Share

Chapter 5. Alergi

Waktu telah menunjukkan pukul sebelas lewat dua puluh menit, sedangkan Linda bahkan belum bisa menyelesaikan seper enam rumah besar itu seorang diri, ia sudah merasa cukup lelah hanya merampungkan beberapa bagian di rumah tersebut dan masih banyak lagi yang belum ia bersihkan.

Linda baru saja ingin duduk karena lelah bekerja tapi seruan nelvan membuat Linda langsung terlonjak kaget.

“LINDA!”

“Iya Tuan Xander, tunggu sebentar!” Linda meletakkan kain yang pakai untuk bersih-bersih ke atas meja lalu berlari menghampiri suara yang memanggilnya berada. Setelah tiba di hadapan Nelvan, Linda mengatur nafasnya beberapa detik, “Anda membutuhkan sesuatu?” tanya nya.

“Siapkan makan siang.”perintah Nelvan.

“Anda ingin saya memasak apa hari ini?” Linda melihat Nelvan menoleh ke arahnya, “Apapun asal tidak membuatku mati kelaparan.” jawab Nelvan bernada dingin.

Linda mengangguk dengan cepat lalu kembali ke dapur menyiapkan masakan, untungnya ia telah belajar memasak dengan cukup baik sejak kedua orang tuanya meninggal, Linda belajar memasak sejak beberapa tahun lalu untuk memberi kehidupan pada Allexin agar remaja itu tidak kelaparan.

Dan sekarang untuk pertama kalinya Linda memasak untuk orang selain adiknya, Linda tidak yakin Nelvan akan menyukai masakan yang ia buat tapi tidak ada salahnya mencoba yang terbaik agar lelaki itu terkesan.

Nelvan memperhatikan Linda dari kejauhan, gadis itu sedang sibuk membuat masakan dengan mengeluarkan bahan makanan dari dalam kulkas. Linda terlihat sudah ahli dalam masalah masak memasak, terlihat dengan santainya Linda meracik bahan masakan seolah hal itu sudah pekerjaannya.

“Anda tidak ingin saya menyiapkan koki untuk makanan Anda? Bagaimana jika gadis itu membuat makanan yang tidak Anda sukai?” tanya Hans di belakang Nelvan.

Tangan Nelvan terangkat, “Tidak perlu, aku ingin melihat seberapa lama gadis itu bisa bertahan di rumah ini.” jawab Nelvan, Hans mengangguk kemudian membawa Nelvan yang duduk di kursi roda menjauh dari tempat itu hingga Linda selesai dengan acara memasak.

Tangan Linda dengan lincah menggerakkan pisau dapur untuk mencincang sayuran dan daging, semuanya harus di siapkan dengan sitimewa, Linda tidak mau kesan pertamanya kerja di rumah ini menjadi pengalaman terburuknya.

“Kamu pasti akan memuji masakanku, Allexin saja tidak pernah mengatakan jika masakan buatanku tidak enak, jadi kau pasti juga akan merasakan kelezatan dari racikan bumbu yang aku tau,” gumam linda sembari tersenyum, yakin jika Nelvan nanti akan menyukai masakan buatannya.

Cukup lama Linda membuat masakan berbagai jenis yang ia tau lalu menyiapkan di atas meja, semua masakan yang ia buat saat ini adalah makanan terbaik, entah Nelvan akan menyukainya atau tidak yang jelas Linda sudah memastikan jika makanan tersebut tidak mengecewakan.

Linda menghampiri Nelvan yang sedang duduk di dekat kolam renang, “Tuan, makan siang Anda sudah siap.” Nelvan menoleh meletakkan ipad yang ia pegang pangkuannya, “dorong kursi rodanya.” perintahnya, Linda mengangguk dan melakukan apa yang lelaki itu katakan.

Dari kejauhan Nelvan sudah merasakan aroma harum dari masakan yang di buat oleh Linda, rasa lapar di perut Nelvan rasanya ingin segera di isi oleh makan buatan gadis maid yang sedang mendorong kursi rodanya saat ini.

Linda mengambil ipad Nelvan dan menyimpannya lalu membantu Nelvan untuk duduk di salah satu kursi meja makan dengan susah payah padahal tanpa Linda tau jika sebenarnya Nelvan bisa duduk di atas kursi tanpa bantuan Linda.

Ada beberapa menu masakan di atas meja, tampilannya cukup menarik dan aromanya juga harum. Nelvan merasa sangat tertarik dengan masakan tersebut.

Linda tersenyum lalu memberikan sapu tangan di pangkuan Nelvan agar tidak mengotori pakaian Tuan muda yang ia layani ini, beberapa masakan sudah ia buat, jadi sekarang tinggal Nelvan ingin memakan yang mana lebih dulu.

“Apa kamu akan membiarkan piringku kosong?” ucap Nelvan, kening Linda mengernyit karena tidak paham, setaunya semua masakan sudah ia letakkan di depan Nelvan lalu apa lagi yang kurang?.

