Share

Bab 8

Author: Lara Aksara
last update Last Updated: 2024-11-29 08:30:56

Katon meraih tangan Alice dan menggenggamnya erat. “Aku sedikit punya urusan di Indonesia. Adikku membutuhkan bantuan. Sepertinya aku harus meninggalkanmu untuk sementara waktu, Alice.”

Hati Alice mencelos. Katon akan meninggalkannya. Alice tertegun, matanya memandang nanar kepada sosok pria di depannya.

“K-kamu akan pergi?” tanyanya gugup. Mendadak Alice merasa kosong, ia berusaha mengalihkan pandangan ke tempat lain. Katon yang masih memegang tangan Alice, menangkap perubahan mood wanita di depannya. Katon meraih kepala Alice, ia menelisik rambut wanita itu dan menyelipkannya ke belakang telinga.

“Jangan khawatir, honey. Aku tidak pergi untuk selamanya. Segera setelah urusanku selesai, aku akan kembali. Saat ini, kurasa lebih baik jika dirimu tidak tinggal sendiri di apartemen.”

Selama Katon berusaha menenangkan Alice, Morgan membuang muka ke arah lain dan hanya sesekali menatap interaksi dua orang berbeda gender di depannya. Saat akhirnya ia memandangi Katon menghibur wanita itu. Jelas ia memberikan cibiran dengan gumaman tidak jelas dari mulutnya, daripada membuat suasana makin runyam, Morgan menyumpal mulutnya dengan kaleng bir di tangan dan menghabiskan isinya. 

“Di mana rumahmu, Choco Girl. Aku akan mengantarmu ke rumah. Tinggallah dengan keluargamu malam ini, jangan di apartemen sendirian, Manisku.”

“A-aku … bagaimana kalau di apartemenmu, Katon?” tanya Alice gugup.

“Sayangnya tidak bisa, Sweet Choco. Aku ada urusan dengan Morgan malam ini. Sebutkan alamat rumahmu, aku antar ke sana.”

Alice mendesah sedih. Ia berusaha memalingkan wajah tapi tangan Katon dengan cepat menangkap dagunya dan menahan di sana. Mau tidak mau tatapan Alice terpaku pada Katon.

“Kau masih menyimpan nomorku, bukan? Kamu, tinggallah selama beberapa hari di rumah keluargamu. Kirimkan nomor rekeningmu ke ponselku. Aku akan mengirimkan uang supaya kamu bisa hidup untuk beberapa minggu sembari mencari kerja. Jangan kembali ke Brooklyn, Choco girl. Carilah pekerjaan di sekitar rumah keluargamu. Selama aku di Indonesia, aku mungkin sulit dihubungi. Tapi aku akan mengabarimu kalau aku kembali,” kata Katon. Alice memaksa menarik kepalanya. Entah bagaimana ia sadar, Katon tidak ingin berlama-lama menjalin hubungan dengannya. Sudah saatnya semua berakhir. Alice bertekad tidak akan mengikuti permintaan Katon.

“Rumah keluargaku di Manhasset, NY dekat dengan ujung Manhasset Bay. Aku akan pulang sendiri, Katon,” katanya pelan. Katon melihat ke arah jam tangannya.

“Kurasa kita masih bisa mengejar keberangkatan Long Island Rail Road berikutnya. Bersiaplah, Baby Choco. Aku dan Morgan akan mengantarmu ke Atlantic Terminal,” sahut Katon cepat makin membuat Alice yakin bahwa pria ini memang berniat menyelesaikan urusan dengannya secepat mungkin. 

Alice berdiri dan kembali ke kamar tidurnya. Mengemasi barang yang paling penting untuknya pribadi dan memutuskan memang sebaiknya ia pulang kembali ke rumah keluarga untuk keamanannya. Toh, ia sudah tidak bisa kembali bekerja ke Brooklyn Blend. Alice membawa dua tas bepergian yang cukup besar. Melihat itu, sontak Katon dan Morgan berdiri dan membantu Alice. Mereka meninggalkan apartemen Alice dalam keadaan terkunci dan kali ini tujuannya ke stasiun kereta api bawah tanah paling dekat dengan tempat tinggal Alice, Atlantic Terminal.

Katon dan Morgan berjalan bersama Alice menuju Atlantic Terminal. Mereka membantu membawakan tas-tas bepergian milik Alice. Saat mereka tiba di stasiun, mereka berdiri di depan pintu masuk kereta bawah tanah. Katon memandang Alice dengan penuh perasaan. “Aku harap kamu akan merasa nyaman bersama keluargamu, Alice. Aku akan merindukanmu.” 

Alice tersenyum, tanpa bisa menyembunyikan wajahnya yang murung. “Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan keluargaku. Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja. Terima kasih sudah mengantarku sampai ke sini.”

Katon hanya menatap Alice sedangkan Morgan yang berdiri agak jauh, menganggukan kepala sambil mengedipkan satu mata untuk menghibur wanita itu. 

