Share

Episode 5

25 Desember 2020

Kevin berkeliling menikmati suasana natal dan tahun baru. Orang-orang banyak yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Banyak juga hiasan natal disegala penjuru. “Sepertinya masih sama. Pembangunan gereja di sini masih sangat minim.” Kevin berkeluh dalam hati. Walaupun dirinya bukanlah umat yang patuh, tapi melihat agamanya sering jadi bahan permasalahan di negeri ini, tentunya Kevin turut bersedih. Berharap negeri adil kepada seluruh agama seperti janji dan sumpahnya pada Pancasila dan undang-undang.

Masih melanjutkan perjalanannya dengan kecepatan yang rendah, mobil kesayangannya saat ini hanya berada di kecepatan 40 kilometer per jam. Disela kenikmatannya, Kevin melihat ada tiga mobil hitam yang sudah terparkir di kanan jalan. Tepatnya berada di sela-sela dua Gedung yang berdiri hampir sejajar. Bagian depan hanya terlihat cukup untuk dua mobil saja, namun bagian belakangnya mungkin muat untuk banyak mobil. “Gedung apa ini?” Kevin bergumam dalam hati. “Rasanya baru kali ini aku melihat Gedung ini. Ini bukan daerahku, aku dilarang berpatroli di sini. Untung saja ini hari libur.” Kevin segera mencari tahu lagi lebih dalam mengenai perkumpulan itu.

Interpol memiliki alat pendeteksi peluru. Kevin mengeluarkannya dan memeriksa kepada perkumpulan itu lewat alatnya. “Fuck!!” Kevin terkejut dengan yang dilihatnya. Alat itu mendeteksi amunisi. Setiap kamera yang diarahkan ke amunisi atau alat peledak lainnya akan menimbulkan efek merah pada layar. Kevin bergegas untuk melaporkannya kepada kantor. Sebelum itu sepertinya dia harus menjauh terlebih dahulu. Menancapkan gasnya lalu meninggalkan tempat itu.

Mengambil telepon dan menelepon kantor. “Keadaan darurat. Laporan dugaan penyerangan sekelompok orang bersenjata lengkap!!” Kevin dengan nada tergesa-gesanya itu. Namun terdengar markas tidak terlalu menanggapinya dengan serius. Kevin tersulut emosinya saat mengetahui bahwa markas tidak terlalu mengacuhkan laporan itu. Memutar otak, kemudian mengambil keputusan untuk bergerak sendiri. Kevin segera menuju rumah dinasnya. Mengambil senjata dan kemudian membuntuti apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Seluruh senjata saat ini sudah berada di mobilnya. Armor untuk anti peluru, helm anti peluru, dan masker untuk menutupi identitasnya. Kevin melakukan ini demi keamanan, walaupun tindakannya adalah suatu pelanggaran karena tanpa perintah dari atasan, apalagi di wilayah yang bukan kekuasaannya. Namun segala resiko itu dia terima dengan lapang dada.

Saat mendatangi tempat itu ternyata mereka sudah tidak ada. Semuanya menghilang begitu saja. Kevin memutuskan untuk memasuki tempat tadi dan mencari tahu yang sebenarnya terjadi. Hanya ada tempat kosong disitu. Tidak ada senjata, pintu rahasia, peluru, maupun orang-orang. Namun sialnya pintu tadi tiba-tiba saja terkunci. “Bajingan.” Kevin berlari menuju ke pintu tersebut. Berusaha membuka namun terkeunci. Kevin menggedor-gedor pintu itu berharap segera terbuka. Sialan pintu itu terkunci. Terdengar suara langkah dari belakang, Kevin menyadari itu. “Oke, bersiap.” Ujar Kevin dalam hatinya.

Sebuah pukulan menggunakan kayu. Sayangnya Kevin menyadari dan menghindarinya segera. Setelah itu kemudian satu pukulan di bagian perut, tendangan di bagian kaki kanan. Tendangan itu melumpuhkan lawan. Dia mulai hilang keseimbangan. Kevin memanfaatkan itu dengan tinjuan putar miliknya. Bhamm. Lawan langsung tergeletak. “Katakan siapa namamu!!” Kevin menodongkan pistolnya kepada musuh. “Katakan atau mati?” Kevin menempatkan tangan pada pelatuknya tanda siap untuk menekan dan membunuh. Keroco seperti itu bukan tandingan Kevin.

Stun gun tiba tiba saja menyambar Kevin. Sebuah alat untuk melumpuhkan terbaik. Dalam hitungan detik saja Kevin sudah tidak berdaya dan pingsan. Ternyata itu berasal dari belakang, lawan yang dilumpuhkan Kevin adalah umpan saja. Teknik yang biasa digunakan tapi sayangnya Kevin tidak menyadari itu.

Ruangan itu adalah markas bawah tanah Nera. Upaya untuk misi Natal tadi adalah rencana Nera, dan orang-orang yang berkumpul itu sedang bersiap untuk melakukan misi. Sayangnya ruang itu sebenarnya memiliki pintu penghubung ke lantai atas namun keredupan cahaya disitu membuat pintu itu tidak dapat dilihat oleh Kevin. Ini bukan salahnya, Kevin pasti tidak menduga bahwa itu akan terjadi oleh karena itu dia menyimpan senjatanya pada mobil.

Kevin dibawa oleh mereka ke tempat Nera untuk dikurung. Sepertinya tidak ada yang mengetahui keberadaan Kevin setelah ini. Kecuali ada pasukan dari kantor yang mulai memikirkan laporannya itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status