“Kau pikir aku bisa meraih semua masakanmu jika letaknya cukup jauh dari jangkauanku!” lanjut Nelvan.

Linda membuka bibirnya paham, ia pun menuangkan sedikit demi sedikit masakannya ke piring Nelvan, “Apa Anda ingin yang ini juga?” ucap Linda, “saya tidak tau masakan kesukaan Anda jadi saya menyiapkan ini semua.” katanya lagi.

Nelvan tidak menjawab dan ia pun mencoba masakan Linda, bohong jika Nelvan bilang masakan Linda tidak enak. Masakan gadis maid itu sangat cocok dengan lidah Nelvan, belum pernah Nelvan menemukan masakan yang sesuai dengan seleranya.

 Sedangkan orang yang memasak masakan itu pun merasa was-was dengan hasilnya, ia takut jika Nelvan tidak menyukai makanan itu dan justru malah memarahinya. Kedua mata Linda menyipit melihat sendok kedua mengarah ke dalam mulut Nelvan dengan sangat perlahan, Linda sangat beharap masakannya tidak mengecewakan.

Begitu makanan itu masuk ke mulut Nelvan lelaki itu tidak berekspresi, wajahnya sangat datar sehingga membuat Linda menyimpulkan jika Nelvan tidak menyukai masakannya. Namun, tanpa di duga Nelvan kembali menyuapkan sendok ketiga dan ke empat begitupun selanjutnya.

Sekarang Linda menghela nafas lega karena ia pikir Nelvan tidak akan suka dengan masakan yang ia buat. Tak lama Nelvan selesai dengan masakan buatan Linda, gelas air mineral di berikan oleh Linda yang di terima Nelvan sebelum meneguk isinya.

Begitu air yang di teguk Nelvan tertelan, Nelvan menjatuhkan gelas kaca tersebut ke lantai hingga hancur. Perasaan Nelvan terasa tidak nyaman, tubuhnya terasa menyiksa sampai tangan Nelvan mengepal untuk menahan rasa sakit dari reaksi tubuhnya.

“Tuan Xander, Anda kenapa?” ujar Linda panik, wajah Nelvan memerah. Urat di kening Nelvan kentara, melihat hal tersebut membuat Linda semakin panik.

Nelvan menoleh menatap Linda, “Kau!”jari Nelvan menunjuk Linda, “apa yang kamu masukkan ke makanan ini.” lanjutnya.

Demi apapun, Linda hanya memasak makanan yang terbaik sebelum menyajikan makanan tersebut. Sekarang Linda takut, wajah Nelvan jauh lebih menakutkan karena sangat merah keunguan.

“Aku bersumpah tidak menaburkan racun di atasnya.” jawab Linda, Nelvan memukulkan tangannya di atas meja lalu menekan tombol yang ada pada jam tangannya sehingga tak lama Hans datang.

“Tuan Xander.”

Linda panas dingin melihat Nelvan seperti itu, Hans mendudukkan Nelvan ke kursi roda lalu segera membawa lelaki itu ke rumah sakit, Linda tentu saja ikut karena ia takut terjadi sesuatu pada lelaki itu, terlebih Nelvan baru saja memakan masakannya.

Bagaimana jika ia di tuduh meracuni seseorang? Linda sekarang ketakutan, dia tidak bermaksud meracuni Nelvan, bahkan sebelum Linda memberikan makanan tersebut ia sudah lebih dulu mencicipinya. Jadi, jikalaupun makanan itu mengandung racun pasti dirinya yang akan mati duluan.

Nelvan di masukkan ke ruangan rumah sakit, Linda dan Hans menunggu di luar, “Tuan Xander tidak akan kenapa-napa ‘kan? Aku sungguh tidak tau dia akan seperti ini, aku bersumpah tidak menaburkan racun di makanannya,” Linda menatap Hans dengan raut wajah takut, “dia tidak akan menuntutku masuk ke penjara dengan tuduhan pembunuhan ‘kan?” Linda benar-benar ketakutan hingga membuat Hans menghela nafas rendah.

“Tuan muda alergi dengan kacang, apa masakanmu tadi di beri kacang?” tanya Hans.

Linda mengangguk, bahan masakan buatannya memang ada yang di beri dengan kacang untuk membuat kuahnya mengental, Allexin sangat menyukai masakan tersebut tapi Linda tidak akan menyangka jika makanan itu justru adalah larangan untuk Nelvan.

“Aku tidak tau,” Linda duduk dengan lemas menatap nanar lantai putih yang ia pijak.

Hans menepuk bahu Linda, “Tuan muda tidak akan mati, jadi kamu tenang saja.” katanya berusaha menenangkan. Tapi Linda yang sudah kepalang kadung merasa ketakutan tak bisa menenangkan diri.

Linda mendongak, “Bagaimana aku tidak khawatir, aku baru saja membuat seseorang seperti ini, alergi bukanlah hal yang di remehkan aku takut dia kenapa-napa di dalam.” wajah Linda terlihat pias, Hans sampai tidak tega ia seolah bisa merasakan ketakutan Linda saat ini.

