Share

Poin Spiritual

Seperti yang dijanjikan Instruktur Guo Bai, mereka berangkat ke Kuil Putih yang berada di gunung Hanta.

Pagi-pagi sekali, Instruktur Guo Bai membawa Fang Lin untuk mengukur kekuatan spiritualnya. Mengingat kejadian tadi malam membuat Guo Bai tidak bisa tidur sepanjang malam. Mereka saat ini sedang berjalan menuju gerbang Kuil Putih, yang dijaga oleh beberapa penjaga.

Guru memberikan lencana khusus miliknya sebagai kartu identitas. Dua penjaga memberi mereka izin untuk memasuki kuil suci.

Mata Xiao Fang berbinar ketika dia melihat isi ruangan di kuil putih, gedung kuil layaknya gedung istana yang di desain dengan mewah dan sangat luas. Fang terus memuji keindahan di setiap sudut Kuil Putih.

Tangannya masih menyentuh sepanjang dinding yang dicat putih.

Mereka berdua memasuki aula dan mendapati artefak yang sangat besar di dalamnya. Itu adalah benda ajaib berusia seratus tahun yang berfungsi untuk mengukur poin spiritual dan kemampuan seseorang.

"Apa yang sebenarnya akan kita lakukan, Guru?" tanya Fang yang bertanya-tanya mengapa mereka pergi berdua tanpa mengajak yang lain.

"Untuk mengukur kemampuanmu. Aku masih tidak tahu berapa banyak poin roh yang kamu miliki karena kamu selalu menolak untuk mengukur poinmu. Jadi letakkan telapak tanganmu di artefak ajaib itu," jawab Guru Guo Bai dan Fang menyimpan tangannya.

Kali ini, Fang Lin tidak bisa lagi menghindari untuk tidak mengukur poin rohnya.

Alasan mengapa Fang Lin selalu menolak untuk mengukur kemampuan spiritualnya adalah karena dia tidak ingin kecewa dengan hasilnya sendiri.

Dia tahu bahwa keterampilannya sangat terbatas, ilmu pedangnya juga sangat buruk. Karena itu, Fang tidak ingin mengecewakan dirinya sendiri. Tapi hari ini, Fang harus mengikuti apa yang diminta gurunya.

Saat tangan kecil Fang menyentuhnya, artefak itu bereaksi dan menunjukkan hasil dari kemampuan Fang dan membuat tubuh instruktur Guo Bai membeku di tempat.

_______

Identitas: Fang Lin

Poin Spiritual: 100 poin

Kemampuan: Pedang Guntur Kaisar

_______

Artefak menunjukkan hasil kemampuan Fang Lin sehingga membuat para penjaga artefak tidak percaya sekaligus terkeut bukan main.

 "Ada apa, Guru?" tanya Fang.

"M-Mustahil. Di usia yang begitu muda, dia sudah mencapai seratus poin! Bahkan keterampilannya adalah Pedang Guntur Kaisar, setara dengan Dewa Perang," pikir Guo Bai, masih melihat tulisan di benda itu.

Matanya beralih ke Fang Lin yang sekarang menatapnya.

"Sudah kubilang bahwa kamu adalah anak yang berbakat, Fang. Poin spiritual bawaanmu mencapai seratus poin, dan itu kabar baik untukmu, Fang!" Guo Bai berseru, hatinya sekarang puas dengan skor keterampilan Fang.

Namun, ini berbeda dengan Fang, yang sekarang hanya berdiri dan menegakkan tubuh. Baginya, seratus poin itu bukan apa-apa.

"Tidak ada gunanya aku memiliki seratus poin spiritual. Aku bahagia. Namun, itu tidak berguna bagiku. Tidak peduli seberapa keras aku mencoba, hasilnya masih sangat buruk, terutama keterampilan pedangku sangat tidak bisa diharapkan. Ini benar-benar bertentangan dengan semua yang tertulis di artefak itu."

Fang mengungkapkan panjang lebar semua perasaan yang selama ini ada di hatinya. Hal ini membuat kata-kata Fang sedikit mengharukan Instruktur Guo Bai, karena dia menyaksikan kerja keras Fang yang selalu berlatih tanpa henti.

"Aku tahu bagaimana perasaanmu, Fang. Tapi apa yang tertulis di benda itu, kamu tidak dapat menyangkalnya. Kamu dapat mengembangkan keterampilan dan kemampuan bawaanmu."

"Dan untuk mengatasi masalah ini adalah mencari tahu apa yang ada di dalam tubuhmu  yang membuat kamu tidak seimbang dengan kemampuan yang sebenarnya," kata istruktur menyebabkan Fang menatap gurunya dengan bingung.

"Maksudmu, guru?" tanya Fang.

“Keahlian pedangmu bukan buruk atau tidak bisa diharapakn, tetapi ada sesuatu di tubuhmu yang menghambat perkembanganmu,” jawab guru Guo Bai.

"Menghambat?"

Instruktur Guo Bai menghela napasnya pelan

"Kejadian tadi malam. Di mana kamu membunuh rubah hitam itu yang merupaka binatang roh ganas yang hanya bisa dibunuh dengan pedang. Tapi kamu membunuhnya dengan tangan kosong, bahkan kamu memukulnya secara brutal."

Intsruktur Guo Bai menjeda kalimatnya sejenak.

"Kamu kehilangan kesadaran dan bahkan matamu menjadi putih. Lensa biru matamu hilang dan itu benar-benar mengejutkanku, Fang."

Mendengar kata-kata itu membuat mata Fang melebar. Dia tidak percaya apa yang dikatakan oleh Instruktur Guo Bai.

"Tidak! Tidak mungkin!" elak Fang tak percaya.

Sekarang, Direktur Guo Bai memandang Fang Lin dengan tatapan bertanya.

"Aku pikir kamu menyembunyikan sesuatu, Fang. Katakan kepadaku semua padaku, aku adalah gurumu, Fang!" kata Guo Bai sambil berjalan ke Fang Lin.

"Apakah kamu mempelajari buku terlarang?"

Tubuh Fang Lin membeku mendengar pertanyaan itu, susah payah dia menelan salivanya. Keringat membasahi dahinya. Jantungnya berdegub dengan kencang. Dia berusaha untuk bersikap biasa saja di hadapan Instrukturnya.

"Jawab jujur, Fang. Apa kamu tahu konsekuensi yang akan kamu dapatkan saat mempelajari buku itu?!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status