Zeyan berlari dengan panik menyusuri lorong gelap, menyeret tangan Luo Jing yang masih dikiranya milik Zhiyu. Napasnya tersengal karena berlari cepat, tapi kekhawatirannya pada sahabat membuatnya terus bergerak.
"Èr Lang! Lorong ini menuju ke mana?" tanyanya sambil terus berlari tanpa menoleh ke belakang."Tuan Muda..." Luo Jing menyahut pelan dengan suara yang terdengar kebingungan dan sedikit terengah.Zeyan mengernyit mendengar jawaban itu. Ada yang aneh dengan suara yang menjawabnya."Sejak kapan Èr Lang memanggilku Tuan Muda?" gumamnya dalam hati sambil memperlambat langkah.Ia akhirnya menoleh untuk melihat siapa yang sedang dia seret.Matanya membelalak lebar ketika menyadari kesalahannya."Kenapa kau?! Di mana Èr Lang? Di mana Wei Xuan?!" serunya dengan campuran kaget dan panik.Luo Jing yang masih terhuyung karena diseret berlari masih dalam keadaan kebingungan total."Saya juga tidak tahu... AShèng Guan menyesap tehnya lagi, ekspresi wajahnya berubah menjadi lebih serius. "Tapi tidak semua kenangan tentang masa itu menyenangkan, Menteri Xú.""Bagaimana maksud Anda?" tanya Xú Jianghong sambil mencondongkan tubuh sedikit ke depan, menunjukkan ketertarikan yang tulus."Setelah lulus dari akademi dengan nilai yang sangat bagus, bahkan masuk dalam sepuluh besar lulusan terbaik angkatan saya, saya menghadapi kenyataan pahit." Shèng Guan menatap langit-langit sejenak. "Ternyata nilai bagus saja tidak cukup.""Ah, sistem itu," gumam Xú Jianghong paham."Tepat sekali. Untuk mendapatkan jabatan yang bagus, saya harus menyuap Menteri Personalia saat itu. Tapi dari mana saya mendapatkan uang sebanyak itu?" Shèng Guan tertawa pahit. "Keluarga saya bahkan kesulitan mengirim uang untuk makan sehari-hari.""Sistem yang tidak adil memang," komentar Xú Jianghong diplomatik.
Di lain tempat, di kediaman Walikota Shèng Guan, suasana makan malam berlangsung dalam keheningan yang sopan namun agak canggung. Lentera gantung memantulkan cahaya temaram ke permukaan meja kayu yang dipoles halus, tempat aneka sajian lezat tersaji dengan rapi. Pangsit kukus yang masih mengepul, irisan daging rebus yang dipotong tipis sempurna, dan teh yang mengepul pelan dari cangkir porselen bermotif naga.Xú Jianghong duduk dengan sikap yang berusaha terlihat santai, menikmati hidangan itu, atau setidaknya berusaha menikmati. Namun kenyataannya, selera makannya sudah hilang sejak insiden aneh di tepi kolam taman belakang beberapa saat yang lalu.Kemunculan Wei Xuan, Komandan Pasukan Jinyiwei, dari dasar kolam seperti seekor ikan raksasa bukanlah hal yang bisa dianggap sebagai lelucon biasa. Apa yang sebenarnya dilakukan pria itu di tempat seperti itu? Pertanyaan itu berulang kali muncul di benaknya seperti mantra yang tidak bisa dihenti
Sementara itu, Baili Zhiyu berjalan cepat di tengah kegelapan malam yang menyelimuti ibukota. Langkahnya tergesa namun tetap terkendali. Menyusuri jalanan sempit yang familiar hingga tiba di sebuah persimpangan yang remang-remang.Bayangan bangunan tua yang menjulang dan lentera yang redup membuat segalanya tampak samar dan misterius. Setiap sudut gelap bisa menyembunyikan apapun, dan Zhiyu menyadari betul akan hal itu.Di kejauhan, dari arah yang berlawanan, Wei Xuan berlari dengan napas terputus-putus. Tubuhnya masih basah kuyup dari petualangan di kolam, pakaiannya berantakan dan menempel di badan, sementara pikirannya penuh dengan pertanyaan yang belum sempat ia jawab tentang pertemuan aneh antara Xú Jianghong dan walikota.Takdir membuat mereka hampir bertabrakan di persimpangan yang gelap itu. Karena cahaya yang sangat minim dan kelelahan yang menguasai pikiran mereka, keduanya tidak saling mengenali pada pandangan pertama.Refleks alami mem
