‘’Mas, dan adek kayaknya lebih cocok, Ma! Iya, kan dek?’’ Mama Wulan tertawa gelih ketika mendengar Amar mengatakan itu dengan sangat kaku, paggilan itu terasa tidak terlalu pantas diucapkan oleh Amar yang memiliki suara berat.
Amar melanjutkan tangannya untuk memasukkan pizza ke dalam mulut istrinya. Kali ini, Sara membiarkan suaminya untuk menyuapinya. Dalam hitungan detik, gigitan pizza berhasil mencuci mulutnya.
‘’Rasanya bener-bener enak, Mas!’’ seru Sara pada Amar. Ia sudah dimabukkan dengan cita rasa pizza itu. Ini adalah pertama kalinya Sara memakan pizza, karena biasanya ia hanya bisa melihatnya dari iklan televisi.
Potongan daging sapi, dan sosis, yang dipadukan dengan saus mozzarella membuat cit
‘’Ma, Apa kau tidak berniat mengajakku? Apa posisiku sudah tergantikan oleh menantu mama, sekarang?’’ tutur Amar dengan wajah muram. Ia sedikit cemburu karena mamanya seperti sengaja meninggalkannya, terlebih lagi barang belanjaan yang ia pegang cukup menguras keringat.Wulan tertawa terpingkal, ia tidak pernah melihat wajah anak laki-lakinya cemberut seperti seorang wanita. ‘’Amar, apa kamu pantas cemburu dengan istrimu sendiri? Begitu kah? Lebih baik sekarang kamu bawakan semua barang belanjaan mama, ke kasir depan.’’Amar mengerutkan keningnya, ia tidak menyangka bahwa mamanya lebih menyayangi menantunya itu, dari pada anaknya sendiri. Namun Amar juga senang, karena kehadiran Sara di dalam hidupnya, juga membawa kebahagiaan tersendiri untuk mamanya. Dul
‘’Kau kenapa?’’ Amar melihat Sara yang sedang termenung di atas ayunan taman belakang miliknya. Taman itu berukuran 6m2x6m2. Cukup berfungsi jika dipakai untuk menenangkan jiwa, atau sekedar melepas penat. ‘’Dulu, aku mengenalmu sebagai seseorang yang sangat dingin. Bahkan begitu angkuh. Namun setelah kita sering bertemu, kau bilang menyukaiku. Dan sekarang ketika aku sudah menjadi istrimu, kau begitu baik, dan memperlakukanku dengan lembut ….’’ Sara tidak melanjutkan perkataannya, ia masih mengambil napas di tengah-tengah pembicaraannya. ‘’Lalu? Kau berpikir bahwa sikapku palsu?’’Amar memperhatikan wajah sayu
‘’Iya, Ma! Sara sendiri yang ingin tau soal, Michi.’’ Kondisi tiba-tiba menjadi hening. Sebagai seorang menantu, ia cukup tahu diri. Sara tidak ingin membahas soal Michi kepada mama mertuanya itu. Sara sudah mempersiapkan hatinya untuk bertemu dengan Michi. Jikalau pun nanti Amar lebih memilih Michi, Sara tidak akan marah. Karena bagaimana pun jua, Michi sudah menjadi ibu dari anak-anaknya. Dan yang pasti, harus ada yang dipilih antara Michi, dan Sara. Sang supir menancap pedal gasnya dengan kecepatan normal. Kali ini ia sedang membawa keluarga besar bosnya. Maka dari itu, ia harus lebih berhati-hati dalam mengemudi.Di dalam mobil, Amar han
‘’Semua fasilitas yang saya berikan, apa masih kurang?’’ tanya Amar dengan nada tinggi. Selama ini ia selalu mencukupi kebutuhan Sara, bahkan lebih dari sekedar cukup. Namun kali ini, ia harus mendengar dari mulut Sara sendiri, kalau ia ingin seperti wanita di luar sana. Berkarir, dan menikmati prosesnya sebagai wanita karir. Dulu, ia tidak menyukai dengan kebebasan. Namun kali ini dirinya mempunyai alasan tersendiri untuk bebas menghirup udara segar di luar. Bahkan rumah seluas 2200 meter, tidak bisa membuat hatinya merasa cukup. ‘’Mas, semua yang kamu berikan sangatlah cukup. Bahkan, lebih. Kamu suamiku, namun kita jarang bertemu. Semenjak kita menikah, kamu hanya mengasihku waktu tiga hari untuk bisa meras
‘’Kau sudah bangun?’’ tanya Amar yang sedang melihat istrinya baru keluar dari dalam kamarnya. Sara tidak menjawab. Ia langsung mencuci muka, lalu mempersiapkan beberapa berkas yang ia perlukan untuk hari ini. Amar yang sedari tadi berdiri di depannya, ia sama sekali menganggap seperti sebuah patung. ‘’Makanlah sebelum berangkat! Jangan sampai kamu pingsan, lalu merepotkan banyak orang.’’Sara melihat ke arah Amar. Ia sedikit kaget karena suaminya seperti sedang mendukung rencananya itu. Namun ia tidak berani menyimpulkan, karena selama ini ia tidak akan mudah membaca pikiran suaminya. ‘’Apa kau mengijinka
Sara menaruh katalognya di atas meja sebelah tempat tidurnya. Meskipun kondisinya saat ini sedang lelah, dan tidak bernafsu. Ia harus tetap memberikan hak suaminya.Amar kembali tersenyum, lalu melangkahkan kakinya ke depan lemari kaca. Mengambil sepasang baju tidur, lalu memakainya. ‘Menyebalkan’ Sara terus menggerutu, jika laki-laki itu bukan suaminya, ia pasti sudah mengumpat habis-habisan. Hal seperti itu saja berani ia permainkan. ‘’Tidurlah. Kita lakukan besok, kau sangat capek hari ini!’’ suruh Amar kepada istrinya. Ia terlihat sangat perhatian dengan Sara. Sara hanya diam, sembari meregangkan otot kaku di seluruh
‘’Bangunlah, kita sudah sampai.’’ Amar mengusap rambut Sara seraya membangunkannya. Mata Sara juga terlihat lebih segar dari sebelumnya. ‘’Yogyakarta?’’ Mata Sara merasa tertampar saat dirinya tahu bahwa ia sedang berada di Kota Yogya. Amar segera membawa istrinya untuk turun dari mobil, lalu terlihat dua orang petugas vila yang sedang menunggu kedatangan mereka di luar mobil. Dua orang tersebut membawakan koper Amar, lalu mengantarnya ke salah satu vila yang akan mereka tempati.Amar memesan Villa Family Private Pool yang dikelilingi beberapa taman asri di Kota Yogya. Seperti namanya, vila ini didesain khusus untuk orang yang mau quality time bersama keluarganya. Amar memilih v
Sara terus memejamkan mata untuk merasakan kejantanan suaminya. Rasanya Sara tidak dapat lagi menahan tangannya sendiri untuk tidak bergerak. Dengan bantuan sepasang bola matanya, ia mulai meraba leher Amar yang ditumbuhi bulu-bulu halus. ‘’Cepat Sayang …,’’ ucap Sara sambil mencengkeram erat punggung Amar dengan sepuluh jemarinya. Sara semakin mengerang, lidahnya bertingkah liar, mengecup, dan saling bertukar saliva dengan suaminya itu. Suara kecup dan hentakan saling beradu di dalam ruangan bertirai putih itu.Amar semakin mempercepat gerakannya. Memaju mundurkan pinggulnya agar segera sampai dengan tujuan akhir. Dirinya juga bisa merasakan bahwa senjatanya itu akan segera meledakkan cairan kental yang ma