Home / Romansa / Pelampiasan / Chapter 5. Alergi

Share

Chapter 5. Alergi

Author: SILAN
last update Last Updated: 2021-07-05 09:53:31

Waktu telah menunjukkan pukul sebelas lewat dua puluh menit, sedangkan Linda bahkan belum bisa menyelesaikan seper enam rumah besar itu seorang diri, ia sudah merasa cukup lelah hanya merampungkan beberapa bagian di rumah tersebut dan masih banyak lagi yang belum ia bersihkan.

Linda baru saja ingin duduk karena lelah bekerja tapi seruan nelvan membuat Linda langsung terlonjak kaget.

“LINDA!”

“Iya Tuan Xander, tunggu sebentar!” Linda meletakkan kain yang pakai untuk bersih-bersih ke atas meja lalu berlari menghampiri suara yang memanggilnya berada. Setelah tiba di hadapan Nelvan, Linda mengatur nafasnya beberapa detik, “Anda membutuhkan sesuatu?” tanya nya.

“Siapkan makan siang.”perintah Nelvan.

“Anda ingin saya memasak apa hari ini?” Linda melihat Nelvan menoleh ke arahnya, “Apapun asal tidak membuatku mati kelaparan.” jawab Nelvan bernada dingin.

Linda mengangguk dengan cepat lalu kembali ke dapur menyiapkan masakan, untungnya ia telah belajar memasak dengan cukup baik sejak kedua orang tuanya meninggal, Linda belajar memasak sejak beberapa tahun lalu untuk memberi kehidupan pada Allexin agar remaja itu tidak kelaparan.

Dan sekarang untuk pertama kalinya Linda memasak untuk orang selain adiknya, Linda tidak yakin Nelvan akan menyukai masakan yang ia buat tapi tidak ada salahnya mencoba yang terbaik agar lelaki itu terkesan.

Nelvan memperhatikan Linda dari kejauhan, gadis itu sedang sibuk membuat masakan dengan mengeluarkan bahan makanan dari dalam kulkas. Linda terlihat sudah ahli dalam masalah masak memasak, terlihat dengan santainya Linda meracik bahan masakan seolah hal itu sudah pekerjaannya.

“Anda tidak ingin saya menyiapkan koki untuk makanan Anda? Bagaimana jika gadis itu membuat makanan yang tidak Anda sukai?” tanya Hans di belakang Nelvan.

Tangan Nelvan terangkat, “Tidak perlu, aku ingin melihat seberapa lama gadis itu bisa bertahan di rumah ini.” jawab Nelvan, Hans mengangguk kemudian membawa Nelvan yang duduk di kursi roda menjauh dari tempat itu hingga Linda selesai dengan acara memasak.

Tangan Linda dengan lincah menggerakkan pisau dapur untuk mencincang sayuran dan daging, semuanya harus di siapkan dengan sitimewa, Linda tidak mau kesan pertamanya kerja di rumah ini menjadi pengalaman terburuknya.

“Kamu pasti akan memuji masakanku, Allexin saja tidak pernah mengatakan jika masakan buatanku tidak enak, jadi kau pasti juga akan merasakan kelezatan dari racikan bumbu yang aku tau,” gumam linda sembari tersenyum, yakin jika Nelvan nanti akan menyukai masakan buatannya.

Cukup lama Linda membuat masakan berbagai jenis yang ia tau lalu menyiapkan di atas meja, semua masakan yang ia buat saat ini adalah makanan terbaik, entah Nelvan akan menyukainya atau tidak yang jelas Linda sudah memastikan jika makanan tersebut tidak mengecewakan.

Linda menghampiri Nelvan yang sedang duduk di dekat kolam renang, “Tuan, makan siang Anda sudah siap.” Nelvan menoleh meletakkan ipad yang ia pegang pangkuannya, “dorong kursi rodanya.” perintahnya, Linda mengangguk dan melakukan apa yang lelaki itu katakan.

Dari kejauhan Nelvan sudah merasakan aroma harum dari masakan yang di buat oleh Linda, rasa lapar di perut Nelvan rasanya ingin segera di isi oleh makan buatan gadis maid yang sedang mendorong kursi rodanya saat ini.

Linda mengambil ipad Nelvan dan menyimpannya lalu membantu Nelvan untuk duduk di salah satu kursi meja makan dengan susah payah padahal tanpa Linda tau jika sebenarnya Nelvan bisa duduk di atas kursi tanpa bantuan Linda.