Terdengar suara pengumuman di stasiun bawah tanah.  

"Kereta bawah tanah tujuan Manhasset, NY akan tiba dalam beberapa saat."

Alice melihat ke arah kereta datang. Lampunya tampak menyorot dan akan segera memasuki area subway. “Kereta sudah datang. Aku harus pergi sekarang,” bisik Alice dan berusaha mengambil tas yang dibawa Katon. Pria itu menjatuhkan tas ke lantai subway dan memeluk Alice dengan lembut. Ia membiarkan Morgan yang menangani tas-tas Alice.

“Hati-hati di perjalanan, Alice. Jaga dirimu baik-baik dan beri kabar kalau sudah sampai,” bisik Katon. Ia melekatkan bibirnya di pipi wanita itu dan mencium dengan penuh perasaan. 

Alice mengangguk dalam pelukan Katon. “Aku akan melakukannya, Katon. Aku akan merindukanmu.” 

Mereka berdua saling melepaskan pelukan mereka, dan Alice berjalan menuju pintu kereta dengan diikuti Morgan yang membawa dua tas bepergiannya. Alice menerima tas-tas itu dari Morgan, dia berbalik sekali lagi sebelum masuk.

"Sampai jumpa, kalian berdua. Terima kasih atas semua yang telah kalian lakukan untukku.”

"Sampai jumpa, Alice. Jaga dirimu baik-baik.” Kali ini Morgan yang berbicara karena Katon hanya berdiri menatap ke arah Alice. Mereka berdua melambaikan tangan saat pintu kereta tertutup dan kereta melaju pergi. Dua pria itu menatap hingga kereta lenyap dari pandangan. 

"Ini pasti sulit bagimu, ya?” tanya Morgan satir. Katon mengendikkan bahu dan memutar tubuhnya kembali ke pintu keluar. Mereka kembali ke mobil Katon yang diparkir di pelataran luar. Saatnya kembali ke apartemen Katon yang nyaman di Manhattan.

“Bukankah jadwalmu ke Indonesia baru akhir bulan ini?” tanya Morgan ketika mereka sudah di dalam mobil yang melaju menuju pusat New York setelah mengantar Alice sampai dengan kereta tujuan Manhasset berangkat membawa wanita itu. Katon hanya mengangguk pada pertanyaan Morgan.

“Kau akan menghubunginya sekembalinya dari Indonesia?” tanya Morgan lagi karena Katon tidak menjawabnya untuk pertanyaan yang lain.

“Hm? Siapa yang mau kembali ke New York? Bukannya kita mau ke Everest, Morg?”

“Dasar lelaki brengsek!” hujat Morgan dan Katon mendengus tertawa mendengarnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 244

    Acara pertunangan malam itu berlangsung meriah, penuh kehangatan dan kemewahan. Alunan musik jazz yang dimainkan secara live mengiringi setiap percakapan dan tawa yang bergaung di sepanjang taman villa. Di tengah-tengah taman, Rosalind dan Morgan berdiri sebagai pusat perhatian. Mereka berdua tampak bahagia. Bersama menyambut tamu-tamu yang datang dari berbagai belahan dunia. Saling memperkenalkan anggota keluarga, dan sesekali berbagi canda bersama para tamu yang mendekati mereka. Sebuah panggung kecil dengan latar belakang laut dan langit yang berhiaskan bintang menambah kesan romantis malam itu. Di atas panggung, band jazz memainkan lagu-lagu klasik yang mengiringi tamu-tamu saat mereka berdansa di lantai dansa yang dibentuk dari marmer putih berkilau. Para pelayan dengan seragam hitam-putih elegan bergerak luwes membawa nampan-nampan berisi minuman anggur terbaik, koktail tropis, dan mocktail segar untuk dinikmati oleh tamu. Hidangan yang disajikan sangat bervariasi, mulai d

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 243

    Suasana berbeda tampak di sebuah villa megah di Riviera Maya yang berdiri anggun di atas tebing, langsung menghadap Laut Karibia. Dikelilingi oleh pohon-pohon palem tinggi dan taman tropis yang rimbun, villa bergaya arsitektur kolonial modern dengan dinding putih bertekstur, pilar-pilar marmer, dan balkon-balkon melengkung yang langsung menghadap pemandangan laut tak terbatas. Tambahan tampak mencolok dengan lampu-lampu pesta, untaian bunga dan hiasan khas sebuah pertunangan mewah, dilengkapi dengan karpet merah yang menyambut setiap tamu yang hadir. Katon, yang belakangan ini sibuk dengan tanggung jawabnya di New York, tidak ikut mengurus pesta pertunangan adik dan sahabatnya dan hanya hadir bersama Ratih sebagai tamu undangan. Ia baru saja turun dari limousine, mengancingkan jas sambil mengedarkan pandangan ke atas, tempat villa menjulang dengan indah, sesaat kemudian, ia ulurkan tangan ke arah limousine yang terbuka dan membimbing sang istri keluar dari sana. Bersama, dalam ke

