itu adalah dirinya.Pertarungan lain ada juga yang berhasil lolos meskipun mulai dari awal babak pertama. Mereka adalah Suma Braja yang kalah oleh Angga dan Walang Sangga yang kalah oleh Prana Sinta.Ada juga dua orang lain yang lolos, yaitu anggota lain dari Partai Telaga Emas yaitu Turangga Wesi. Juga ada seorang pendekar dari Kerajaan paling jauh yaitu Mahaka bernama Jantra Peking.Pertarungan berikutnya adalah babak ketiga, dimana delapan orang sudah menunggu. Namun aturan sedikit modifikasi dibandingkan dengan Sayembara berikutnya.Nantinya enam belas orang akan dibagi menjadi empat kelompok kecil. Dimana nantinya orang terakhir yang tersisa akan maju ke babak semifinal.Pembagian berdasarkan bagan dimana setiap kelo
"Saka Wulan dan Saka Surya itu temanku kecil di Srimanganti," jawab Angga sambil garuk-garuk kepala lagi. Jika terus dia lakukan, sebentar lagi pasti rambutnya akan rontok."Apa kalian sedekat itu sampai bermesraan?" tanya Tuan Putri lagi."Hal itu karena kami sangat akrab seperti adik sendiri. Lagipula mereka murid Paman Jati Luhur, tak mungkin membocorkan rahasia," ucap Angga dengan perasaan tak berdosa."Apa katamu tadi? Jati Luhur punya murid?" ucap Tuan Putri tersentak tak percaya. "Itu sungguh tidak masuk akal,""Paman Jati Luhur juga guruku. Namun karena saling menyamar jadi sama-sama tidak tahu," ucap Sena menunjukan giginya yang kuning."Jadi kalian semua membohongiku?" ucap Tuan Putri tampak kesal."Tentu tidak, bukankah dirimu yang menyuruh menyamar. Berarti Tuan Putri yang membohongi Paman Jati Luhur.""Jadi maksudmu aku berbohong begitu?"Angga hanya mengangguk tanda mengiyakan."Apa yang a
Jika ketahuan oleh Jati Luhur, maka dia akan pasti akan digantung secara terbalik. Hal itu pernah dia alami ketika masih di Srimanganti karena berduaan dengan gadis yang kini di kamarnya itu."Aku tahu palingan dirimu yang digantung," ucap perempuan itu tidak tampak bersalah."Lebih dari itu, jika aku ketahuan bersamamu. Maka kau akan digantung oleh Tuan Putri. Juga aku akan dihukum pancung akibat ketahuan bahwa aku Angga Saksana," ucap Angga."Terus harus bagaimana?" ucap perempuan itu mulai khawatir jika Angga sedang menyamar."Nanti malam kau harus segera pergi dari sini!""Baiklah, tetapi sekarang temani aku temani kamu dulu," ucap perempuan itu tanpa merasa berdosa."Terserah dirimu saja," ucap Angga tampak kesal. Pemuda itu tahu persis bagaimana si perempuan, bebal tidak bisa diajak kompromi.Keduanya pada akhirnya tidur di dipan berduaan, jelas membuat semua orang pasti berfikir yang tidak-tida
Mendengar ucapan dari Ketua Partai Telaga Emas, Adyaksa diam sesaat. Dia percaya jika Angga Saksana tidak mungkin melakukan hal tersebut.Justru orang dalam di Paladu yang kini berpotensi berkhianat seperti dilakukan para perwira."Bukan, tetapi lelaki perwakilan dari Partai Pesisir Putih dan Partai Gunung Kelabu. Keduanya tidak pernah terdengar dalam keanggotaan dua partai tersebut," ucap Adyaksa.Keduanya seperti sengaja menyamar menjadi anggota kedua partai untuk menyusup ke Paladu. Kekuatan mereka juga perlu diwaspadai mengingat mereka bukan orang sembarangan."Ini tidak masuk akal, apa motif sebenarnya?" keluh Sang Ketua Partai sambil meremas tangan."Baiklah, kau tetap selidiki mereka sekaligus waspada. Siapa tahu jika orang yang membunuh Turangga Wesi salah satu dari mereka,""Baik, Ketua!" seru Adyaksa sambil pamit meninggalkan penginapan peserta Sayembara.***Sayembara babak keempat akan segera dim