Ada beberapa menu masakan di atas meja, tampilannya cukup menarik dan aromanya juga harum. Nelvan merasa sangat tertarik dengan masakan tersebut.

Linda tersenyum lalu memberikan sapu tangan di pangkuan Nelvan agar tidak mengotori pakaian Tuan muda yang ia layani ini, beberapa masakan sudah ia buat, jadi sekarang tinggal Nelvan ingin memakan yang mana lebih dulu.

“Apa kamu akan membiarkan piringku kosong?” ucap Nelvan, kening Linda mengernyit karena tidak paham, setaunya semua masakan sudah ia letakkan di depan Nelvan lalu apa lagi yang kurang?.

“Kau pikir aku bisa meraih semua masakanmu jika letaknya cukup jauh dari jangkauanku!” lanjut Nelvan.

Linda membuka bibirnya paham, ia pun menuangkan sedikit demi sedikit masakannya ke piring Nelvan, “Apa Anda ingin yang ini juga?” ucap Linda, “saya tidak tau masakan kesukaan Anda jadi saya menyiapkan ini semua.” katanya lagi.

Nelvan tidak menjawab dan ia pun mencoba masakan Linda, bohong jika Nelvan bilang masakan Linda tidak enak. Masakan gadis maid itu sangat cocok dengan lidah Nelvan, belum pernah Nelvan menemukan masakan yang sesuai dengan seleranya.

 Sedangkan orang yang memasak masakan itu pun merasa was-was dengan hasilnya, ia takut jika Nelvan tidak menyukai makanan itu dan justru malah memarahinya. Kedua mata Linda menyipit melihat sendok kedua mengarah ke dalam mulut Nelvan dengan sangat perlahan, Linda sangat beharap masakannya tidak mengecewakan.

Begitu makanan itu masuk ke mulut Nelvan lelaki itu tidak berekspresi, wajahnya sangat datar sehingga membuat Linda menyimpulkan jika Nelvan tidak menyukai masakannya. Namun, tanpa di duga Nelvan kembali menyuapkan sendok ketiga dan ke empat begitupun selanjutnya.

Sekarang Linda menghela nafas lega karena ia pikir Nelvan tidak akan suka dengan masakan yang ia buat. Tak lama Nelvan selesai dengan masakan buatan Linda, gelas air mineral di berikan oleh Linda yang di terima Nelvan sebelum meneguk isinya.

Begitu air yang di teguk Nelvan tertelan, Nelvan menjatuhkan gelas kaca tersebut ke lantai hingga hancur. Perasaan Nelvan terasa tidak nyaman, tubuhnya terasa menyiksa sampai tangan Nelvan mengepal untuk menahan rasa sakit dari reaksi tubuhnya.

“Tuan Xander, Anda kenapa?” ujar Linda panik, wajah Nelvan memerah. Urat di kening Nelvan kentara, melihat hal tersebut membuat Linda semakin panik.

Nelvan menoleh menatap Linda, “Kau!”jari Nelvan menunjuk Linda, “apa yang kamu masukkan ke makanan ini.” lanjutnya.

Demi apapun, Linda hanya memasak makanan yang terbaik sebelum menyajikan makanan tersebut. Sekarang Linda takut, wajah Nelvan jauh lebih menakutkan karena sangat merah keunguan.

“Aku bersumpah tidak menaburkan racun di atasnya.” jawab Linda, Nelvan memukulkan tangannya di atas meja lalu menekan tombol yang ada pada jam tangannya sehingga tak lama Hans datang.

“Tuan Xander.”

Linda panas dingin melihat Nelvan seperti itu, Hans mendudukkan Nelvan ke kursi roda lalu segera membawa lelaki itu ke rumah sakit, Linda tentu saja ikut karena ia takut terjadi sesuatu pada lelaki itu, terlebih Nelvan baru saja memakan masakannya.

Bagaimana jika ia di tuduh meracuni seseorang? Linda sekarang ketakutan, dia tidak bermaksud meracuni Nelvan, bahkan sebelum Linda memberikan makanan tersebut ia sudah lebih dulu mencicipinya. Jadi, jikalaupun makanan itu mengandung racun pasti dirinya yang akan mati duluan.

