Share

5. Amarah Mas Abi (Bagian B)

Author: Aksara Ocean
last update Huling Na-update: 2022-06-17 03:39:39

5. Amarah Mas Abi (Bagian B)

“Lalu aku pernah menyusahkan? Begitu maksud, Mbak?” sambarku dengan cepat.

Nafasku kembali menderu, emosi tadi yangs mepat reda kembali memuncak. Apa maksud kata-katanya? Kapan aku menyusahkan orang lain?

“Kamu menyusahkan Abi!” ujarnya menudingku. “Kamu juga menyusahkan Ibu, An!” katanya lagi.

“Hah?” Aku melongo, luar biasa bingung dengan kata-katanya. “Aku menyusahkan Mas Abi dan juga Ibu? Kapan, Mbak? Aku masih bisa pipis sendiri, masih bisa buang air sendiri, masih bisa makan sendiri, berjalan dan bahkan berlari aku juga masih bisa. Di bagian mana aku menyusahkan?” tanyaku mengejek.

Mas Abi tergelak kecil, dan menepuk puncak kepalaku dengan lembut. Raut tegang yang dari tadi menggelayuti wajah tampannya sudah menghilang, terganti dengan raut geli yang menularkan tawa padaku.

“Mbak, aku ini dari segi mana kalian anggap menyusahkan?” tanyaku mencoba bersikap terbuka.

“Kamu itu tidak bekerja! Hak itu membuat gaji Abi habis hanya untukmu, dan Ibu keberatan akan hal itu. Beliau mau mempunyai menantu yang bekerja, biar bisa bantu suami, dan memberi uang pada Ibu setiap bulannya!” Mbak Lisa menjelaskan dengan penuh semangat empat lima.

Ahhhhh, aku mengangguk mengerti. Ternyata ini tentang Ibu yang masih mendesakku agar bekerja, aku langsung menatap Mas Abi dengan tajam.

“Urus Mas, aku ini sudah habis akal menghadapi keluargamu!” ujarku dengan nada tinggi. 

“ANA!?” Mas Aji memekik marah.

Dia pasti tidak terima dengan kata kataku barusan, tetapi aku juga tidak takut dan menatap wajahnya menantang.

“Apa Mas? Biasa saja tidak usah berteriak-teriak, aku ini tidak tuli!” kataku dengan tegas.

“Mas, jangan berani membentak istriku!” ujar Mas Abi dengan nada marah. “Dia berada dibawah perlindunganku sebagai suaminya, dan kau sama sekali tidak ku izinkan menaikkan nada bicaramu pada istriku!” Lanjut lelaki yang berstatus sebagai istriku itu.

“Ana itu tidak menghabiskan uangku, dia istriku! Wajar jika aku memberikan seluruh uang padanya, dan membiarkan dia yang mengelolanya. Masalahnya apa?” tanya Mas Abi dengan nada heran. “Baik itu kalian, ataupun Ibu, tidak ada yang berhak menyuruh istriku untuk bekerja. Aku masih mampu memberi kehidupan yang layak untuknya!” Mas Abi menekankan ucapannya.

“Ya, kehidupan yang layak untuk istrimu. Tapi kau tidak mampu bersikap adil dan memberikan sebagian rezekimu untuk Ibu!” ujar Mbak Lisa menggurui. “Ingat, Bi. Surgamu masih berada pada Ibu!” Lanjutnya sambil menunjuk Mas Abi.

Aku menghela nafas, berbarengan dengan nafas panjang yang Mas Abi keluarkan. Aku yakin kalau suamiku itu pasti juga bingung menjelaskan pada saudaranya yang bebal ini.

"Aku juga tidak bisa masuk surga jika aku tidak memuliakan istriku, Mbak!" ujar mas Abi dengan gemas. "Lagipula, Ibu tidak kekurangan. Dia masih hidup dengan sangat layak dan bahkan berlebih!" Sambungnya emosi.

"Heh, Ibu dan Bapak hidup layak juga karena pemberian kami!" sahut Mas aji sinis.

"Kalau begitu suruh Ibu memberikan bagian tanahku, maka aku juga akan memberikan uang setiap bulannya sesuai dengan jumlah yang kau berikan, Mas!" ujar Mas Abi.

Tidak pernah aku lihat dia semarah ini, bahkan Mas Abi sama sekali tidak pernah mengungkit perkara bagiannya yang belum Bapak dan Ibu bagi, sementara untuk Mas Aji mereka sudah memberikan dari jauh-jauh hari.

"Aku bahkan tidak pernah mengungkit hal ini, aku selalu diam dengan perlakuan Bapak dan Ibu yang pilih kasih pada kita! Tapi tolong, jangan ganggu kehidupanku!" Mas Abi memekik di akhir kalimat.

"Pilih kasih? Kau menuduh orang tua kita pilih kasih?" tanya Mas Aji marah. "Memang tidak punya otak kau ini, Bi!" Lanjutnya menunjuk Mas Abi.