Di bawah langit malam yang redup, lentera-lentera bergoyang pelan di sepanjang jalanan distrik kerajaan. Angin malam membawa aroma dupa yang samar dari kuil-kuil yang tersebar di ibukota, bercampur dengan bau tanah basah dan dedaunan.Pasukan Jinyiwei berpatroli seperti biasa, menyisir setiap sudut kota dengan langkah teratur dan mata tajam yang tidak melewatkan satu pun detail mencurigakan. Suara sepatu bot mereka bergema di jalanan batu yang sepi, menciptakan irama yang sudah familiar bagi penduduk Longcheng.Namun, malam ini terasa berbeda. Ada ketegangan di udara yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.Di antara barisan penjaga berseragam gelap itu, tampak sosok yang jarang turun langsung ke jalan untuk patroli rutin. Jenderal Shén Luan, pemimpin tertinggi pasukan Jinyiwei, berjalan dengan sikap waspada yang lebih tinggi dari biasanya.Di sampingnya Xie Zun, mantan jenderal yang pernah memimpin pasukan di perbatasan pada masa kampanye seb
Sementara itu, Wei Xuan yang baru saja muncul dari permukaan air kolam hampir saja terkejut setengah mati. Jika tidak mengingat bahwa ia baru saja berlarian seperti orang gila di lorong bawah tanah di Pasar Hantu dan dikejar orang-orang dari Toko Tujuh Bunga Tak Hidup, ia pasti sudah berteriak sekencang mungkin saat melihat seseorang berdiri tegak di tepi kolam.Orang itu juga tengah menatapnya dengan tatapan yang tak kalah kaget, mulutnya sedikit terbuka seolah baru saja melihat ikan raksasa muncul dari kolam hias.Mereka saling bertatapan heran, bingung dan bertanya-tanya. Wei Xuan masih setengah tenggelam di air, sementara orang itu berdiri dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.Saat Wei Xuan hendak menyapa dengan gerakan tangan yang canggung, tiba-tiba terdengar langkah kaki mendekat dari arah pavilion dan sebuah suara yang sopan menyapa."Menteri Xú, silakan! Walikota sudah menunggu kedatangan Anda."Seorang pelayan datang dengan lan
Sementara itu di tempat lain, Zhiyu berdiri diam di tengah ruangan yang asing tetapi terasa familiar. Cahaya obor di tangannya bergetar pelan, memantulkan bayangan di dinding batu yang bersih dan rapi.Aroma harum menyusup ke inderanya."Dupa?" gumamnya lirih sambil mengerutkan kening.Ia menghirup dalam-dalam, berusaha mengidentifikasi aroma yang mencengkeram perhatiannya. Aroma ini tidak asing baginya. Bukan dupa biasa yang digunakan di kediaman atau restoran. Ada sesuatu yang lebih sakral, lebih dalam."Ini... dupa untuk persembahan dan doa," gumamnya lagi, nyaris seperti mengingat sesuatu yang jauh terkubur dalam memorinya.Ia mengangkat obor lebih tinggi, membiarkan cahaya kuningnya menyapu seluruh ruangan. Sebuah kamar pribadi yang sederhana, tapi sangat rapi dan bersih. Tempat ini jelas dirawat dengan baik, meski sepertinya tidak dihuni secara permanen.Zhiyu mulai berkeliling dengan langkah hati-hati. Di sudut ruangan, se