Nelvan di masukkan ke ruangan rumah sakit, Linda dan Hans menunggu di luar, “Tuan Xander tidak akan kenapa-napa ‘kan? Aku sungguh tidak tau dia akan seperti ini, aku bersumpah tidak menaburkan racun di makanannya,” Linda menatap Hans dengan raut wajah takut, “dia tidak akan menuntutku masuk ke penjara dengan tuduhan pembunuhan ‘kan?” Linda benar-benar ketakutan hingga membuat Hans menghela nafas rendah.

“Tuan muda alergi dengan kacang, apa masakanmu tadi di beri kacang?” tanya Hans.

Linda mengangguk, bahan masakan buatannya memang ada yang di beri dengan kacang untuk membuat kuahnya mengental, Allexin sangat menyukai masakan tersebut tapi Linda tidak akan menyangka jika makanan itu justru adalah larangan untuk Nelvan.

“Aku tidak tau,” Linda duduk dengan lemas menatap nanar lantai putih yang ia pijak.

Hans menepuk bahu Linda, “Tuan muda tidak akan mati, jadi kamu tenang saja.” katanya berusaha menenangkan. Tapi Linda yang sudah kepalang kadung merasa ketakutan tak bisa menenangkan diri.

Linda mendongak, “Bagaimana aku tidak khawatir, aku baru saja membuat seseorang seperti ini, alergi bukanlah hal yang di remehkan aku takut dia kenapa-napa di dalam.” wajah Linda terlihat pias, Hans sampai tidak tega ia seolah bisa merasakan ketakutan Linda saat ini.

“Dokter pasti akan mengobati Tuan muda, kamu bisa tenangkan dirimu.” Hans terlihat tenang, Linda sampai merasa heran dengan suara dan sikap tenang Hans, seolah hal seperti ini sudah biasa terjadi dengan Nelvan.

Helaan nafas gusar keluar dari bibir Linda hingga Dokter keluar dan Linda pun langsung berdiri, “Pasien sudah tidak apa-apa, kami sudah memberikan obat untuk mengurangi rasa sakitnya.” ucap dokter yang berhasil membuat Linda menghela nafas lega.

Pintu di buka oleh Linda, kedua mata Nelvan langsung ke arah Linda dengan tajam, Linda berjalan menunduk, “Maaf, Tuan Xander. Aku tidak berniat untuk membuat Anda seperti ini.” ucap Linda pelan.

“Apa kamu ingin aku mati di hari pertamamu kerja di rumahku? Apa kau sebenarnya adalah seorang pembunuh yang ingin menghabisiku dengan cara membuatku mati karena alergi?” umpat Nelvan kesal, bisa-bisanya ia lupa jika alergi kacang saat menyantap masakan Linda. Lebih sial lagi karena masakan Linda sangat enak, tapi karena tidak mau mengakui masakan Linda membuatnya lupa akan alergi, Nelvan pun menyalahkan Linda akan alergi yang ia punya.

“Anda tidak bilang jika Anda memiliki terhadap kacang.” jawab Linda sembari menunduk.

“Diam! Jika kau merasa bersalah atas tindakanmu kau harusnya tidak akan pernah melakukan hal ini. Kau harus membayar kompensasi atas apa yang kamu lakukan!” bentak Nelvan.

Linda mengangkat wajahnya menatap Nelvan, kompensasi? Ia bahkan baru bekerja di rumah Nelvan belum cukup satu hari dan sudah harus membayar kompensasi? Dari mana uang itu bisa ia dapatkan?.

“Tuan Xander saya benar-benar minta maaf.”

“Kamu pikir maaf mu bisa membuatku langsung sembuh!” ujar Nelvan, Linda sampai terkejut dengan suara sarkas tersebut, dirinya tau jika telah salah berbuat sesuatu. Tapi tidakkah bentakan tidak terlalu kasar? Suara Nelvan barusan seperti telah menusuk jantung Linda.

“Kalau begitu apa yang bisa saya lakukan untuk membayar kesalahan yang sudah saya buat?” tanya Linda hati-hati, berharap jika Nelvan tidak akan memberatkannya dengan jumlah kompensasi yang lelaki ini minta.

Terdengar dengusan dari Nelvan, Linda memejamkan matanya sambil menunduk, pasti Nelvan sangat marah atau mungkin ia langsung di pecat di hari pertamanya bekerja. Sungguh pengalaman kerja yang sangat tidak bagus, batin Linda.

