Kami tiba di kantor tepat pukul satu. Saat itu Reno dan Ratu sudah fokus ke laptopnya masing-masing. Aku segera menuju meja. Tatapan sinis Ratu sudah mulai aku dapatkan lagi. Mungkin dia curiga kalau Rendra dekat denganku. Aku mah cuek aja.
“Mayang, Danu, dan Gadis bisa ke ruangan saya sebentar.” Suara Pak Rendra mengagetkan kami. Aku, Danu, dan Gadis langsung saling menatap.
“Ya paling juga dimarahin karena telat masuk.” Ucap Ratu sinis.
Padahal kami bertiga tidak telat masuknya. Kami juga tidak menghiraukan perkataan Ratu. Biar diam mau ngomong apa, sepertinya dia iri.
Aku langsung membenarkan baju dan jalan ke ruangan Rendra. Kami bertiga masuk setelah mengetuk pintu. Rendra sudah menunggu di sofa tamu.
“Silakan duduk.” REndra memersilakan kami.
“Jadi begini, karena saya ada projek baru ketemu penulis di Bali, saya ingin mengajak kalian bertiga. Karena penulisnya jauh, jadi nanti bia
Kamis pagi kami sudah sampai di Bandara YIA. Kami diantar Dea, pacarnya Danu.“Udah, gak ada yang ketinggalan kan?” Tanyaku ke Danu dan Gadis.“Beres.” Jawab mereka serempak.Tiket yang dipesankan untuk kami penerbangan pertama yaitu jam tujuh. Sehingga sekarang baru jam senam kami udah siap di bandara. Biasanya jam enam baru bangun tidur. Kata Rendra biar kami sampai Bali masih pagi dan bisa istirahat sebelum siang kami ketemu dengan klien. Kami menurut saja karena semua akomodasi sudah ditanggung sama kantor.Pukul Sembilan kami Sudah sampai hotel, aku dan Gadis satu sakar, sedangkan Danu sendiri. Katanya berdua dengan Rendra jika dia besok nyusul ke Bali.Kami bertiga istirahat di kamar masing-masing. Walau perjalanan tidak terlalu lama, tapi mata memang tidak bisa berbohong. Sebelum keberangkatan ke Bali kami benar-benar lembur sampai jam satu dini hari baru bisa tidur.Aku mengabaikan suara ponsel y
Sesuai janji dengan Rika, penulis kami yang di Bali. Kami bertemu di restoran hotel untuk penandatanganan kontrak. Kami janjian pukul dua siang, waktu lebih maju daripada jadwal sebelumnya. Sebelumnya dijadwalkan jumat malam, karena Rendra sudah tiba di Bali Kamis malam, maka kami memajukan jadwal agar bisa cepat selesai kerjaan kami.Oh iya, tadi pagi Rendra juga mengajak aku untuk sarapan bareng. Dia tidak menceritakan apapun masalahnya, padahal sangat jelas dari raut wajahnya jika dia menanggung beban. Aku mencoba untuk memancing agar diam au bercerita tapi hasilnya sama. Masih nihil. Dia hanya menceritakan pekerjaan yang agak kacau karena aku tinggal, padahal aku ini kerja juga bukan meninggalkan pekerjaan.Aku jadi bertanya-tanya sendiri kalau begini, aku penasaran denga napa yang dikatakan Clara. Tapi ketika mengorek agar diam au bercerita sama saja membuka masalah untuk kami. Makanya, aku hanya bisa diam untuk saat ini. Diam lebih baik. Menganggap
Aku masih menangis di bahu Rendra. Dia masih tetep setia mengelus punggungku. Dia hanya diam tanpa bicara apapun lagi. Kelamaan tangisanku mulai reda, tapi ingusku masih saja keluar. Rendra mengambilkan tisu untuk aku membersihkan ingus."Makasih," kataku.Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi untuk saat ini."Pulang yuk,"ajaknya.Aku menggaguk sebagai jawaban. Tapi sepertinya alam sedang tidak bersahabat dengan kami. Tiba-tiba hujan turun lama kelamaan begitu deras. Kami masih di tempat makan pinggir pantai. Padahal sudh pukul setengh enam. Jika kelamaan kami di sini, tiba di hotel bisa malam karen jrak hotel ke Pantai Pandawa lumayan jauh.Tiba-tiba angin lumayan kencang. Aku kedinginan karena baju yang aku gunakan hanya kemeja tipis dan untungnya aku pakai celaba kulot dan sandal. Toba-tiba Rendra melepas jaket yang dia kenakan."Nanti kamu kedinginan Ren, kalau jaketnya basah gimana?""Gak papa sayang."Hari sem
