Share

Bab 119

Auteur: Queen Moon
last update Dernière mise à jour: 2025-04-23 20:46:19

Suasana menjadi hening setelah Mia melontarkan kata-kata itu. Dia merasakan tatapan Tristan dan Laura tertuju padanya, sementara Lucian justru terlihat kesal dan menatapnya dengan tajam.

“Hm, sepertinya bawahan lebih berpikir logis daripada atasan. Kualitas kepemimpinan Wilson Group sudah menurun,” suara Tristan terdengar merendahkan.

Lucian menggertakkan giginya dengan tangan terkepal. Mia menahan lengan pria itu agar tidak menerjang Tristan, berusaha mencegah perkelahian antara kedua pria itu.

“Tuan Wilson, tolong tenangkan dirimu…,” Mia mencoba menenangkan.

Lucian memelototinya, tatapannya seolah berkata, ‘Memangnya kamu pikir kamu siapa?’

“Tuan Wilson, Tuan Billy akan marah jika mendengar Anda berkelahi dengan keluarga Adams.”

“Tsk!” Lucian membuang muka dengan marah, raut wajahnya tetap gelap.

Mia menghela nafas lega, lalu berbalik menghadap pasangan kakak-adik Adams di depannya. Mereka menatapnya dengan tatapan aneh.

Laura mengerutkan kening, melihat tangan Mia yang masih mence
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé
Commentaires (2)
goodnovel comment avatar
Sintia S
oohhh benar kata Laura, Mia dn Tristan kk nya ad hubungan sebelum nya,
goodnovel comment avatar
Rehannayla2024
bagus ceritanya seruu !!
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Chapter 54 : Akhir

    Pernikahan Tristan Adams akan diadakan seminggu setelah lamaran itu diterima. Tidak ada yang menyangka bahwa pernikahan antara Tristan Adams, putra sulung dari keluarga paling disegani di Capital dan Mia, seorang wanita biasa dengan dua anak kecil akan terjadi begitu cepat dan begitu megah.Gedung pernikahan yang disewa adalah aula tertua dan termewah di pusat kota, dihiasi ribuan bunga putih dan lilin-lilin kristal yang berkilauan. Tamu-tamu berdatangan dari berbagai penjuru negeri. Politikus, artis, konglomerat, dan bahkan duta besar asing turut hadir.Media massa berlomba memberitakan pernikahan itu sebagai “Cinderella Abad Ini".Namun di tengah keramaian dan sorotan lampu kamera, Mia merasa seolah sedang berjalan dalam mimpi yang tak dia pahami. Semua terasa asing. Gaun putih yang membalut tubuhnya terasa berat.Senyum yang dia paksa tunjukkan pada tamu-tamu seperti topeng yang menutupi kegelisahan dalam hatinya. Ketika pesta usai dan Mia mulai menyadari semua ini bukan khayalan, d

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Chapter 53

    “Aku ingin kamu menjadi istriku, Mia.”Mia terkejut bukan main. “Apa?”“Menikahlah denganku.”"Permainan apa lagi ini?" tanya Mia seraya menarik tangannya dari genggaman Tristan.Tristan menggeleng pelan. "Maaf, Mia ... aku belum sempat membeli cincin untuk melamarmu. Tapi setidaknya, aku harus mengungkapkan keinginanku sekarang."Si kembar yang baru keluar dari kamar mereka tampak kegirangan melihat Tristan berlutut di hadapan ibunya.“Paman melamar Mama?” tanya Alana dengan suara polos.Tristan menoleh dan tersenyum tipis, lalu berkata pelan, “Mulai sekarang, jangan panggil aku ‘Paman’ lagi. Panggil aku Papa.”Alana dan Alister saling berpandangan sebentar sebelum dengan riang meneriakkan, “Papa!”Mia terpaku. Jantungnya berdegup keras di dada. Ada haru yang merayap di hatinya saat mendengar suara si kembar memanggil Tristan seperti itu. Namun rasa tidak percaya jauh lebih kuat. Dia merasa seperti sedang dipermainkan.“Tuan Tristan,” katanya pelan, menatap pria itu dengan pandangan

