Katon lebih memilih meninggalkan keluarga Billionare-nya dan berkeliling dunia untuk mencari pengalaman hidupnya sendiri. Dikenal sebagai sosok yang tak pernah gentar menghadapi tantangan hidup, membuatnya bertemu beberapa teman dan banyak wanita. Katon menjalani hidup penuh gejolak dan petualangan. Sampai suatu ketika Katon bertemu dengan seorang gadis keras kepala dan bertolak belakang dengan Katon. Gadis itu mengungkap rahasia terdalam dirinya. dan menghadapkan Katon pada pertarungan batin dan belajar arti kata kesetiaan. Mampukah Katon melewati semuanya dan mendapatkan gadis yang mengungkap rahasianya itu?
Lihat lebih banyak“Bagaimana kalau aku mengantarmu pulang malam ini?” ucap seorang lelaki di sebuah coffeshop kepada salah satu pelayan wanita yang cantik. Wanita itu tersenyum mendengar tawaran yang manis dan mengangguk.
Pria itu bahkan bersikap gentleman dengan membantu sang wanita menutup coffeshop karena ini adalah shift terakhir. Mereka menyusuri pedestrian dan menyeberangi beberapa blok menuju apartemen sang wanita sambil mengobrol ringan. Beberapa kali sang wanita tertawa dan memukul bahu sang pria dengan mesra, pertanda obrolan mereka menyenangkan dan sangat intim.
Pintu apartemen di lantai tiga, menjeblak terbuka saat didorong dengan paksa. Dua tubuh yang saling berpelukan berputar dan masuk ke dalam apartemen. Kedua manusia ini saling memagut dalam ciuman yang panas dan penuh gairah. Kepala sang wanita mendongak, mengikuti pria yang lebih tinggi darinya. Bibir saling mengecap, lidah melibat. Sang pria mendesak hingga sang wanita terdorong ke dinding tanpa melepas pagutan bibirnya. Meskipun sedang berciuman demikian panas, kaki sang pria masih bisa mengait daun pintu dan menutupnya dengan keras. Desah sang wanita mulai terdengar ketika bibir sang pria bergeser untuk mencecap leher jenjangnya yang begitu menggoda.
Kedua tubuh yang saling melekat itu masuk ruang tengah apartemen. Lampu meja menyorot ke arah mereka dengan cahaya kekuningan. Kedua tubuh tersebut berjalan, berputar enggan melepaskan dan ambruk di atas sofa.
“Oh, Katon. Please?” Desah lembut sang wanita menyeruak ketika sang pria melepas cumbuan di bibir dan mulai menjelajah leher wanita itu.
“Apa yang kamu inginkan, Alice?” geram Katon tanpa berhenti mengusapkan bibirnya di sepanjang rahang dan leher jenjang sang wanita.
“Lakukan sekarang!”
Perintah itu tidak perlu dikumandangkan dua kali. Katon kembali menarik Alice dan mereka duduk berhadapan di atas sofa, saling melucuti pakaian masing-masing. Melemparnya ke sembarang arah. Katon kembali menerjang Alice yang polos dan menerimanya dengan tangan terbuka. Sinar lampu dari luar menerangi punggung Katon yang kekar dan bergerak impulsif ketika ia membuka kedua paha Alice dan mendorong memasuki Alice.
“Aah! Katon ….” Gerakan Katon makin lama makin liar dan ditingkahi desahan dan erangan.
Di dalam cahaya remang-remang, Katon dan Alice terjebak dalam permainan gairah yang membara. Saling menyentuh. Alice bergoyang dan menggesekkan tubuh bagian depannya ke dada kekar Katon, menggodanya. Katon menggeram dan mendorong Alice rebah kembali ke sofa. Pria itu menahan kedua kaki Alice lalu membukanya selebar dia bisa. Alice menjerit ketika Katon membenamkan wajah ke sana. Alice meremas rambut Katon dan menarik pria itu untuk naik kembali, mengundangnya untuk kembali masuk dan mengisinya.
Sofa itu menjadi saksi keperkasaan Katon yang mendominasi Alice. Ruangan itu menjadi tempat yang penuh dengan keintiman dan ketegangan. Setiap sentuhan bibir, setiap hembusan nafas, memicu Alice lebih keras.
“Aaah … Katon, tidak … aku lepas, aaahh … Katon I’m coming now.” Dan tubuh Alice tergetar hebat sedangkan Katon terus memacu di atasnya tanpa ampun dan meledakkan dirinya di dalam Alice.
“Aargh … my chocolate baby girl, you are so sweet, Kitty,” puja Katon seraya mendesakkan wajahnya ke leher Alice yang belum kembali dari puncak asmara.
Mereka masih berpelukan erat usai menggapai kepuasan bersama. Katon memeluk pinggang Alice dan kepalanya bersandar dengan nyaman di antara belahan dada Alice. Sementara wanita itu membiarkan Katon berbaring nyaman sambil mengelus rambutnya yang legam dan halus.