"Kalau bukan pilih kasih apa namanya, Mas? Tidak adil? Iya?" Mas Aji menantang. "Kau beli motor, aku memakai motor bekas! Kau dibangunkan rumah, aku tidak! Kau diberi lahan sawit, aku harus menunggu mereka meninggal! Bahkan perlakuan tidak adil itu, mengikuti istriku, Mas! Mbak Lisa dibelikan seluruh  perabotan mahal di rumah baru kalian, sedangkan istriku hanya diberi sofa bekas rusak yang kita duduki ini. Istrimu dibelikan perhiasan, istriku malah dihina tidak bisa menabung dan hanya tau berfoya-foya! Lalu? Di bagian mana aku bisa menyebut adanya keadilan? Hm?" ujar Mas Abi sambil menahan bulir bening yang hampir tumpah.

Aku langsung mengelus lengannya, meredakan amarahnya yang masih terasa. Nafasnya memburu dengan cepat, dan juga tidak beraturan.

Mas Aji dan Mbak Lisa diam, namun di wajah mereka sama sekali tidak terlihat adanya raut bersalah. Mereka sepertinya hanya takut dengan emosi Mas Abi yang memuncak, karena suamiku itu memang tidak pernah marah sama sekali.

"Aku bahkan tidak yakin kalau anakku nanti juga akan mendapatkan keadilan yang aku impikan, aku bahkan takut jika anakku nanti akan mengalami hal yang sama denganku. Selalu dibedakan dan dibandingkan dengan anak-anakmu!" Mas Abi berujar lirih.

Ya Allah! Kenapa sakit sekali?

~Aksara Ocean~

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (4)
goodnovel comment avatar
Iqbal Firdaus
mertua laknat......su.pah emosi gw
goodnovel comment avatar
IsOne Wan
yees bgs sekali
goodnovel comment avatar
Furotul Uliyah
emosi aQ baca cerita ini
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   532. Keadaan Lisa!

    532. Keadaan Lisa!"Ada apa, Dek?""Ibu ... bapak, Mas.""Ibu sama bapak kenapa, Dek?""Kita harus segera ke rumah sakit, Mas.""Memangnya kenapa, Dek? ngomong dulu sama Mas. Jangan buat Mas gak karuan.""Buruan Mas kita pergi ke rumah sakit.""Hei, tunggu, kalian mau ke mana? ibu dan bapak, maksudnya Sri dan Arman? kenapa mereka?" tanya Nuraini. Ana menggeleng, dia tak mau menjelaskan apapun pada Nuraini. Ana langsung menarik Abi keluar dan segera menaiki mobil mereka. "Ada apa, Dek, ngomong sama Mas?" tanya Abi saat di dalam mobil. "Ibu ... bapak ... kecelakaan, Mas.""Astagfirullah.""Bentar, aku bilang Bulek Romlah dulu buat jaga toko." Anna berjalan menuju tokonya. "Bulek tolong jaga toko dulu yah. Ana dan Mas Abi harus ke rumah sakit.""Kenapa kalian mendadak ke rumah sakit, ada apa, Na?""Ibu dan bapak kecelakaan, Bulek. Kami harus segera ke rumah sakit.""Innalilahi. Ya sudah hati-hati, Na. Kamu gak usah mikirin toko, biar Bulek yang jaga, insyallah aman dan amanah. Kalian

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   531. Kabar yang mengejutkan! (Bagian B)

    531. Kabar yang mengejutkan! (Bagian B)Abi menghempaskan kepalan tangannya di atas meja yang terbuat dari kayu jati, meja yang Ana beli sepaket dengan sofa yang tengah mereka duduki ini. Dia tidak pernah melihat Abi yang semarah ini, suaminya itu terlihat seperti orang lain di matanya. Tidak ada sosok Abi yang biasanya Ana lihat.“ABI! DURHAKA KAMU, YA!” Nuraini memekik heboh.Jelas jantungnya hampir melompat saat Abi menggebrak meja dengan kekuatan seperti tadi, dia menatap anak yang dia lahirkan itu dengan tatapan tajam. Namun, Abi malah balik menatapnya dengan tatapan yang tak kalah tajam.“Silahkan pergi dari sini, sebelum kesabaran saya habis!” kata Abi dengan suara yang bergetar.“Tidak! Kamu adalah anakku, dan wajar jika aku ada di rumahmu sekarang ini.” Nuraini berbicara dengan santai. “Apa uang -uang yang Bapak berikan belum cukup?” tanya Abi dengan kekehan kecil di ujung bibirnya. “Uang apa?” tanya Nuraini sok polos.“Bukannya Anda mengancam Bapak, akan mengungkapkan jati

