Pangeran Pengangguran Mendadak Menjadi Detektif

Pangeran Pengangguran Mendadak Menjadi Detektif

last updateLast Updated : 2025-06-30
By:  AspasyaUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
15Chapters
26views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Di tengah gemerlap ibu kota Longcheng, suami-suami Nyonya Gao menghilang tanpa jejak. Bukan penculikan, bukan pembunuhan, dan jelas bukan kebetulan biasa. Xu Jianhong, Menteri Perang yang nyaris kehabisan akal, terjebak dalam penyelidikan paling absurd dalam kariernya, ditemani dua saksi utama yang lebih banyak menambah masalah daripada memberikan solusi. Baili Zhiyu, bangsawan flamboyan yang lebih ahli mengkritik makanan daripada mengungkap misteri, dan... Pangeran Ketiga Xiǎo Zeyan, pengangguran kerajaan yang lebih rajin berburu diskon dim sum daripada menjalankan tugas kekaisaran. Saat penyelidikan beralih dari restoran mewah ke rumah judi, dari gosip ke ekonomi teh, satu hal menjadi jelas, hilangnya suami-suami itu lebih berbahaya daripada sekadar nasib buruk. Intrik. Humor. Misteri. Longcheng tak pernah seabsurd ini!

View More

Chapter 1

Longcheng Dalam Drama Di Malam dan Pagi Hari

Mansion Gao berdiri sunyi di bawah cahaya bulan.

"Nyonya?"

Suami Ketiga Nyonya Gao terbangun. Udara terasa dingin. Ia meraba sisi ranjangnya, kosong.

Tidak ada jawaban.

Jantungnya berdebar pelan. Ia bangkit dari ranjang, melangkah ke jendela. Bayangan bergerak di sudut ruangan. Sekilas ada sesosok, lalu lenyap.

Ia berbalik. Matanya terbelalak, dan detak jantungnya berdegup lebih kencang.

Kilatan logam di bawah cahaya lentera. Desisan napas tertahan.

Jeritannya terputus sebelum sempat terlontar. Tertelan oleh malam yang tak bersuara.

Kembali sunyi.

Hanya angin yang berbisik di antara daun kering, menyimpan rahasia yang tak terucap.

Di tempat lain, jauh dari keheningan Mansion Gao yang penuh rahasia, malam festival persembahan di Kuil Yansheng telah berakhir.

Para pendeta telah pergi, meninggalkan jejak dupa yang masih menggantung tipis di udara. Cahaya lilin bergetar pelan di altar, menciptakan bayangan yang bergerak samar di antara pilar-pilar kayu tua.

Patung-patung dewa tersembunyi dalam bayangan, seolah menyimpan rahasia yang tak terucap. Angin musim semi mendesis, membawa sisa-sisa doa yang baru saja dipanjatkan.

Di bawah altar utama, sesuatu bergetar pelan. Entah angin, entah suara yang tak seharusnya ada.

***

Di pagi yang seharusnya damai, Restoran Lingxiang tampak seperti tempat yang sempurna untuk memulai hari. Langit cerah, aroma rempah memenuhi udara, dan suara peralatan dapur yang berdenting terdengar dari ruang belakang.

Di atas meja utama, hidangan tersaji seperti karya seni. Daging sapi Yunnan yang tipis transparan, sup wonton mengepulkan uap lembut, bebek panggang berbumbu rahasia keluarga, serta tahu sutra dari daerah selatan dengan tekstur selembut awan.

Di depannya, duduklah Baili Zhiyu, Tuan Muda Kedua dari Mansion Baili.

Seorang pria muda dengan kulit pucat bersih, fitur wajah elegan bak patung giok yang diukir dengan indah, serta mata keemasan yang tajam seperti seorang sarjana yang telah menghabiskan bertahun-tahun mengamati detail kecil. Hanfunya berlapis halus, jubah biru muda dengan bordiran awan emas, serta manset sutra yang menunjukkan statusnya sebagai bangsawan. Rambut hitamnya tertata dan terikat rapi dengan sehelai pita sutra hitam.