“Gajimu akan di potong untuk biaya rumah sakit, dan setiap kesalahan yang kamu buat akan mengurangi gajimu.” Ucap Nelvan.

Linda mengernyitkan kening, dirinya bahkan belum mendapatkan bayaran yang entah berapa jumlahnya lalu sekarang sudah di potong untuk biaya rumah sakit? Lelaki ini benar-benar sangat pelit, rumahnya sebesar lapangan sepak bola tapi untuk biaya rumah sakit pun harus memotong gaji dari pelayan di rumahnya.

Tidakkah dia tau jika Linda juga sangat membutuhkan uang untuk sekolah Allexin yang akan tiba waktu untuk pembayaran semester.

“Tuan muda, sore nanti Anda sudah bisa keluar dari rumah sakit.” ucap Hans.

Nelvan duduk menatap Hans dan Linda bergantian, “Aku tidak akan berlama-lama di rumah sakit, sekarang siapkan mobil dan kita akan pulang,” katanya.

“Tapi Anda masih belum pulih.” sahut Hans.

Nelvan menatap tidak suka ke arah asisten nya itu, Hans lantas menunduk. Lebih baik apa yang Nelvan ingin segera di laksanakan atau lelaki itu akan menggila dengan suara bernada sarkasnya.

“Ada orang yang bisa melayaniku jadi untuk apa di rumah sakit lama-lama jika gadis ini harus membayar perbuatannya dengan menyediakan kebutuhanku.” Nelvan melihat ke arah Linda, gadis itu memalingkan wajah ke arah lain.

Hans menagangguk, “Akan saya siapkan segera.” pamitnya, lalu keluar dari sana meninggalkan Nelvan dan Linda di dalam.

“Saya juga akan menyusul Hans.” pamit Linda.

“Siapa yang menyuruhmu!” sahut Nelvan, langkah kaki Linda spontan langsung berhenti.

Debaran jantungnya memompa lebih cepat dari biasanya, perlahan berbalik melihat Nelvan yang masih menatapnya dengan sepasang mata elang lelaki itu.

___

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pelampiasan   Chapter 91. The ending

    Beberapa bulan kemudian. Musim telah berganti, gaun putih yang memiliki kain panjang ke belakang menarik perhatian para tamu undangan, veil di kepala Linda juga melengkapi kecantikan dan keistimewaan hari pernikahan yang akan Linda lakukan bersama Nelvan hari ini. Senyum tak pudar dari bibir Linda, satu tangan Linda memegang rangkaian bunga pernikahan dan satu tangan menggandeng tangan Allexin melewati karpet menuju sebuah altar di mana Nelvan telah berdiri di sana dengan seorang pastor. Nelvan memakai tuksedo berwarna hitam, kemeja putih dan juga dasi kupu-kupu berwarna senada dengan tuksedo, Nelvan pun terlihat tersenyum seolah tak sabar untuk segera menggapai Linda. Bagi Nelvan, saat ini Linda terlihat sangat cantik, tak ada wanita secantik Linda di matanya sekarang ini. Dengan balutan gaun pernikahan berwarna putih dan tambahan taburan berlian sungguh memperindah penampilan Linda, Nelvan sampai terharu jika yang berjalan ke arahnya saat ini adalah wanita yang sebentar lagi

  • Pelampiasan   Chapter 90. Kejutan tak terduga

    Hari sudah cukup pagi, Linda membangunkan Allexin untuk sarapan tapi remaja itu sudah tidak ada. Jika bukan musim dingin Linda tau kemana Allexin pergi, tapi sekarang ia benar-benar tidak tau kemana Allexin pergi di pagi hari begini?Ponsel Linda raih untuk menghubungi Allexin, tapi ponsel Allexin justru berbunyi di kamar yang ternyata sedang di isi daya. Linda duduk dan menunggu sampai Allexin pulang baru mereka menikmati makanan bersama.Pintu terbuka, Linda langsung berdiri mengira jika itu adalah Allexin, tapi ketika yang mucul adalah Mia, Linda langsung berlari cepat berhambur ke pelukan sahabatnya itu.“Mia! Aku sangat merindukanmu!” ujar Linda.Mia tertawa membalas pelukan Linda, “Aku juga sangat merindukanmu.” Jawab Mia.Linda tersenyum lebar, tadinya Linda pikir Mia datang sendirian tapi melihat ada sosok lain di belakang Mia membuat Linda penasaran, pasalnya orang tersebut membawa banyak barang sampai

