Share

Bab 393

Author: Emilia Sebastian
Di pagi-pagi buta sebelum Kahar dan Ranjana bangun, Damar sudah menyeret mereka turun dari tempat tidur.

“Ada apa, Ayah?”

“Hk! Dingin sekali! Ayah, kamu biarkan dulu aku pakai bajuku!”

“Pakai baju? Mau pakai baju apa lagi kamu? Kalian sudah permalukan seluruh Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan!”

Damar mendorong Kahar dan Ranjana keluar. Ketika tiba di depan gerbang kediaman, mereka terlebih dahulu melihat Abista yang berdiri di depan pintu.

“Kak, kenapa kamu juga ada di sini? Apa sebenarnya yang sudah terjadi?” tanya Kahar yang masih tidak tahu apa yang terjadi.

Abista melirik Kahar dan Ranjana, lalu berkata dengan acuh tak acuh, “Sebaiknya kalian keluar sendiri dan melihatnya.”

Ketika Abista berbicara, Kahar dan Ranjana samar-samar mencium semacam aroma busuk.

“Aroma apa ini?”

Kahar berjalan keluar sambil menutupi hidungnya. Begitu mendongak, matanya langsung membelalak dan dipenuhi dengan amarah.

“Ini ulah siapa! Siapa yang sudah bosan hidup hingga berani menyiram kediaman kita deng
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 621

    Baru saja Ayu selesai berbicara, Kama tiba-tiba menerjang ke hadapannya."Plak!"Sebuah tamparan yang kuat langsung mendarat di wajah Ayu. Ayu pun merasa pusing dan tatapannya menjadi berkunang-kunang. Seluruh tubuhnya langsung terhuyung dan menghantam pintu dengan suara gedebuk. Dia tidak dapat bereaksi untuk waktu yang lama."Aah! Nona Ayu!""Tuan Kama, berhenti!""Cepat hentikan Tuan Kama!"Para pelayan di area tempat tinggal Ayu sontak ketakutan setelah menyaksikan kejadian ini. Melihat Kama tidak berniat untuk berhenti setelah menampar Ayu, malah mengangkat tangan untuk memukulnya lagi, wajah para pelayan memucat dan mereka bergegas menghentikannya.Ada orang yang menyeret Kama, ada juga yang menahan Kama. Pokoknya, mereka berusaha sekuat tenaga untuk menghentikannya. Jika Ayu benar-benar dipukuli oleh Kama, takutnya riwayat semua pelayan di sini akan tamat. Jadi, meskipun sangat takut pada Kama yang murka, mereka tetap bergegas maju untuk menghentikannya. Kama diseret 3 meter ja

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 620

    "Dasar pengemis bau! Beraninya kamu datang ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan untuk buat onar! Cepat pergi!""Kamu yang pergi!" Kama menarik penjaga pintu dan berseru, "Buka matamu lebar-lebar dan lihat siapa aku!"Setelah mendekat, mata penjaga pintu akhirnya berfungsi dengan baik. Dia membelalak dan berujar, "Tuan Kama? Kamu itu Tuan Kama?""Kalau sudah mengenaliku, cepat buka pintunya!"Penjaga pintu itu hampir langsung membukakan pintu, tetapi tiba-tiba teringat sesuatu dan berhenti."Umm ... Tuan Kama, bukannya aku nggak mau bukakan pintu untukmu, tapi Adipati Damar sudah bilang kamu itu bukan lagi anggota keluarga ini. Jadi, kamu nggak boleh keluar masuk kediaman ini sesuka hati.""Oke." Setelah mendengar ucapan penjaga pintu, di luar dugaan, Kama malah tersenyum dan mengangguk, seolah-olah akan menurutinya.Namun, pada detik berikutnya, sebelum penjaga pintu sempat bereaksi, Kama tiba-tiba mengangkat kakinya dan menendang gerbang Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan hingga te

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 619 

    "Yang benar saja? Kak Kama, gimana aku bisa suruh Ayu kembali? Aku sudah bilang, Ayu lagi terluka dan harus pulihkan diri di rumah. Dia nggak bisa datang kemari." Kahar merasa Kama bertindak makin tidak masuk akal. "Kalau kamu mau uang, aku akan memberimu uang. Meski aku nggak bisa memberikannya sekarang, aku pasti bisa kembali ke rumah kelak. Kamu mau berapa? Hmm? Lima ratus tael? Atau seribu tael? Aku akan menggandakannya untukmu. Sekarang, kamu sudah puas, 'kan?""Minggir!" Kama memelototinya dengan tajam. "Sudah kubilang, aku nggak mau uangmu, aku mau uangku! Koin tembaga yang kusimpan itu milikku! Nggak ada yang boleh menyentuhnya!" "Jadi, apa gunanya kamu bersikeras minta koin tembagamu yang cuma sedikit itu? Bukankah perak dan uang kertas lebih bagus?" tanya Kahar dengan tidak mengerti."Karena itu uang yang kuhasilkan dengan kerja kerasku sendiri!"Kama berdiri di tempat sambil mengepalkan tangannya. "Aku menghasilkannya untuk Syakia. Setiap sen uang itu hasil jerih payahku.