Ia mengangkat sumpit peraknya yang bertangkai jade dengan elegan, menyoroti setiap detail hidangan dengan ketelitian luar biasa.

"Bumbu," gumamnya, "mirip seperti kaligrafi yang kehilangan keharmonisan."

Pemilik restoran berdiri gelisah di dekatnya, keringat dingin mengilap di dahinya. Pemilik restoran hampir mencengkram lengan jubahnya sendiri. Ini bukan sekadar ulasan makanan. Ini adalah penentuan nasib. Satu komentar Baili Zhiyu bisa menentukan hidup dan matinya restoran ini.

Kemudian, dunia berubah. Pagi hari masih segar. Angin musim semi membawa aroma teh dan rempah. Lalu, seperti kutukan yang jatuh dari langit ...

BRAK!

Pintu restoran didobrak, kayu berderit memilukan.

Seorang pria melompat masuk, napasnya tersengal-sengal berat, pakaian hijau kusut dan penuh debu, pedang terhunus dalam genggamannya. Luka di pipinya masih berdarah, tetapi tatapannya tajam seperti elang yang terpojok. Disusul para anggota pasukan Jinyiwei yang mengejarnya.

Sepertinya pria itu seorang buronan. Seseorang yang jelas terlihat seperti seorang pendekar pedang yang terlatih. Dengan bahu kokoh, tubuh tegap yang jelas terbiasa bertarung. Pakaiannya, dulunya jubah hijau standar, kini penuh debu dan robekan, dengan sabuk kulit yang sudah terlihat lusuh.

"Tangkap dia! Jangan biarkan kabur!"

Pasukan Jinyiwei melompat dari berbagai arah, pedang mereka berkilat di bawah cahaya mentari pagi. Dalam sekejap, dunia Restoran Lingxiang berubah menjadi kekacauan.

Piring bergerincing. Cangkir teh terjatuh. Seorang pelayan menjatuhkan nampan, hidangan berhamburan seperti hujan makanan.

Buronan itu berputar cepat, mata elangnya menyorot Baili Zhiyu.

"Kau!" serunya. "Kau akan ikut denganku!"

Tanpa ragu, tangannya mencengkeram lengan Zhiyu, membuat daging yang hendak disantapnya jatuh ke lantai.

Zhiyu mengangkat alis, tetap duduk santai meski keadaan restoran berubah menjadi arena perkelahian.

"Rasanya aku belum berubah pikiran untuk menjadi kritikus pedang. Kupikir aku masih setia di jalur kuliner."

Pedang beradu di meja. Seorang pengunjung berteriak, sementara seorang lagi pingsan. Meja terguling, sup tumpah, daging beterbangan. Restoran Lingxiang berubah menjadi medan perang kuliner paling kacau.

Buronan menarik Zhiyu keluar restoran. Zhiyu melirik ke lantai, melihat daging yang jatuh. Ia menghela napas panjang, seolah ini adalah tragedi terbesar pagi itu. Buronan membawanya melompati atap-atap gedung di tengah hiruk-pikuk pagi. Di bawah, pasukan Jinyiwei mengejar seperti angin yang marah.

Zhiyu, masih tetap santai, melirik penculiknya dengan ekspresi datar.

"Kau tahu," ujarnya, "menyandera seorang kritikus kuliner itu sangat tidak bijaksana."

Buronan meliriknya curiga. "Kenapa?"

Zhiyu tersenyum tipis.

"Karena setiap gerakanmu akan mendapat ulasan tajam. Penculik yang buruk, seperti restoran buruk, tidak layak untuk mendapatkan apresiasi."

Longcheng berubah menjadi arena pengejaran, dengan kritikus kuliner yang lebih peduli pada kualitas gerakan sang pendekar daripada nyawanya sendiri.

Di kejauhan, Kuil Yansheng masih membisu, menyimpan misteri yang belum terungkap. Sebuah rahasia yang mungkin lebih berbahaya dari sekadar pengejaran pagi ini.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
15 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status