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Chapter 52

    Mia keluar dari kamar si kembar dan mendapati Tristan duduk di sofa ruang tamu. Dia menghela napas pelan."Kenapa masih di sini?" tanyanya dingin."Aku mau mengantar anak-anak ke sekolah," jawab Tristan tenang."Tidak perlu. Aku bisa mengantar mereka sendiri."Tristan bangkit dari duduknya lalu berjalan mendekat ke arah Mia. Sorot matanya terlihat sendu. “Mia ... biarkan aku melakukan sesuatu untuk mereka."Mia hampir saja meloloskan tawa mendengar ucapan Tristan. "Jadi sekarang kamu ingin menjadi sosok ayah yang baik untuk mereka? Ke mana saja kamu selama ini?" sindirnya."Okay, kita bicarakan ini sekarang, ya?"Mia mengangkat tangannya pertanda dia tidak ingin mendengar apapun yang diucapkan oleh Tristan. Kekesalannya semakin menjadi-jadi. Kenapa baru sekarang saat dirinya sudah ingin melupakan semua yang terjadi antara dirinya dengan pria itu."Kamu pergi saja, Tuan Tristan ... kami tidak membutuhkanmu di sini," ucap Mia.Saat itu bel apartemen berbunyi. Mia segera menuju ke pintu

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Chapter 51

    Mia membuka mata pagi itu saat sinar mentari muncul dari sela-sela gorden kamar dan menyentuh wajahnya. Dia menguap sebentar, lalu beranjak dari atas tempat tidur.Ingatan tentang Tristan yang tertidur di depan pintu apartemennya seketika menyelinap di kepalanya. Ah, mungkin saja Tristan sudah pergi, pikirnya.Saat memeriksa ke kamar si kembar, bibir Mia mengulas senyum tipis. Kedua buah hatinya itu masih tertidur pulas. Tentu saja, karena hari masih terlalu pagi. Mia memang selalu bangun lebih cepat karena harus mengurus keperluan si kembar untuk sekolah.Mia menyambar satu kantong sampah yang hendak dikeluarkan dari apartemen. Saat membuka pintu, pandangannya tertuju pada sosok pria tampan yang tertidur pulas di dekat pintu."Astaga," gumamnyaJadi Tristan semalaman tidur di sini?!Mia menggeleng pelan. Tentu saja dia tidak bisa ke mana-mana karena mabuk berat. Ada rasa iba menggelitik dalam hatinya saat melihat Tristan yang tertidur pulas.Bayangkan, seorang CEO perusahaan ternama

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Chapter 50

    Mia baru saja menidurkan Alana dan Alister setelah membacakan buku cerita bergambar. Malam itu terasa lebih melelahkan dari biasanya. Bukan karena anak-anak rewel, tapi karena pikirannya dipenuhi oleh satu nama yang tak bisa ia hindari—Tristan. Ia duduk sejenak di sofa, menatap pintu apartemen yang tertutup. Matanya menerawang, mengingat kembali keputusan besar yang dia ambil pagi tadi: menyerahkan surat pengunduran diri. Keputusan itu bukan hal mudah. Dia sudah tahu Tristan akan marah. Tapi dia lelah terus berada dalam hubungan yang tak pasti. Dia lelah menjadi wanita yang hanya dianggap "penghangat ranjang" oleh pria yang sebenarnya dia cintai diam-diam. Tiba-tiba, ketukan pelan terdengar dari luar pintu. Mia menoleh. Dadanya berdebar. Sepertinya dia sudah bisa menebak siapa yang datang malam-malam begini. Ketukan pintu kembali terdengar. Pelan Mia menyeret kaki menuju ke arah pintu. Dia terdiam sejenak di sana, hingga suara yang begitu dia kenal terdengar. “Mia, ini aku.” Ben

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Chapter 49

    "Tsk!"Tangan Tristan mengepal erat saat memeriksa surat pengunduran diri Mia. Beraninya dia seenaknya saja berbuat demikian, pikirnya. Rasanya ingin dia robek-robek kertas di hadapannya itu dan dia buang ke tempat sampah. Atau mungkin dia datangi saja Mia dan meminta penjelasan darinya. Terlebih meminta penjelasan kenapa Mia bisa dekat dengan Danis.Namun, Tristan sadar kalau hal itu akan menyentil egonya. Entahlah, saat ini pikirannya benar-benar kacau.Langit malam kota masih kelabu ketika Tristan melangkah masuk ke dalam bar kecil di sudut jalan. Dentingan gelas dan musik lembut menemani pikirannya yang berantakan. Dia melepas jasnya, duduk di kursi bar, dan menatap kosong ke arah rak minuman.Dia butuh jeda. Butuh hening dari segala hal yang menyesakkan.“Malam panjang, ya?” suara Lucian menyapa dari belakang. Adik iparnya itu duduk di sebelahnya, menyambar satu gelas yang langsung diisi bartender. Dia sengaja menelepon Lucian dan memintanya bertemu di bar.“Kenapa baru datang?”

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status