LOGIN"Ratu, bukankah Anda yang memerintahkan saya untuk datang tanpa busana zirah malam ini? Kenapa sekarang Anda malah gemetar saat tangan saya menyentuh leher Anda?" Lia, gadis malang yang mati setelah dipermalukan karena cintanya, terbangun di tubuh Arischa. Ratu tiran yang dibenci sekaligus diinginkan semua pria. Kini, dia dikelilingi 10 selir tampan yang masing-masing menyimpan niat tersembunyi. Ada yang ingin membunuhnya, ada yang ingin takhtanya, dan ada yang hanya ingin... tubuhnya. Dulu dia diinjak-injak, sekarang dia yang memegang kendali. Namun, saat sepuluh pria luar biasa ini mulai berebut perhatiannya di atas ranjang, mampukah Lia menjaga hatinya agar tidak jatuh lagi? "Satu malam untuk satu pria? Tidak. Malam ini, aku ingin kalian semua berlutut di hadapanku."
View MoreSuara terompet perang di luar sana terdengar bagaikan musik latar yang mengerikan, kontras dengan hawa panas yang membakar di dalam kamar Ratu. Ribuan prajurit pemberontak mungkin sedang mendobrak gerbang istana, namun di dalam ruangan ini, hanya ada satu perang yang paling nyata: perang memperebutkan kendali atas tubuh dan hati Arischa.Kael masih mencengkeram tangan Lia, menekannya ke atas tonjolan keras di balik celananya yang menandakan betapa liarnya gairah pria itu. Sementara di belakang Lia, Ren tidak membiarkan satu inci pun kulit punggung Lia luput dari sentuhan bibir dan jemarinya yang terampil."Pilih, Ratu," Kael mengulangi dengan suara yang lebih serak, hampir seperti geraman. "Berikan perintahmu sekarang. Jika kau ingin kami bertempur, kami akan menjadi perisaimu. Tapi sebagai imbalannya... setelah fajar tiba, kau hanya boleh menjadi milik kami. Hanya kami berdua."Lia menarik napas panjang, kepalanya mendongak saat Ren memberikan ciuman basah di perpotongan lehernya. Ot
Pintu kamar yang hancur berkeping-keping meninggalkan debu yang menari-nari di bawah sinar bulan. Tiga pria baru merangsek masuk, senjata mereka masih berlumuran darah pengawal pintu. Di depan mereka berdiri Hanz, pria bertubuh raksasa dengan kapak besar di pundaknya; Julian, si cendekiawan berwajah dingin dengan belati tipis; dan Ren, si pria playboy yang bajunya terbuka separuh, menatap Lia dengan lapar.Lia berdiri di tengah ranjang, napasnya memburu. Jubah tidurnya yang robek di bagian bahu memperlihatkan kulit porselennya yang kini berkeringat. Di tangan kanannya, belati pemberian Xavier tergenggam erat."Wah, wah... Jenderal Kael sudah mencuri start rupanya," Ren berucap dengan nada malas yang dibuat-buat, namun matanya yang gelap menatap bekas merah di leher Lia hasil ciuman Kael tadi. "Padahal aku sudah menyiapkan tarian khusus untukmu malam ini, Ratu.""Diam kau, Ren!" bentak Hanz. Suaranya yang berat menggetarkan ruangan. Dia menatap Lia dengan kebencian mendalam. "Malam ini
Dinginnya mata pisau yang menempel di urat nadinya membuat adrenalin Lia berpacu kencang. Dia bisa merasakan detak jantungnya sendiri yang bertalu di lehernya, tepat di ujung logam tajam milik Kael. Satu gerakan kecil, satu tarikan napas yang terlalu dalam, dan nyawanya akan melayang untuk kedua kalinya.Namun, Lia tidak berteriak. Dia tidak menangis seperti Arischa yang asli jika sedang terpojok.Lia justru menatap lurus ke dalam mata biru Kael yang berkilat emosi. Dia melihat kemarahan, luka, tapi juga... gairah yang berusaha ditekan habis-habisan oleh pria itu."Apa yang kau tunggu, Jenderal?" bisik Lia. Suaranya tidak bergetar. "Tanganmu gemetar. Apakah membunuh seorang wanita di atas ranjang lebih sulit daripada membantai ribuan prajurit di medan perang?"Kael menggeram. Rahangnya mengeras hingga urat-urat di lehernya menonjol. "Kau tidak tahu seberapa besar aku ingin melihat darahmu mengalir di lantai ini, Arischa. Kau menghancurkan negaraku. Kau menjadikan aku seorang Panglima
Sinar matahari pagi menerobos masuk melalui celah gorden sutra emas, menyilaukan mata Lia yang masih terpejam. Dia menggeliat, merasakan keempukan kasur yang luar biasa, namun seketika dia tersentak. Ingatan tentang kecelakaan tragis, transmigrasi, dan sosok Rian yang berlutut di kakinya semalam menghantam kepalanya."Ratu, apakah Anda sudah bangun?" suara lembut terdengar dari balik pintu.Belum sempat Lia menjawab, sekelompok pelayan wanita masuk dengan kepala tertunduk. Mereka bergerak secepat kilat namun tanpa suara, menyiapkan bak mandi besar yang diisi air hangat bertabur kelopak mawar dan minyak esensial yang harumnya memabukkan.Lia membiarkan mereka menanggalkan gaun tidur tipisnya. Saat dia berdiri polos di depan cermin besar, dia kembali terpaku. Tubuh Arischa benar-benar karya seni. Kulitnya tidak hanya putih, tapi bercahaya seolah memancarkan daya tarik magnetis. Lekuk pinggangnya begitu ramping, kontras dengan pinggul yang berisi. Di punggung bawahnya, terdapat tato keci






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.