Wanita Bermata Hijau

Wanita Bermata Hijau

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-17
Oleh:  Siska KurniawatiOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
6 Peringkat. 6 Ulasan-ulasan
69Bab
1.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

Jasmine O’neil, tinggal bersama keluarga kecilnya di Kota Erlangen-Jerman. Ditinggal sang ayah di usia belia, sekarang sudah berumur 16 tahun. Terikat dan terkurung dalam sebuah takdir yang kejam. Dirinya memiliki warna mata langka, warna mata hijau zamrud. Bahkan di keluarganya hanya ada dua orang yang sama. Yaitu Jasmine O'neil dan ayahnya. Sering kali matanya merasakan sensasi aneh, bisa melihat jauh seperti teleskop. Entah ini keajaiban, entah itu kutukan, entah ini dipergunakan untuk apa. Hanya seorang diri merasakan diasingkan, terkucilkan, dan kepedihan karena keanehan ini. Paling kejam lagi ibunya pun mengasingkan Jasmine. Jessica O'neil—sang Ibu menatap penuh kebencian dan muak ketika melihat Jasmine. Beruntungnya memiliki kakak, adik, dan sahabat yang sangat baik dan menyanyanginya. Pada malam hari, dia sering memimpikan hal yang menyeramkan berulang kali. Suatu malam hal itu terjadi lagi, dia dicekik dan di teror sosok misterius. "Kamu! Harus mati!" Terdengar suara berat sangat seram (Bab 1, Wanita Bermata Hijau)

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1 Teror Di Malam Hari

“Hmm!! Jangan ... jangan!” seru Jasmine, sambil memegang leher, karena seperti ada yang mencekiknya hingga Jasmine meronta-ronta kesakitan.

“Aaargk!” teriak perempuan yang panik dan ketakutan sontak terbangun. Dia menoleh ke kiri dan kanan, Jasmine melihat adiknya yang berada di kasur depan. 

”Huh! Untung aku tidak membangunkannya,” Jasmine menarik napas dalam-dalam sambil melihat muka dan sekujur tubuhnya yang bermandi keringat, melalui cermin.

Dia pergi ke kamar mandi untuk mengganti baju. Ketika melihat jam menunjukan pukul 02.00 AM dini hari, selalu tepat dia akan terbangun dan memimpikan hal sama. Kejadian tadi membuat Jasmine kehausan. Dia mengendap-endap keluar kamar untuk mengambil minuman di dapur yang berada di lantai satu.

”Sepertinya. Kak Leo sudah tidur,” gumam Jasmine sambil mengambil segelas air dan minum secara cepat.

"Kamu! Harus Mati!" Terdengar suara berat sangat seram.

Dia tersentak hampir menjatuhkan gelas yang ada di tangan. Perempuan berambut ikal panjang sepinggang itu, menoleh ke satu lorong menuju pintu halaman belakang. Tubuhnya gemetar dan menelan ludah sendiri. Lorong itu remang-remang, dari gorden yang terbuka masuk pantulan cahaya bulan. Dia perlahan maju, tangannya mencengkeram kuat ke baju. Mengintip di jendela, iris mata berwarna hijau zamrud pun mulai melihat jauh dan tajam. Dia mendekap mulut tak percaya atas penglihatannya. Ada sosok hitam besar dengan mata merah sedang mengintainya. Terdiam dalam beberapa saat, napasnya mulai tersengal-sengal serta suara jantung terdengar jelas. Sosok hitam itu mendekat. Dia jatuh terduduk, dua kakinya lemas. Banyak suara-suara seram yang semakin kencang. Dia menutup dua telinganya. Tiba-tiba ....

”Tidak. Lepaskan aku!! Lepaskan aku ...!” teriaknya dan memukul juga meronta-ronta sebisa mungkin melepaskan gengaman tangan itu.

”Hei! Jasmine ini aku! Kakakmu, Leo!” seru Leo sambil memegang muka adiknya dan mencoba menyadarkannya.

”Ka-Kak Leo benar ini, Kakak?” tanya Jasmine sambil memeluk erat Leo karena ketakutan.

”Ada apa Jasmine? Kenapa Kamu ada di sini, jam segini pula?” Leo bertanya memberikan pandangan bingung sambil membawa Jasmine ke ruang makan dan memberikannya segelas air putih.

”Entah Kak Leo, Aku juga bingung. Kenapa dengan diriku, pasti di jam segini terbangun dengan mimpi yang sama menakutkan, Kak!” lirih Jasmine menutup muka dengan kedua tangan. 

Hanya kebingungan yang selalu hadir di kehidupan Jasmine,  berujung menangis tersedu-sedu sangat teramat sakit sekilas mengingat ayahnya. Sang Ayah menjadi tumpuan selama dia menjalani takdir yang kejam ini. Sekarang, Leo menganti peran itu selalu melindungi, menyanyangi, dan mendengarkan semua kisah adiknya.

”Apa hal ini selalu terjadi? Sejak kapan kamu mulai merasakan ini?” tanya Leo dengan suara pelan, sambil memegang tangan Jasmine dengan lembut.

”Kak, maaf aku baru menceritakan hal ini. Karena bagaimana pun aku mencoba untuk melupakannya. Dan mencoba untuk tidak aku pedulikan,” tegas Jasmine sambil menghela napas dalam-dalam.

”Sudahlah, Jasmine mungkin kamu memerlukan sedikit waktu. Untuk menceritakan hal ini. Sekarang, kamu kembali tidur, karena besok masuk sekolah!" perintahnya, sembari mengelus rambut silver itu dengan lembut. Dia hanya tersenyum dan memeluk Leo. Hanya ada kata ‘terima kasih’ telah hadir dikisah kehidupannya ini.