  • Pelampiasan   Chapter 89. Kesedihan Linda

    Allexin menepuk bahu Linda berusaha untuk menenangkan, tapi bukannya berhasil membuat Linda tenang, kakaknya itu justru tambah menangis, tak peduli jika saat ini Linda terlihat sangat memalukan menangis seperti anak kecil yang ingin permen di depan adiknya.Hembusan nafas berkali-kali di hela oleh remaja itu, “Apa benturan di kepalanya sangat keras sehingga dia tidak mengenalmu?” ucap Allexin.Linda menoleh tapi kemudian menangis lagi, Allexin memijit keningnya. “Sudah jangan menangis lagi, aku tau luka di kepalanya waktu itu memang cukup parah tapi tidak menyangka sampai membuatnya tidak mengingatmu. Mungkin saja itu hanya lupa ingatan sementara, kamu tenang saja, dia pasti akan mengingatmu kembali.” Allexin mengusap lengan Linda.Perasaan Linda masih sangat sakit, ia menjaga Nelvan siang dan malam untuk memastikan lelaki itu sadar kembali, namun begitu Nelvan membuka mata dan berbicara, dia justru tidak mengenal Linda. Hal apa lagi yang

  • Pelampiasan   Chalter 88. Syok!

    Tak terasa sudah berlalu tujuh hari, dan selama itu Nelvan masih belum mau membuka matanya. Memar di tubuh Nelvan juga sudah berkurang sangat banyak, kemungkinan besar kondisi Nelvan akan segera membaik.Saat Linda membersihkan tubuh Nelvan dengan handuk basah, Allexin datang dengan senyum lebarnya.“Linda.”panggil remaja itu, Linda menoleh dan Allexin memamerkan sertifikat kemenangannya, “aku memang kejuaraan turnamen beladiri kemarin. Kau tenang saja, ini legal dan buktinya aku mendapatkan sertifikat penghargaan.” Lanjut Allxin sebelum Linda marah.“Benarkah?” Linda meletakkan handuk basah ke dalam baskomnya, sertifikat yang di pegang oleh Allexin di ambil oleh Linda, terlihat raut wajah Linda saat membaca nama Allexin tertulis sebagai pemenang di dalamnya.“Maaf, aku tidak bisa menyemangatimu saat kamu bertanding kemarin.” Ucap Linda merasa bersalah.Allexin menggeleng, “Bukan m

  • Pelampiasan   Chapter 87. Kritis

    Seorang laki-laki yang di kenal Linda sebagai sepupu Nelvan datang, kejadian kecelakaan kemarin masih membuat Nelvan belum sadarkan diri, beberapa bagian di tubuh Nelvan mulai membiru akibat luka.Bagian bahu dan kepala pun sama, melihat kondisi Nelvan yang seperti itu tentu saja membuat siapapun yang melihatnya merasa kasihan.“Bagaimana keadaannya?” tanya Julius.“Masih belum ada tanda jika Nelvan akan segera bangun.” Jawab Linda, kemudian Linda balik bertanya, “apa ibu dan ayah Nelvan sudah di beritahu mengenai hal ini?”Julius menggeleng.“Entahlah, tapi Nelvan sudah biasa seperti ini. Maksudku, jika dia sakit kedua orang tuanya memang jarang ada yang peduli.” Julius meletakkan bunga sekaligus vasnya di meja.Linda menatap Nelvan, Nelvan punya keluarga yang lengkap tapi tak satupun dari mereka datang menjenguk saat Nelvan sakit, sekalinya yang datang menjenguk dia adalah Julius.Tak be

