"Pagi, pengantin baru," sapa Romi yang sepagi ini sudah berada di depan pintu villa yang ditempati oleh Syahira dan Samuel.
Syahira yang baru bangun, sangat terkejut melihat kedatangan ayah mertuanya yang tiba-tiba, dan sepagi ini pria paruh baya yang masih terlihat tampan diusianya itu sudah datang ke villa. Entah untuk apa Romi datang sepagi ini."Pa ... Pak Romi?" pekik Syahira terkejut."Ayolah, Syahira. Jangan panggil 'pak'. Panggil Ayah saja. Kamu ini sekarang adalah istri dari Samuel, putra Ayah satu-satunya. Jadi, Ayah juga sudah menganggap kamu sebagai putri Ayah."Romi mengacak rambut Syahira. Pria itu memperlakukan Syahira sudah seperti anak kandungnya sendiri. Karena memang sedari Syahira kecil, Romi sudah menganggap gadis itu sebagai anaknya sendiri. Dan betapa bahagianya Romi saat ini, setelah keinginannya terwujud untuk menikahkan putranya dengan Syahira.'Ish, kenapa ayah sama anak itu tingkahnya sama saja. Sama-sama suka mengacak rambutku,' g"Ayo cepat mandinya, jangan lama-lama!" seru Romi. Kemudian ia pun kembali ke ruang tengah dan duduk si sofa semula. Sambil menunggu anak dan menantunya bersiap-siap, Romi memainkan ponselnya.Samuel segera mengetuk pintu kamar mandi yang memang hanya ada satu di dalam villa itu. Tok ...tok ... tok ..."Syahira, apa kamu bisa lebih cepat di kamar mandinya?" Samuel sedikit berteriak tepat di depan pintu kamar mandi. "I--iya, ini sebentar lagi juga udah selesai, kok," sahut Syahira dari dalam kamar mandi. Kemudian ia pun segera menyelesaikan ritual mandinya dengan tergesa-gesa. 'Huh, ga enak banget mandi aja di tungguin.' Syahira menggerutu di hatinya. Menit berikutnya, pintu kamar mandi pun terbuka, dan Samuel masih berdiri di depan pintu, membuat Syahira merasa malu, karena saat ini Syahira hanya mengenakan handuk. Tubuh polosnya kini hanya berbalut handuk. Syahira dan Samuel sama-sama mematung dan saling pandang. Samuel sampai meneguk air liurnya b
"Kalau tidak mau menikah, kamu harus mengembalikan uang mahar itu kepada Tuan Rinto!" Syahira sontak terkejut mendengar ucapan ibu tirinya itu. "Tapi, Bu … bukankah yang menghabiskan uang itu, Ibu dan Cellin? Dari mana aku mendapatkan uang sebanyak itu, Bu…?”Wanita yang selalu berdandan menor itu sontak membulatkan matanya–menatap tajam Syahira. Dia tidak suka dibantah, apalagi Syahira berani membawa nama putri kesayangannya."Berani ya, kamu protes? Uang itu sebagai balas budi kepada Ibu! Setelah kepergian ayahmu, Ibulah yang menjagamu,” bentak Rena, “sekarang, kalau kamu tidak mau menikah dengan Tuan Rinto, itu artinya kamu harus mengganti semua uang mahar yang telah dia berikan kepada Ibu!" Tak lama, Rena beranjak dari tempat duduknya–hendak berjalan menuju ke dalam kamarnya."Ibu sama saja menjualku kepada pria tua itu," lirih Syahira kemudian menahan tangis. Sayangnya, Rena dapat mendengar ucapan anak tirinya itu. Langkah kakinya urung ke kamar. Emosi seketika menguasai dirin
"Tidak penting kamu tahu siapa saya. Saya akan menyelamatkanmu dari tekanan ibu tirimu, asal kamu mau menikah dengan saya," pungkas Samuel mendadak.Lelaki bertubuh atletis itu berbicara dengan sangat lantang dan juga tegas, sehingga membuat lawan bicaranya sangat terkejut. Bukan hanya karena nada bicaranya, tetapi perkataannya yang lebih membuat Syahira terkejut setengah mati. Syahira bahkan sampai menoleh ke kanan dan ke kiri–mengira lelaki yang tidak sengaja bertabrakan dengannya tadi sedang berbicara dengan orang lain. Tidak mungkin lelaki yang sama sekali tidak ia kenali itu, tiba-tiba mengajaknya untuk menikah, kan?Namun, Syahira tidak dapat melihat orang lain, selain dirinya.Dengan polos, dia pun bertanya, "Apakah anda sedang berbicara dengan saya, Tuan?" Samuel sontak mengangkat kedua alisnya. Kemudian menghela nafasnya panjang. "Lalu, kamu pikir saya berbicara dengan orang lain?"Mata indah Syahira sontak membola. "Tapi, siapa Anda? Kenapa tiba-tiba mengajak saya menika
"Bu Luna?" pekik Syahira yang sama terkejutnya dengan perempuan yang selalu berpakaian seksi itu.Luna menatapnya tajam.Sedari tadi, Luna sedang berdiri persis di samping Samuel yang sedang fokus menatap layar laptopnya–berusaha menggoda pria itu. Kebetulan, ibu mereka adalah sahabat baik. Bahan mereka sempat dijodohkan. Sayangnya, Samuel menolak karena ia sama sekali tidak tertarik pada perempuan genit seperti Luna. Anehnya, kini kedua mata elang milik Samuel menatap lurus pada gadis yang masih berdiri di ambang pintu–bawahanya. Rasa cemburu sontak memenuhi diri Luna."Hey, sedang apa kamu disini?" hardik Luna lagi semakin kasar."Saya, saya disuruh ke kantor ini oleh ...." Mata Syahira kemudian menatap pada laki-laki tampan yang sedang duduk di kursi kebesarannya. Namun, Luna mendadak berjalan menghampiri pegawainya yang masih berdiri di ambang pintu itu. "Siapa yang nyuruh kamu datang ke kantor ini, hah?" hardik Luna lagi, “sadar tempatmu. Memang kamu punya keperluan apa di sini