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   530. Kabar yang mengejutkan! (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar Secara Elegan) 530. Kabar yang mengejutkan! (Bagian A) “A—apa?” Ana bahkan tidak bisa mencerna apa yang Abi katakan, Amran memberi uang kepada Nuraini? Kenapa? Apakah mereka kembali berhubungan? Apakah itu artinya Amran kembali berkhianat dengan orang yang sama, dan membuat Sri terluka? Demi Allah, Ana tidak akan rela jika hal itu benar terjadi. Dia tidak akan sanggup melihat awan mendung kembali menggelayuti wajah Sri, jika dulu dia Ana tidak ada di sana untuk menghentikan tragedi perselingkuhan itu, maka kali ini Ana tidak akan diam. Dia akan berusaha untuk membuat Amran dan juga Sri tetap bersama, tanpa ada orang ketiga, walaupun itu adalah Ibu kandung suaminya sendiri. “Kamu ngomong apa, Mas? Kamu tahu dari mana? Dan kenapa Bapak memberi uang pada Ibu Nuraini?” tanya Ana bertubi-tubi. “Aku tahu, sebab aku melihat sendiri Bapak yang memberikan uang itu. Kami ke sawah bersama, tetapi Bapak pergi tiba-tiba. Awalnya aku sama sekali tidak

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   529. Dusta atau Nyata? (Bagian C)

    529. Dusta atau Nyata? (Bagian C)Ana bisa melihat wajah Nuraini yang berubah pias, namun dia masih berpikir positif. Mungkin wanita paruh baya itu gugup karena ditanya Abi dengan nada tajam seperti itu, Ana mengamati Nuraini sama seperti Abi yang memaku pandangannya pada Ibu kandungnya itu."Aku dilarang oleh Amran dan juga Sri untuk menemuimu, mereka mengancamku dan juga menekanku agar aku tidak menunjukkan wajahku di depanmu!" kata Nuraini dengan lantang. "Mereka yang memisahkan kita, bukan aku yang tidak ingin menemuimu. Kau anakku, mana mungkin aku tega menelantarkan mu hingga berpuluh-puluh tahun lamanya!" kata Nuraini lagi.Ana langsung tertegun, dia tidak percaya jika kedua mertuanya melakukan hal tersebut. Mereka adalah orang yang baik, tidak mungkin mereka menghalangi seorang Ibu bertemu dengan anaknya.Lain Ana, lain pula dengan Abi. Lelaki itu hanya diam, dan juga tidak memberikan respon apapun. Dia hanya menaikkan sebelah alisnya, dengan tangan yang bersedekap di depan da

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   528. Dusta atau Nyata? (Bagian B)

    528. Dusta atau Nyata? (Bagian B)Rambut yang dicat merah, baju kaos ketat, dan celana jeans yang tak kalah ketat. Gila! Ibu kandung suaminya ini seperti anak remaja saja, padahal Ana yakin kalau umurnya pasti tidak jauh berbeda dengan Sri.Ana saja yang baru berusia dua puluh lima tahun, malu jika harus berpakaian seperti itu. Ah ... tidak, tidak. Aina yang masih berumur sembilan belas tahun pun, tidak pernah berpakaian seperti itu.Padahal adik bungsunya itu masih remaja, tahu mengenai fashion yangs edang trend, tetapi alhamdulillahnya Aina sangat menjaga tubuhnya dari pakaian yang terbuka dan selalu memakai jilbab yang bisa menjaga auratnya.Yah, semakin tua bumi ini, semakin banyak tingkah penghuninya. Huft! Ana mendesah kasar, ingin julid tapi Nuraini adalah Ibu kandung suaminya, dan itu artinya dia termasuk mertua Ana juga.Tetapi tidak mau julid pun Ana tidak mampu, serba salah jadinya.“Itu kan kata-kata kamu doang, aslinya mah saya nggak tahu apa yang ada di hati kamu! Bisa a

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   527. Dusta atau Nyata? (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)527. Dusta atau Nyata? (Bagian A)"Mas …." Ana mendesah, menggeleng pelan sambil menatap Abi dengan pandangan dalam.Wanita itu berharap kalau suaminya tidak akan bertindak gegabah, bukankah tidak boleh jika mengambil keputusan saat sedang emosi? Ana tidak mau, Abi menyesal pada akhirnya.Sedangkan Abi sendiri belum mengendurkan sedikitpun wajahnya yang tegang, dia jelas-jelas menunjukkan raut ketidaksukaannya dan juga raut keberatan akan kehadiran Nuraini di sini."Bukankah saya sudah bilang berkali-kali? Jangan datang dan mencoba untuk merusak kebahagiaan kami!" Suara Abi terdengar lantang. "Sampai kapanpun, ibu saya hanya ada satu dan itu tidak akan berubah!" lanjutnya lagi "Iya, ibumu hanya ada satu orang, dan itu adalah aku! Bukan wanita jahannam itu!" Nuraini menyahut tak kalah lantang. "Yang membawamu ke dunia ini adalah aku, bukan dia!" katanya lagi, sambil memelototi Abi.Abi mendengus, dan mengalihkan pandangannya ke a

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status