  • Pelampiasan   Chapter 86. Bukti

    Kedua tangan Nelvan mengepal kuat seolah bisa mengancurkan apapun dari genggamannya, wajahnya terlihat jelas menahan diri agar tidak memukul siapapun yang ada di sana.Lewat kedua matanya, Nelvan melihat posisi Linda yang berada dalam posisi paling berbahaya, Nelvan merasa sangat bersalah karena dirinyalah Linda berada di posisi seperti ini.“Apa yang kalian inginkan?” ucap Nelvan dengan suara tertahan, ia tidak ingin basa-basi jika hal itu menyangkut keselamatan Linda.Gilbert mengambil dokumen yang di pegang oleh lelaki yang dari tadi ikut dengannya.“Tandatangi ini, kau akan mendapatkan wanitamu dengan selamat setelah menandatangani surat peralihan ini.”Nelvan mengambil dokumen tersebut.“Jangan coretkan tinta di atasnya!” seru Linda, Nelvan menoleh, sejujurnya Nelvan ingin berlari dan menggantikan posisi Linda, tapi ia tidak bisa langsung bertindak seperti itu.Nelvan balik menatap Gilbert

  • Pelampiasan   Chaptet 85. Dalam bahaya

    Nelvan menuju lokasi Allexin, tapi tentunya tidak untuk menjemput remaja itu melainkan berencana untuk menghadang mobil yang membawa Linda.Gerakan Nelvan ternyata tidak tepat, orang-orang suruhan Nelvan pun ikut terjun untuk mencari Linda sampai ketemu tapi sudah sekitar tiga puluh menit Nelvan mencari, ia masih juga belum mendapatkan tanda-tanda keberadaan Linda di mana.Kecemasan Nelvan tidak bisa membuat lelaki itu berpikir jernih, yang ia inginkan hanya segera bisa menemukan Linda dengan keadaan selamat.Pangilan dari Allexin kembali masuk dan Nelvan segera menerima panggilan tersebut.“Kamu menemukan Linda?” tanya Nelvan.“Belum, aku dan anak-anak lainnya juga sedang mencari Linda tapi belum ketemu.” Jawab Allexin.Nelvan mematikan ponsel dan menfokuskan diri mencari Linda, Nelvan juga menunggu salah satu dari anggotanya menelfon dengan tujuan mengatakan bahwa Linda baik-baik saja. Namun, sudah lebih dari satu j

  • Pelampiasan   Chapter 84. Pembalasan.

    Musim dingin tak terasa akan tiba, Nelvan duduk di ruang baca dengan memegang sebuah buku, tapi bukan tulisan di buku tersebut yang ia lihat melainkan sebuah foto gadis cantik yang sedang tersenyum manis.Satu hal yang di rasakan oleh Nelvan saat ini, yaitu bersalah. Bersalah karena dulu ia membiarkan Julia mengantikannya dalam kecelakaan, dan karena kecerobohan yang Nelvan lakukan akhirnya Julia telah tenang di tempat istirahat terakhir.Tak disangka, setelah bertahun-tahun lamanya ada orang yang meniru wajah Julia untuk penipu Nelvan, pantas saja sejak kejadian di rumah sakit waktu itu keberadaan Bella sangat sulit di temukan dan ternyata wanita licik itu merubah wajahnya dengan sosok wanita yang sempat Nelvan lindungi.Rasa bersalah Nelvan bukan hanya untuk Julia, tapi juga untuk Linda. Saat sibuk melamun, tiba-tiba saja Bella yang berwajah Julia datang, sejujurnya Nelvan ingin langsung melemparkan wanita itu ke penjara atau ke dasar laut jika per

  • Pelampiasan   Chapter 83. Julia ketahuan

    Wanita cantik turun dari mobil berwarna biru yang di kemudikan sendiri, wajah yang memiliki sedikit kemiripan dengan Nelvan itu pun memasuki rumah besar di depannya, pintu ruang kerja di buka tanpa perlu di ketuka lebih dulu, hal itu tentu saja membuat terkejut orang di dalamnya.“Kau harus menjelaskan mengenai kenapa ada Julia di rumahmu?” pertanyaan Vania langsung terlontar begitu saja.Nelvan melihat ke arah di mana alat yang di sembunyikan Julia ada di sana, Nelvan berdiri dari kursi lalu mengajak Vania ikut dengannya ke ruang baca, sesampainya di sana tak lupa menutup pintu dan mempersilahkan Vania duduk.“Aku tidak ingin mendangar kata yang terlalu panjang, katakan dengan singkat yang bisa dengan mudah aku mengerti.” Ujar Vania sebelum Nelvan mulai berbicara.Nelvan duduk di sofa lain di ruangan tersebut, “Apa kamu penasaran dengan siapa Julia yang ada di rumah ini?” bukan jawaban melainkan pertanyaan balik.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status