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 242

    Ratih menelengkan kepala, balas menatap suaminya, “Tujuan orang menikah memang biasanya untuk memiliki keturunan, Mas. Kecuali dari awal sudah bersepakat untuk child free.” Wanita itu diam sejenak untuk mengenali ekspresi suaminya. Saat Katon juga diam, Ratih melanjutkan kalimatnya. “Aku, tidak mau hamil selama ini karena enggan kuliah dengan perut besar. Aktifitas kampus tidak cocok untukku yang berbadan dua walau untuk sebagian orang lain mungkin tidak masalah. Sekarang, saat tidak ada lagi tuntutan kuliah, aku siap saja jika harus hamil. Mas Katon tidak ingin memiliki anak?” “Bagaimana kalau anak kita membawa genku, Ratih?” tanya Katon galau. Ratih menatap wajah suaminya yang tampan, jarang sekali wajah ini terlihat kalut. Tetapi sekarang Ratih melihat, Katon juga bisa rapuh. Ia merengkuh wajah suaminya, memberikan senyum paling tulus untuk menguatkan. “Maka anak kita akan seperti papanya. Kuat, ganteng, dan mampu menghadapi apapun.” Katon mendesah sebal, memutar matanya ke at

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 241

    Columbia University of New York sedang menunjukkan kesibukan luar biasa. Saat ini mereka sedang dalam masa Commencement week. Yaitu, minggu-minggu menjelang wisuda dilangsungkan. Upacara wisuda di Columbia University berlangsung dengan berbagai acara selama Commencement Week. Dimulai dengan setiap sekolah di bawah Columbia university menyelenggarakan upacara Class Day masing-masing, di mana nama setiap lulusan dipanggil, memberi kesempatan untuk momen yang lebih personal. Beberapa acara lain juga diselenggarakan, seperti Baccalaureate Service—upacara lintas agama yang melibatkan musik, doa, dan refleksi multikultural untuk merayakan pencapaian lulusan sarjana dari Columbia College dan Barnard College, serta sekolah-sekolah lainnya di bidang teknik dan sains. Tradisi unik lainnya adalah penyanyian lagu Alma Mater Columbia oleh seluruh komunitas, sebagai simbol kebersamaan dan perpisahan. Columbia juga memberikan University Medals for Excellence kepada individu yang berprestasi dan m

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 240

    Sebagai bisnis fashion yang menyasar level menengah ke bawah, Starlight Threads berlokasi strategis di Harlem, 214 West 125th Street, Suite 2A. Ke sanalah Katon membawa istrinya. Pagi Sabtu yang cerah menyelimuti Harlem. Matahari menyorot dari celah-celah gedung perkantoran yang sederhana tetapi berkarakter di kawasan ini. Katon membimbingnya dengan tangan yang mantap menuju bangunan tiga lantai di ujung jalan, sebuah gedung dengan dinding bata merah yang terlihat kokoh namun tidak berlebihan. Di balik kaca jendela yang lebar di lantai dua, papan nama kecil berwarna emas dengan tulisan elegan “Starlight Threads” menggantung, menandakan kegunaan bangunan ini. Ratih memperhatikan detail itu dengan perasaan yang bercampur aduk. Meskipun sederhana, bangunan itu memiliki daya tarik tersendiri. Tangga menuju lantai atas diselimuti perabot industrial yang chic, dekorasi modern berpadu dengan sisa-sisa gaya klasik yang membuat tempat itu berkesan unik. Studio ini bukan hanya sekadar toko

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 239

    Katon sangat terkejut dan spontan melepaskan pelukan wanita tersebut. Katon menangkap kedua bahu wanita berbaju merah dan mendorongnya menjauh. Ia tidak memiliki keinginan melihat, siapa gerangan wanita itu. Ia lebih khawatir kepada istrinya, Katon menoleh ke arah Ratih dan mendapati wajah istrinya berubah menjadi penuh amarah dan kekecewaan. “Katon, apa kabar?” tanya Alice manis, ia tak mengindahkan Katon yang berusaha lepas dari pelukannya, mendorongnya menjauh. Bagi Alice, bertemu Katon adalah keberuntungan luar biasa. Pria ini pernah dekat dengannya, menolongnya, memberikan uang perlindungan yang tidak sedikit dan berkat Katon pula, ia selamat bahkan sekarang menjadi bagian dari wanita sukses di Manhattan. Alice Wellington. Dari bukan siapa-siapa menjadi bintang berkat Katon. Uang pemberian Katon ia manfaatkan untuk kuliah dan membuka usaha. Kini, Alice Wellington adalah pemilik Starlight Threads sebuah startup fashion yang memadukan gaya modern dengan sentuhan klasik, mengkh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status