Mata Syahira sontak terbuka. Namun, hatinya sedikit lega begitu mengetahui Samuel berada cukup jauh dari dirinya. "Huh ...." Syahira membuang nafasnya kasar. Dadanya terasa sangat lega. Ternyata, apa yang dipikirkannya salah. Mungkin, hanya rasa takutnya saja yang berlebihan. Berkali-kali, gadis cantik itu menghirup udara dengan rakusnya. Karena sedari tadi, ia menahan nafasnya."Hei, kamu kenapa lagi, Syahira? Apa kamu kehabisan nafas, sampai menghirup udara segitunya?" tanya Samuel yang heran melihat tingkah aneh perempuan di hadapannya. "Eh, enggak. Gak apa-apa. Maaf." Syahira menjawab dengan sedikit gugup. "Ehm!" Samuel menetralkan suaranya. "Duduklah!" titahnya kemudian. Arah matanya lalu mengarah ke kursi yang berhadapan dengan meja tempatnya ia bekerja. Kemudian, Samuel berjalan menuju kursinya dan mendudukinya. Dengan ragu, Syahira akhirnya mengikuti perintah dari Samuel.Sementara itu, kedua netra Samuel yang menatap Syahira yang berjalan sangat lambat untuk sampai d
"Simpan saja pertanyaanmu itu setelah kita menikah nanti," jawab Samuel singkat.Hal itu membuat Syahira menahan kesal. Pria itu memanfaatkan dengan baik keadaannya yang sedang sulit. "Tapi, Pak. Itu namanya Anda curang. Saya tidak mengenal Anda sama sekali. Tapi, Anda sepertinya sangat mengenal saya. Bahkan, Anda tau masa kecil saya. Gak adil itu!" protes Syahira. Samuel tampak memikirkan sesuatu. "Oh iya, kamu itu bekerja di bagian restoran, benar begitu? Dan Luna yang jadi atasanmu, iya?" Syahira nampak menghela nafasnya panjang. Gadis itu merasa kesal pada laki-laki yang ia anggap misterius itu. Jelas sekali, ia mengalihkan pembicaraan. Alih-alih memprotes lagi, kali ini Syahira menjawab dengan sopan. "Ya, saya bekerja di bawah naungan Bu Luna. Kenapa memangnya, Pak?""Saya pastikan kalau kamu bakal dipecat olehnya," jawab Samuel dengan entengnya. Seketika Syahira membulatkan matanya. "Loh, Bapak kok gitu sih ngomongnya? Bapak mau saya di pecat oleh Bu Luna?" protesnya tak te
"Kenapa terkejut? Kamu kok bodoh sekali, sih? Ibu sudah bilang kalau nanti Tuan Rinto pasti akan datang ke rumah ini untuk bertemu dengan kamu sekaligus menentukan tanggal pernikahan kalian, kan?"Ucapan Rena benar-benar membuat Syahira semakin terkejut. Memang benar, pria itu katanya akan datang ke rumah untuk melamarnya. Tapi, Syahira pikir jika pria tua itu tidak akan datang secepat ini. "Iya, Bu. Tapi aku pikir pria itu tidak akan datang secepat ini. Kenapa Ibu tidak kasih tau aku dulu kalau dia datang hari ini?" ucap Syahira berusaha membela diri. Gadis itu benar-benar bingung, bagaimana caranya untuk menolak lamaran ini? Jika Syahira menolak, maka ia harus mengembalikan uang mahar yang jumlahnya tidak sedikit. Dari mana ia akan mendapatkan uang sebanyak itu? "Halah! Ibu, kan, sudah pernah bilang sama kamu,” sinis Rena, “udah! Jangan kebanyakan protes! Cepat masuk. Kasihan Tuan Rinto dari tadi menunggu!"Kedua matanya melotot pada Syahira. "Tapi, aku gak–""Syahira, kebany
Lima belas menit berlalu, namun Syahira belum juga keluar dari kamarnya. Sehingga membuat Rena gelisah. Ia takut Tuan Rinto akan kesal karena sedari tadi terus saja dibuat menunggu oleh anak tirinya sehingga akan membuatnya membatalkan pernikahan ini. "Bu Rena! Mana Syahira? Sudah lama saya menunggu. Kenapa gadis itu tak juga keluar dari kamarnya? Anda tau, saya ini paling tidak suka untuk menunggu. Waktu saya sangat berharga. Saya sampai harus membatalkan semua janji saya dengan beberapa klien hanya demi bisa meluangkan waktu untuk Syahira. Sedari tadi saya datang, saya sudah dibuat terus menunggu oleh putrimu itu." Benar saja, apa yang baru saja di khawatirkan oleh Rena terjadi juga. Tuan Rinto mulai kesal karena sedari tadi terus saja dibuat menunggu oleh Syahira. "I--iya, Tuan. Sebentar, biar saya panggilkan dulu Syahira." Rena bergegas berjalan menuju kamar Syahira untuk memanggilnya. 'Anak ini benar-benar selalu membuat masalah. Awas saja kalau sampai Tuan Rinto membatal