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 618

    Ketika Kahar kembali ke Gunung Selatan, itu sudah larut malam. Namun, dia tidak menyangka bahwa cahaya di rumah gubuk Kama masih menyala. Dia membuka pintu dan melihat Kama sedang duduk di samping tempat tidur. Sementara itu, makanan yang sudah dingin masih tersedia di atas meja."Kak Kama, kenapa kamu belum tidur? Kamu lagi tunggu aku dan Ayu pulang?" tanya Kahar dengan heran. Dia berjalan ke meja dan memandangi makanan yang agak hambar itu.Kama sepertinya sedang memeluk sesuatu. Setelah mendengar suara Kahar kembali, dia menoleh ke arah belakang Kahar dengan kaku, lalu menatap pintu."Mana Ayu? Dia pergi ke mana?"Suara Kama terdengar agak serak, seperti sedang berusaha keras menahan sesuatu.Kahar tidak menyadari ada yang aneh. Dia pun mengambil sumpit dan mencicipi dua suap makanan, tetapi langsung mengerutkan kening dan melempar kembali sumpitnya ke meja."Makanan ini terlalu sederhana, rasanya juga nggak enak. Kak Kama, memangnya kamu nggak bisa masak sesuatu yang enak? Cuma sep

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 617

    "Jadi, kamu sama sekali nggak perlu khawatir. Waktu nggak ada apa-apa, dia akan sembunyi. Kamu cuma perlu anggap nggak ada apa pun di tubuhmu.""Oke, aku mengerti!"Syakia sudah melengkapi Cempaka dari luar dan dalam. Namun, dia masih agak khawatir. Jadi, sebelum Cempaka tidur, dia menuangkan secangkir air spiritual untuknya."Ini sejenis obat yang khusus kusiapkan untuk memulihkan tubuh. Karena bahan obatnya sangat langka dan jumlahnya nggak banyak, kamu harus menghabiskannya.""Obat?" Cempaka mengambil cangkir itu dan melihat air jernih di dalamnya. Dia bertanya dengan agak bingung, "Kamu yakin ini bukan sekadar air, tapi obat?""Tentu saja, cepat minum. Habis minum, kamu tidur saja. Kamu akan rasakan manfaatnya waktu kamu bangun besok pagi."Setelah mendengar apa yang dikatakan Syakia, Cempaka pun meneguk beberapa teguk air spiritual. "Hmm ... rasanya lumayan menyegarkan."Setelah menghabiskannya, Cempaka merasa itu benar-benar bukan air biasa. Sebab, tubuhnya langsung terasa segar

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 616

    "Apa?"Secepat itu? Syakia pun terkejut.Cempaka mengangkat bahunya. "Ibu Suri merasa sudah hampir waktunya.""Gimana denganmu?" tanya Syakia sambil menatap Cempaka dengan cemas.Cempaka tersenyum acuh tak acuh dan menjawab, "Aku bisa melakukannya kapan saja."Lagi pula, dia sudah melakukan persiapan mental. Hanya saja, semuanya berlangsung sedikit lebih awal dari yang diperkirakan.Syakia menatap Cempaka yang berpura-pura santai dan tidak berbicara untuk waktu yang lama. Setelah beberapa saat, dia baru berujar dengan pelan, "Jadi, para pembunuh itu tahu berita tentang kamu yang akan diangkat jadi permaisuri, makanya mereka mau membunuhmu duluan?"Hanya Tuhan yang tahu berapa banyak orang di istana yang terus mengawasi siapa yang akan diangkat sebagai permaisuri sejak sang Kaisar Muda naik takhta.Sebelumnya, ada Janda Permaisuri yang menunda masalah ini dengan alasan Kaisar masih muda. Namun, sekarang Kaisar sudah dewasa dan masalah pemilihan permaisuri tidak bisa ditunda lagi.Hanya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status