"Pagi Mayang." Sapa Danu saat dia baru sampai kantor.Aku tidak melihat karena sudah hafal dengan suaranya "pagi juga.""Heh, pulang jam berapa kemarin?"Nah, kalau ini jelas suara Gadis. Dia sempqt ngomel-ngomel saat tqu tiket kita beda. Dia pulng dengan Danu sore hari sedangkan Rendra memang sengaja memilih penerbangan malam. Aku awalnya kaget dan ingin menukar dengan tiket Danu, tapi Rendra sempat menolak."Apa sih, gak usah lebai deh. Sampai rumah jam 12. Kenapa lo. Puas." Jawabku."Selamat pagi semua" sapa Rendra memasuki ruangan."Pagi pak." Jawab kami serentak.Ada rasa janggal dengan tatapan Rendra pagi ini. Padahal tadi malam dia biasa saja. Ternyata di belakangnya ada Ratu yang berjalan menyusulnya. Dia tidak duduk di tempatnya tapi ikut berjalan ke ruangan Rendra. Awalnya aku penasaran dan terus melihat mereka, tapi senggolan tangan Gadis mengingatkanku kalau ini di kantor, jadi statusku da
“Lo udah yakin ninggalin kita May?” Danu menatapku sendu.Gak tega sebenarnya meninggalkan mereka, sudah bertahun-tahun kerja bareng mereka. Mereka paling baik diantara yang terbaik. “Ya, mau bagaimana lagi. Demi masa depan gue nih.”Pembicaraan kami mengalir waktu makan siang kali ini. Kami makan di bakso idola yang tidak jauh dari kantor. Aku akan merindukan suasana seperti ini. Suasana ngobrol bareng mereka, makan siang abreng, nonton bareng, bahkan melakukan hal-hal yang gak berfaedah.“Kapan berangkat ke Bandung?” Pertanyaan Gadis membuyarkan lamunanku.“Besok siang.” JawabkuMereka berdua kaget karena secepat ini aku meninggalkan mereka.“Lo yakin? Cepet banget May. Gue gak tau lagi kalau gak ada lo di kantor akan sesepi apa.” Kata Gadis.“Lo udah ngasih surat pengunduran diri ke HRD?” tanya Danu.“Habis ini, nanti aku mampir ke HR
Pagi ini aku sudah resmi tidak menjadi karyawan di penerbit yang sudah tiga tahun ini aku mencari nafkah. Rasanya berat harus meninggalkan semua kenangan yang ada di sana. Banyak kenangan hingga membuat aku merasa berat meninggalkan kota ini.Rumah ini, aku sudah berusaha untuk membelinya, tapi beberapa tahun ini akan kubiarkan kosong begitu saja, aku tidak ada niat untuk mengontrakkan rumah ini karena banyak kenangan yang tertinggal di rumah ini. Apalagi kenangan dengan Rendra.Rendra, laki-laki yang berhasil membuatku bangkit saat aku terpuruk, saat aku trauma untuk menjalin hubungan dengan laki-aki lain. Tapi dia berhasil membawa aku untuk melupakan semua yang membuat aku trauma.Rendra, laki-laki itu juga yang saat ini membuat aku kembali trauma untuk menjalin kisah dengan laki-laki lain. Kenangan dengan dia walaupun sedikit tapi membekas. Tuhan, berilah aku kemudahan untuk melupakan semua ini. Karena pada akhirnya aku lah yang ka
RENDRAAku benar-benar gak nyangka kalau Ratu yang menjadi karyawan baru di sini. Awalnya aku kurang setuju dengan diterimanya dia. karena aku tidak approve tapi entah kenapa dia bisa ada di kantor pagi ini. Dan pihak HRD juga langsung memberikan informasi bahwa Ratu adalah karyawan baru. Pastinya ini akan membuat aku tidak nyaman. Aku juga yakin bahwa perasaan Mayang juga akan kecewa jika Ratu satu tempat kerja dengan dia. walaupun dia tidak memperlihatkan kekceewaan, tapi aku bisa merasakan apa yang dia rasakan. Aku baru saja merasa bahagia dengan hubunganku dengan Mayang. Walau hubungan kami masih singkat tapi aku yakin, dia yang akan mendampingku menghabiskan sisa umurku.Pagi ini aku memberikan amanat untuk Mayang, Gadis, dan Danu untuk pergi ke Bali. Aku tau kalau mereka bertiga jarang cuti. Kerjaan mereka juga pasti tepat waktu, jadi memberikan mereka kerjaan ke luar kota sekaligus bonus liburan adalah hal yang luar biasa buat mereka. Aku menyuruh merek
MayangHidup tanpa Rendra saat ini harus aku jalani, aku harus kuat. Karena pada dasarnya dia bukan untukku. Aku memutuskan untuk tidak lagi ke Jogja setelah selesai mengurus administrasi. Aku memilih memutuskan tetap di Bandung walau kenyataannya kuliah akan dilaksanakan satu Minggu lagi. Aku lebih memilih di kost beres-beres kamar, tidak hanya kamar, tapi hatiku juga harus aku beresin.Tepat tiga hari yang lalu Rendra resmi bertunangan dengan Ratu. Aku sengaja tidak hadir dalam acara itu akrena hatiku masih belum bisa menerima kenyataan. Aku hanya melihat dari status Instagram Ratu, aku melihat jika mereka berdua sangat cocok. Aku juga belihat wajah kebahagiaan di antara mereka berdua. Setelah memutuskan ke Bandung aku tidak lagi emmbalas pesan Rendra. Walau aku tau dia setiap saat mengirimkan pesan untukku.Jujur, aku gak sanggup jika jauh dari dia.“Ren, aku rindu”.Aku hanya mambu mengatakan kalimat itu dalam