"Apa kau menyerah saja dengan melompat dari panggung?" tanya orang yang berhasil unggul atas lawannya."Itu tidak akan terjadi, aku adalah pendekar terbaik dari Paladu. Tidak akan kalah dengan semudah itu," ucap Perwira Bayu Buwana yang tampak berusaha berdiri.Meskipun kedua tangannya sulit digerakkan, namun rasa angkuh pada dirinya membuat dia masih kuat berdiri. Padahal dia sudah kesakitan saat memegang pedang yang seakan tak bisa berjalan dengan keinginannya"Lebih baik pertarungan dilanjutkan tanpa pedang, bagaimana?" tanya Saka Wulan. Sebuah kepedulian namun lebih terlihat menyepelekan dari sudut lawannya."Jangan menyepelekan diriku, aku tidak akan kalah!" ucap Perwira Bayu Buwana menyerang Saka Wulan membabi buta tanpa senjata.Perwira Bayu Buwana menyerbu dengan ilmu kedigdayaan yang dimilikinya. Mulai dari pukulan, guntingan hingga tendangan coba untuk dikeluarkan.Namun hasilnya nihil, dia seperti menyerbu
Suara benda patah itu adalah pedang milik Saka Wulan yang terpotong menjadi tiga bagian. Padahal pedang tersebut hanya menerima sebuah tinju dari Pangeran Mahesa."Ilmu macam apa yang dimiliki oleh Pangeran itu?" keluh Saka Wulan dalam hati.Namun dia tidak waspada ketika serangan lain muncul dari Sang Pangeran. Sebuah pukulan bayangan menerjang gadis mungil berkulit sawo matang tersebut.BUKK!Saka Wulan terhempas jauh keluar dari panggung akan dipastikan jika dia akan kalah. Saka Surya Sang kakak tak sempat menolong adiknya yang terlempar jauh dari tempatnya duduk.Beruntung ketika Saka Wulan akan terhempas ke bangku penonton, ada seseorang yang berhasil menangkap dirinya.Orang tersebut tak lain adalah Angga yang entah kenapa sudah berada di tempat tersebut. Padahal sebelumnya dia duduk di bangku peserta yang jaraknya cukup jauh."Saka Wulan sudah keluar dari panggung, pemenangnya adalah Pangeran Mahesa
TRANG!Nawangsih tampak terkejut ketika pedang sampai ke punggung Kala Pitung. Pedang tersebut seperti menebas besi hingga mengeluarkan suara besi beradu."Apa dengan cara licik seperti itu, kau dapat menang denganku?" tanya Kala Pitung yang sudah berbalik ke arah Nawangsih.Kaget dengan apa yang terjadi, Pendekar Lebah Madu itu hilang fokus. Ketika pukulan bayangan bertubi-tubi yang kembali dilayangkan oleh Kala Pitung membuat wanita itu terhempas cukup jauh.BRUKK!.Nawangsih terluka parah ketika tubuhnya menghantam kursi penonton hingga jebol. Namun sepertinya dia tidak kuat menahan serangan hingga terluka dalam. Beruntung lukanya tak separah Suma Braja yang pukulan yang dilancarkan lebih cepat.Sepertinya Kala Pitung memang berniat untuk membunuh anggota Partai Telaga Emas itu. Membuat para penonton seakan tidak percaya jika orang bernama Kala Pitung sangat berbahaya."Bagaimana mungkin orang berbahaya sepert
Semua menyaksikan bagaimana panggung roboh akibat dua serangan saling beradu.Suatu ajian tersebut beradu kencang seperti gunung api meletus membuat panggung porak poranda.'Pukulan Gunung Meletus' milik Saka Surya beradu dengan Pukulan Tak dikenal. Namun pukulan Kala Pitung mirip dengan 'Pukulan Topan Menggusur Gunung' yang hilang puluhan tahun lalu.Kondisi di panggung di luar dugaan, semua tampak tertegun dengan apa yang terjadi. Bingung apa yang harus diputuskan, siapa pemenang sebenarnya.Saka Surya masih berada di dalam kawasan panggung, namun ada di tanah. Hal itu karena panggung ambruk akibat serangan luar biasa dahsyat tersebut.Sedangkan Kala Pitung juga dengan kondisi yang sama, namun masih menginjak papan. Sehingga terlihat masih di atas panggung, meskipun sudah roboh ke bawah."Bagaimana ini, Gusti Prabu?" tanya Senopati Darmayaksa. "Entahlah hal seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya!""Apa kit