Yan Feng masih terengah-engah saat duduk di dalam tandu. Napasnya memburu, keringat mengalir di pelipis, sementara di luar sana derap langkah pasukan Jinyiwei masih terdengar bagai genderang perang.Di dalam tandu yang diterangi cahaya temaram, seorang pria muda tampan dengan jubah sutra biru tua duduk dengan santai. Tangannya mengibaskan kipas kayu cendana dengan ukiran naga, menciptakan semilir angin dingin yang kontras dengan kepanikan di luar. Ekspresinya tenang, seolah pengejar-kejaran dengan pasukan elit kekaisaran hanyalah tontonan opera yang membosankan."Kau hendak kemana?" tanyanya dengan gaya malas, matanya mengamati Yan Feng tanpa minat berlebih.Yan Feng menatapnya curiga, masih berusaha mengatur napas dan memahami situasi. Tangannya secara instingtif menyentuh gagang pedangnya."Perbatasan, bekas pusat perdagangan rempah," jawabnya singkat, matanya masih waspada.Pria tampan itu mengangguk pelan, jemarinya yang ramping masih mengibaskan kipas dengan ritme konstan."Ah, b
Last Updated : 2025-06-11 Read more