Kabut masih menggantung di reruntuhan, meski matahari telah naik tinggi. Udara tak sepenuhnya kembali seperti semula—ia menyimpan gema dari sesuatu yang tak kasat mata, seakan reruntuhan itu kini menjadi tempat yang dilihat oleh mata di luar dunia.Wang Xuan berdiri di tengah kehampaan yang tenang, tapi perasaan dalam dirinya… tak lagi utuh. Sejak kejadian tadi, ia tidak merasa menang. Ia tidak merasa kuat. Ia justru merasa seperti pintu terbuka yang tak bisa ditutup.Di hadapannya, Yu Ruyan masih berdiri, diam, tapi matanya menyimpan badai.---🌬️ Pilihan yang Tak Pernah Ia Inginkan> “Apa yang kulihat barusan…” bisik Yu Ruyan, suaranya sedikit gemetar, “...itu bukan kekuatan dari dunia ini. Dan kau… jadi perantaranya.”Wang Xuan tak menjawab. Tak menyangkal. Ia hanya menatap.Yu Ruyan menarik napas panjang. Ia memandangi reruntuhan yang setengah hancur, lalu menunduk.> “Kau tahu, selama ini aku percaya pada satu hal: bahwa tatanan langit tidak sempurna… tapi tetap harus dijaga.”>
Langit siang tampak seperti biasa. Biru. Terang. Tenang.Namun bagi mereka yang peka terhadap resonansi Dao, hari ini langit terasa… menatap kembali.Di lereng Pegunungan Langit Terkoyak, udara berubah padat. Tidak karena tekanan spiritual dari seorang ahli, melainkan karena sesuatu yang lebih tua dari hukum itu sendiri mulai merayap melalui celah yang terbuka.Di dalam reruntuhan, dua sosok berdiri saling menatap.Wang Xuan berdiri dengan napas teratur, seolah tidak ada yang mengejutkannya. Sementara Yu Ruyan, masih memegang pedang pendek di sisi pinggangnya, menahan diri untuk tidak menarik napas terlalu cepat.> “Qi Kehampaan dalam tubuhmu... bukan hanya tak teratur,” ucap Yu Ruyan pelan, “tapi seperti memiliki kehendaknya sendiri.”> “Kau benar,” Wang Xuan menjawab lirih. “Dan kehendak itu... bukan milikku.”---💨 Di Balik Bayangan – Pemburu BergerakTak jauh dari tempat mereka berdiri, Hei Yu, pemimpin Satuan Bayangan Tak Bernama, mengangkat tangannya. Dari lengan jubahnya, munc
Kabut pagi belum sepenuhnya terangkat dari tanah ketika Yu Ruyan tiba di tepi barat Pegunungan Langit Terkoyak. Ranting-ranting pohon tua bergoyang perlahan, menimbulkan suara gesekan halus, seakan mereka sedang membisikkan sesuatu—mungkin peringatan, atau mungkin sekadar keluhan usia.Di tangannya, sebuah lempeng giok kecil bergetar dengan ritme yang tidak stabil. Artefak itu dulunya digunakan oleh para Penjaga Dao untuk melacak fluktuasi Qi langit, namun pagi ini, lempeng itu berdenyut seakan ketakutan.> “Energinya... tidak berasal dari Qi alam,” gumamnya, menurunkan tubuh dan menyentuh tanah.Ia memejamkan mata. Napasnya ditahan. Kesadarannya diselaraskan dengan aliran Qi di sekelilingnya.Dalam satu kedipan kesadaran, ia melihat:Batu yang hancur tanpa sebab.Udara yang bergelombang meski tidak berangin.Dan jejak samar energi... yang tidak bisa diserap oleh dunia.> “Qi Kehampaan?” bisiknya nyaris tak terdengar. “Tapi... bukankah itu hanya mitos dari kitab-kitab terlarang?”---
---Langit belum sepenuhnya cerah ketika Wang Xuan mulai berjalan perlahan menyusuri lembah bawah gunung. Kabut tipis masih menggantung, menutupi akar-akar pohon dan batu-batu besar yang ditutupi lumut. Angin pagi belum membawa suara burung seperti biasanya. Seolah-olah seluruh alam tahu bahwa sesuatu yang tak seharusnya hidup… kini berjalan di antara mereka.Langkah Wang Xuan tidak tergesa. Tubuhnya masih lemah, dan meski luka-lukanya mulai sembuh secara perlahan karena Qi asing di dalam tubuhnya, ia tahu dirinya belum sepenuhnya pulih.Tapi ada yang berbeda kali ini.Setiap kali kakinya menginjak tanah, dia bisa merasakan… denyut dunia. Tanpa perlu konsentrasi penuh, ia bisa merasakan pergerakan Qi di bawah tanah, aliran udara di atas dedaunan, bahkan detak jantung kelinci liar di balik semak.> “Ini... bukan hasil latihan,” pikirnya. “Tapi semacam... resonansi?”Qi Kehampaan dalam dirinya belum stabil, namun kekacauan itulah yang membuat indranya semakin tajam. Bukan karena ia meng
Langit pagi di wilayah barat Kekaisaran Langit Selatan tampak jernih dan tenang, tetapi bagi mereka yang telah belajar membaca denyut Qi dunia, ada sesuatu yang aneh sejak malam tadi. Seperti gelombang halus yang nyaris tak terlihat, retakan takdir telah muncul… lalu menghilang sebelum sempat dikenali.Di atas tebing tinggi yang membelah lembah-lembah selatan, berdirilah Menara Sumpah Surgawi, pusat pengamatan langit dan kedalaman Dao milik Sekte Angin Bening. Tempat itu tak tersentuh oleh keramaian dunia, namun justru dari sanalah berita tentang perubahan langit pertama kali muncul.Di dalam paviliun batu putih, seorang gadis duduk bersila di antara tumpukan gulungan kitab kuno. Yu Ruyan, murid pribadi dari Penjaga Dao Ketiga, menatap kosong pada langit biru yang terhampar tanpa cela. Di balik ketenangan wajahnya, pikirannya sedang menari dalam badai.> “Tiga gangguan Dao. Muncul bersamaan… lalu menghilang.”Ia membuka sebuah gulungan tua dengan segel merah darah. Judulnya: Pecahan Q
Angin malam berdesir pelan melewati jurang Pegunungan Langit Terkoyak, namun ada yang berbeda kali ini. Udara yang sebelumnya dingin dan lembab kini mengandung sesuatu yang membuat kulit para binatang buas merinding. Seolah ada irama tak terdengar yang mengalir dalam setiap desiran udara, memanggil... tapi bukan memanggil kepada siapa pun yang hidup.Di dasar tebing itu, Wang Xuan duduk bersila dengan pakaian robek, tubuh berlumuran darah, dan luka yang belum sepenuhnya sembuh. Tapi matanya... satu mata berwarna hitam biasa, dan satu lagi merah menyala dengan spiral yang berputar pelan, menatap kosong ke dalam kegelapan di hadapannya.Dia tidak bergerak.Tidak karena dia takut.Tapi karena tubuhnya—jiwanya—masih berusaha memahami sesuatu yang baru saja dibangkitkan dari dalam dirinya.Wang Xuan menghirup udara dalam-dalam. Setiap tarikan napas membawa masuk energi aneh yang tidak kasat mata, tapi bisa ia rasakan: dingin, tajam, dan tidak stabil. Energi ini bukan Qi biasa—bukan energi