”Iya, Kak Leo! Tapi masih takut untuk kembali tidur. Seperti ada yang menginginkanku, mengejarku, dan membunuhku,” murka Jasmine secara refleks memegang kepala dan mengacak-acak rambutnya.

”Hei ... Hei! Hentikan jangan seperti ini! Tolonglah. Ingat Ayah, kalau melihatmu dengan keadaan ini. Pasti akan merasa sedih juga,” jelas Leo memegang tangan dan merapikan rambut Jasmine.

Mengingat pesan ayahnya 'Ketika merasa terancam, gelisah,  ketakutan ingatlah Ayah selalu ada di sampingmu. Dan bawalah selalu benda ini, benda yang akan memancarkan cahaya abadi yang akan mengalahkan kegelapan.' Dengan perlahan menarik napas menguatkan dirinya untuk melawan ini semua.

”Hmm ... benar. Kata Kakak, maafkan aku mungkin masih terguncang. Kak Leo apa masih ingat dengan ceritaku. Setelah Ayah meninggal, Beliau memberikan benda seperti kalung?” tanya Jasmine dan menatap dengan serius.

”Iya, Kakak pasti mengingatnya. Sekarang cobalah, untuk tenang gunakan kalung itu agar kamu merasa nyaman. Dan secara perlahan akan tertidur,” pinta Leo meyakinkan Jasmine.

”Baik, Kak.” sahut Jasmine sambil masih memegang gelas di tangan dan secepat mungkin menghabiskannya. Leo mengantarkannya ke kamar.

”Selamat malam adikku, besok kita bicarakan semuanya, oke?” pinta Leo dan memeluknya dengan erat.

”Iya Kak Leo, selamat malam juga. Pasti akan aku ceritakan semua.” 

Jasmine menuju ke kasur yang terlihat nyaman. Terdiam sejenak mengingat benda peninggalan ayahnya. Dia mulai mencari kunci, sudah lama tidak membukanya semenjak kepergian sosok penting di keluarga. Jasmine dapat kunci itu langsung membuka laci di lemari. Dia melihat sebuah kotak penuh ukiran unik terbuat dari kayu tua. Terbukalah kotak itu, perempuan cantik itu melihat benda yang tidak asing lagi sebuah kalung indah berwarna metalik berbatu zamrud hijau yang hampir sama dengan warna kedua matanya. Dia tersenyum sambil memakai kalung, melihat jendela di depan kasur perlahan mulai menutup mata.

“Hah! Tolong, pergilah,“ batin Jasmine saat melihat sosok itu yang terus mengikutinya, tetapi mata ini sudah tidak mampu lagi menahan rasa kantuk akhirnya tertidur pulas.

Ketika pagi menjelang.

”Kak Jasmine! Bangun, Kak! Bangun, sudah pagi ayo ... ke sekolah!” seru Julie sambil mengoyang-goyangkan tubuh Jasmine yang sulit untuk bangun.

”Hmm ... iya-iya! Aku bangun ini, bangun ko!” jawab Jasmine meregangkan seluruh badan. Julie pun geram dan mendorongnya untuk ke kamar mandi, secara cepat untuk berangkat sekolah.

”Kak Jasmine, lama sekali! Aku sudah lapar, Kak!” teriak anak bungsu yang mulai merengek sambil mengetuk pintu.

”Iya, ini sudah selesai. Cerewet.” Jasmine mencubit hidungnya perlahan.

Mereka berlari menuju ruang makan, tiba-tiba Jasmine menghentikan langkah saat melihat wanita paruh baya itu menatapnya penuh amarah dan benci. Jasmine memalingkan muka sambil berjalan, melihat Leo sudah ada di ruang makan cepat-cepat duduk dan makan bersama.

”Jasmine, ini sudah jam berapa, ayo! Cepat sarapan! Julie kamu juga,” perintah Leo.

”Siap, Laksanakan! Kak Leo.” Menjawab bersamaan dan akhirnya sarapan habis juga.

Jessica, wanita yang kulitnya mulai keriput dan wajah sangat terlihat letih itu terus menggerutu. Leo hanya bisa menatap hampa, wanita yang telah melahirkan mereka sudah tak sama lagi. Semuanya berubah total. Jasmine menepuk bahu Leo. 

"Anak tak tahu diuntung! Udah diurus masih saja menyusahkan!" gertak Jessica sambil melempar kain lap ke lantai.

"Ibu, cukup! Aku cape!" teriak Jasmine hingga memukul meja makan.

"Tuh, liat kelakuannya itu Leo. Tidak pernah menghormatiku! Pernahkah dia menurut?" Lanjutnya sambil menunjuk-nunjuk ke arah Jasmine.

"Sudah, cukup! Ibu!" murka Leo yang menatap tajam wanita itu membuatnya tersentak dan membalikan badannya.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

default avatar
Aik Supmiasih
wah, keren. aku menanti jasmine pak kekuatannya. Leo dan jasmine semoga bisa menerima takdir itu.
2024-07-04 09:19:36
1
user avatar
Er_zhi.zhii
semangat thor update nya
2024-05-04 13:25:03
1
user avatar
EL Dziken
semangat Jasmine,
2024-04-28 09:45:44
1
user avatar
Siska Kurniawati
Jasmine, Leo, Julie ikatan saudara kandung yang sangat baik. Angellia dan Arthur pun sama sangat kuat.
2024-04-26 15:33:21
1
user avatar
Siska Kurniawati
wah, keren! ayo, terus dilanjut ya author. kutunggu Leo dan Jasmine.
2024-04-24 12:53:04
1
user avatar
Indra Igun
bacanya dah Dig dug
2024-04-24 10:43:37
1
69 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status