“Kau akan menginap?” tanya Alice manis. Katon mendesah, menghirup aroma wanita itu lalu menciumi spot yang tadi ditindihnya. Alice mendesah manja.
“Aku harap aku bisa, Sayang. Tapi aku harus pulang. Ada pekerjaan sialan yang menunggu di rumah. Aku harus menyelesaikan malam ini,” dusta Katon. Mana mau ia menginap di rumah wanita seputaran Brooklyn kalau apartemennya begitu nyaman di area Manhattan yang lebih elit? Alice mendesah keberatan. Namun, ia tahu. Mustahil menahan Katon di sini. Dia sudah cukup bersyukur lelaki mempesona ini mau mengantarnya pulang bahkan berakhir bercinta dengannya.
“Setidaknya makanlah di sini,” rayu Alice. Ia sedang tengkurap di atas tubuh Katon dan mengelus rahangnya, menikmati indahnya lelaki di bawahnya sekarang.
“Aku sudah cukup kenyang dengan makanan yang kau sajikan di café, Dear. Aku harus pulang. Aku akan menemuimu lagi, besok.” Katon bangkit dan dengan perkasa membawa tubuh Alice bersamanya. Keduanya tertawa pelan. Alice mengalah dan minggir. Segera saja Katon meraih pakaian-pakaian yang ia lemparkan sembarangan tadi dan mulai mengenakannya.
Katon meninggalkan apartemen Alice setelah mencium penuh gairah. Udara dingin menyapa wajahnya saat ia melangkah keluar dari gedung tinggi tersebut. Sinar bulan yang redup menerangi jalanan di depannya. Ia tak lagi menoleh kebelakang walau tahu Alice masih menatapnya dari jendela lantai tiga.
Saat Katon berjalan menyusuri jalan yang sepi, ia merenung tentang Alice dan keputusan mereka untuk bersama malam ini. Katon tersenyum penuh kemenangan, dia sudah beberapa hari melihat Alice dan menyukai wanita itu. Tidak perlu waktu lama untuk Alice jatuh ke pesonanya dan menyerah kepada Katon malam ini. Walau Katon tahu, Alice sudah memiliki kekasih.
Katon menyusuri jalanan sepi. Malam hari di kota New York entah mengapa kali ini suasana begitu suram dengan kegelapan yang menyelimuti sudut-sudut Brooklyn. Hembusan asap pembakaran masih tercium di udara. Sirene mobil polisi terdengar di kejauhan. Katon yang sedang berjalan sendiri tiba-tiba merasa diikuti dan segera saja terpojok di antara enam orang pria lain yang mengelilinginya. Wajah keenam pria itu garang dan menunjukkan kemarahan.
Acara pertunangan malam itu berlangsung meriah, penuh kehangatan dan kemewahan. Alunan musik jazz yang dimainkan secara live mengiringi setiap percakapan dan tawa yang bergaung di sepanjang taman villa. Di tengah-tengah taman, Rosalind dan Morgan berdiri sebagai pusat perhatian. Mereka berdua tampak bahagia. Bersama menyambut tamu-tamu yang datang dari berbagai belahan dunia. Saling memperkenalkan anggota keluarga, dan sesekali berbagi canda bersama para tamu yang mendekati mereka. Sebuah panggung kecil dengan latar belakang laut dan langit yang berhiaskan bintang menambah kesan romantis malam itu. Di atas panggung, band jazz memainkan lagu-lagu klasik yang mengiringi tamu-tamu saat mereka berdansa di lantai dansa yang dibentuk dari marmer putih berkilau. Para pelayan dengan seragam hitam-putih elegan bergerak luwes membawa nampan-nampan berisi minuman anggur terbaik, koktail tropis, dan mocktail segar untuk dinikmati oleh tamu. Hidangan yang disajikan sangat bervariasi, mulai d
Suasana berbeda tampak di sebuah villa megah di Riviera Maya yang berdiri anggun di atas tebing, langsung menghadap Laut Karibia. Dikelilingi oleh pohon-pohon palem tinggi dan taman tropis yang rimbun, villa bergaya arsitektur kolonial modern dengan dinding putih bertekstur, pilar-pilar marmer, dan balkon-balkon melengkung yang langsung menghadap pemandangan laut tak terbatas. Tambahan tampak mencolok dengan lampu-lampu pesta, untaian bunga dan hiasan khas sebuah pertunangan mewah, dilengkapi dengan karpet merah yang menyambut setiap tamu yang hadir. Katon, yang belakangan ini sibuk dengan tanggung jawabnya di New York, tidak ikut mengurus pesta pertunangan adik dan sahabatnya dan hanya hadir bersama Ratih sebagai tamu undangan. Ia baru saja turun dari limousine, mengancingkan jas sambil mengedarkan pandangan ke atas, tempat villa menjulang dengan indah, sesaat kemudian, ia ulurkan tangan ke arah limousine yang terbuka dan membimbing sang istri keluar dari sana. Bersama, dalam ke