“Dokter pasti akan mengobati Tuan muda, kamu bisa tenangkan dirimu.” Hans terlihat tenang, Linda sampai merasa heran dengan suara dan sikap tenang Hans, seolah hal seperti ini sudah biasa terjadi dengan Nelvan.

Helaan nafas gusar keluar dari bibir Linda hingga Dokter keluar dan Linda pun langsung berdiri, “Pasien sudah tidak apa-apa, kami sudah memberikan obat untuk mengurangi rasa sakitnya.” ucap dokter yang berhasil membuat Linda menghela nafas lega.

Pintu di buka oleh Linda, kedua mata Nelvan langsung ke arah Linda dengan tajam, Linda berjalan menunduk, “Maaf, Tuan Xander. Aku tidak berniat untuk membuat Anda seperti ini.” ucap Linda pelan.

“Apa kamu ingin aku mati di hari pertamamu kerja di rumahku? Apa kau sebenarnya adalah seorang pembunuh yang ingin menghabisiku dengan cara membuatku mati karena alergi?” umpat Nelvan kesal, bisa-bisanya ia lupa jika alergi kacang saat menyantap masakan Linda. Lebih sial lagi karena masakan Linda sangat enak, tapi karena tidak mau mengakui masakan Linda membuatnya lupa akan alergi, Nelvan pun menyalahkan Linda akan alergi yang ia punya.

“Anda tidak bilang jika Anda memiliki terhadap kacang.” jawab Linda sembari menunduk.

“Diam! Jika kau merasa bersalah atas tindakanmu kau harusnya tidak akan pernah melakukan hal ini. Kau harus membayar kompensasi atas apa yang kamu lakukan!” bentak Nelvan.

Linda mengangkat wajahnya menatap Nelvan, kompensasi? Ia bahkan baru bekerja di rumah Nelvan belum cukup satu hari dan sudah harus membayar kompensasi? Dari mana uang itu bisa ia dapatkan?.

“Tuan Xander saya benar-benar minta maaf.”

“Kamu pikir maaf mu bisa membuatku langsung sembuh!” ujar Nelvan, Linda sampai terkejut dengan suara sarkas tersebut, dirinya tau jika telah salah berbuat sesuatu. Tapi tidakkah bentakan tidak terlalu kasar? Suara Nelvan barusan seperti telah menusuk jantung Linda.

“Kalau begitu apa yang bisa saya lakukan untuk membayar kesalahan yang sudah saya buat?” tanya Linda hati-hati, berharap jika Nelvan tidak akan memberatkannya dengan jumlah kompensasi yang lelaki ini minta.

Terdengar dengusan dari Nelvan, Linda memejamkan matanya sambil menunduk, pasti Nelvan sangat marah atau mungkin ia langsung di pecat di hari pertamanya bekerja. Sungguh pengalaman kerja yang sangat tidak bagus, batin Linda.

“Gajimu akan di potong untuk biaya rumah sakit, dan setiap kesalahan yang kamu buat akan mengurangi gajimu.” Ucap Nelvan.

Linda mengernyitkan kening, dirinya bahkan belum mendapatkan bayaran yang entah berapa jumlahnya lalu sekarang sudah di potong untuk biaya rumah sakit? Lelaki ini benar-benar sangat pelit, rumahnya sebesar lapangan sepak bola tapi untuk biaya rumah sakit pun harus memotong gaji dari pelayan di rumahnya.

Tidakkah dia tau jika Linda juga sangat membutuhkan uang untuk sekolah Allexin yang akan tiba waktu untuk pembayaran semester.

“Tuan muda, sore nanti Anda sudah bisa keluar dari rumah sakit.” ucap Hans.

Nelvan duduk menatap Hans dan Linda bergantian, “Aku tidak akan berlama-lama di rumah sakit, sekarang siapkan mobil dan kita akan pulang,” katanya.

“Tapi Anda masih belum pulih.” sahut Hans.

Nelvan menatap tidak suka ke arah asisten nya itu, Hans lantas menunduk. Lebih baik apa yang Nelvan ingin segera di laksanakan atau lelaki itu akan menggila dengan suara bernada sarkasnya.

“Ada orang yang bisa melayaniku jadi untuk apa di rumah sakit lama-lama jika gadis ini harus membayar perbuatannya dengan menyediakan kebutuhanku.” Nelvan melihat ke arah Linda, gadis itu memalingkan wajah ke arah lain.

Hans menagangguk, “Akan saya siapkan segera.” pamitnya, lalu keluar dari sana meninggalkan Nelvan dan Linda di dalam.

“Saya juga akan menyusul Hans.” pamit Linda.

“Siapa yang menyuruhmu!” sahut Nelvan, langkah kaki Linda spontan langsung berhenti.

Debaran jantungnya memompa lebih cepat dari biasanya, perlahan berbalik melihat Nelvan yang masih menatapnya dengan sepasang mata elang lelaki itu.

___

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status