Ratih menelengkan kepala, balas menatap suaminya, “Tujuan orang menikah memang biasanya untuk memiliki keturunan, Mas. Kecuali dari awal sudah bersepakat untuk child free.” Wanita itu diam sejenak untuk mengenali ekspresi suaminya. Saat Katon juga diam, Ratih melanjutkan kalimatnya. “Aku, tidak mau hamil selama ini karena enggan kuliah dengan perut besar. Aktifitas kampus tidak cocok untukku yang berbadan dua walau untuk sebagian orang lain mungkin tidak masalah. Sekarang, saat tidak ada lagi tuntutan kuliah, aku siap saja jika harus hamil. Mas Katon tidak ingin memiliki anak?” “Bagaimana kalau anak kita membawa genku, Ratih?” tanya Katon galau. Ratih menatap wajah suaminya yang tampan, jarang sekali wajah ini terlihat kalut. Tetapi sekarang Ratih melihat, Katon juga bisa rapuh. Ia merengkuh wajah suaminya, memberikan senyum paling tulus untuk menguatkan. “Maka anak kita akan seperti papanya. Kuat, ganteng, dan mampu menghadapi apapun.” Katon mendesah sebal, memutar matanya ke at
Columbia University of New York sedang menunjukkan kesibukan luar biasa. Saat ini mereka sedang dalam masa Commencement week. Yaitu, minggu-minggu menjelang wisuda dilangsungkan. Upacara wisuda di Columbia University berlangsung dengan berbagai acara selama Commencement Week. Dimulai dengan setiap sekolah di bawah Columbia university menyelenggarakan upacara Class Day masing-masing, di mana nama setiap lulusan dipanggil, memberi kesempatan untuk momen yang lebih personal. Beberapa acara lain juga diselenggarakan, seperti Baccalaureate Service—upacara lintas agama yang melibatkan musik, doa, dan refleksi multikultural untuk merayakan pencapaian lulusan sarjana dari Columbia College dan Barnard College, serta sekolah-sekolah lainnya di bidang teknik dan sains. Tradisi unik lainnya adalah penyanyian lagu Alma Mater Columbia oleh seluruh komunitas, sebagai simbol kebersamaan dan perpisahan. Columbia juga memberikan University Medals for Excellence kepada individu yang berprestasi dan m
Sebagai bisnis fashion yang menyasar level menengah ke bawah, Starlight Threads berlokasi strategis di Harlem, 214 West 125th Street, Suite 2A. Ke sanalah Katon membawa istrinya. Pagi Sabtu yang cerah menyelimuti Harlem. Matahari menyorot dari celah-celah gedung perkantoran yang sederhana tetapi berkarakter di kawasan ini. Katon membimbingnya dengan tangan yang mantap menuju bangunan tiga lantai di ujung jalan, sebuah gedung dengan dinding bata merah yang terlihat kokoh namun tidak berlebihan. Di balik kaca jendela yang lebar di lantai dua, papan nama kecil berwarna emas dengan tulisan elegan “Starlight Threads” menggantung, menandakan kegunaan bangunan ini. Ratih memperhatikan detail itu dengan perasaan yang bercampur aduk. Meskipun sederhana, bangunan itu memiliki daya tarik tersendiri. Tangga menuju lantai atas diselimuti perabot industrial yang chic, dekorasi modern berpadu dengan sisa-sisa gaya klasik yang membuat tempat itu berkesan unik. Studio ini bukan hanya sekadar toko
Katon sangat terkejut dan spontan melepaskan pelukan wanita tersebut. Katon menangkap kedua bahu wanita berbaju merah dan mendorongnya menjauh. Ia tidak memiliki keinginan melihat, siapa gerangan wanita itu. Ia lebih khawatir kepada istrinya, Katon menoleh ke arah Ratih dan mendapati wajah istrinya berubah menjadi penuh amarah dan kekecewaan. “Katon, apa kabar?” tanya Alice manis, ia tak mengindahkan Katon yang berusaha lepas dari pelukannya, mendorongnya menjauh. Bagi Alice, bertemu Katon adalah keberuntungan luar biasa. Pria ini pernah dekat dengannya, menolongnya, memberikan uang perlindungan yang tidak sedikit dan berkat Katon pula, ia selamat bahkan sekarang menjadi bagian dari wanita sukses di Manhattan. Alice Wellington. Dari bukan siapa-siapa menjadi bintang berkat Katon. Uang pemberian Katon ia manfaatkan untuk kuliah dan membuka usaha. Kini, Alice Wellington adalah pemilik Starlight Threads sebuah startup fashion yang memadukan gaya modern dengan sentuhan klasik, mengkh
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen