Share

Bab 469

Author: Emilia Sebastian
Ekspresi Syakia yang duduk di dalam kereta kuda sudah sangat suram. Sementara itu, Eira yang duduk di luar juga tidak tahan lagi. Apa daya, kereta kuda dan kuda dilarang melaju dengan kencang dalam ibu kota. Jadi, mereka tidak dapat melepaskan diri dari pengejaran Panji.

Syakia dan Eira bukan hanya tidak dapat melepaskan diri dari pengejaran Panji. Ketika sudah hampir keluar dari ibu kota, Panji juga menunggangi kudanya untuk menyalip mereka dan mengadang di depan kereta kuda untuk memaksa mereka berhenti.

“Berhenti!”

Kereta kuda pun berhenti dengan mendadak. Syakia yang duduk di dalam nyaris membentur sisi dinding kereta kuda.

“Putri Suci, orang itu mengadang di depan kita. Gimana ini?” tanya Eira sambil menoleh ke arah Syakia.

Syakia bangkit dan keluar dari kereta kuda dengan tampang suram. Berhubung Panji bersikeras ingin berbicara dengannya, dia akan berbicara sampai tuntas dengan Panji hari ini.

Melihat Syakia yang turun dari kereta kuda, mata Panji langsung berbinar. Dia juga tur
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 595 

    Kama dan Kahar bahkan tidak peduli pada kekuatan yang mereka kerahkan. Hanya dalam sekejap, wajah keduanya sudah babak belur dan berlumuran darah. Ayu yang mengikuti mereka keluar tidak menyangka mereka akan mulai berkelahi secepat ini. Dia bahkan belum menggunakan caranya sendiri. Jelas-jelas, perkelahian ini akan menjadi kesempatan yang baik baginya. Akan tetapi, Ayu tidak bisa merasa senang. Keduanya menjadi seperti ini bukan di bawah kendalinya. Jadi, kenapa dia harus senang? Satu per satu orang sepertinya mulai terlepas dari kendalinya. Perasaan kehilangan kendali ini membuat Ayu merasa sangat tidak senang.Melihat kedua orang itu bertarung dengan sengit, Ayu tidak mengatakan apa-apa, hanya menatap mereka. Setelah berkelahi cukup lama, kedua orang itu akhirnya terlihat lelah dan gerakan mereka melambat. Ayu mengamati situasi keduanya secara terpisah. Berhubung keterampilan bela diri Kahar tidak sebaik Kama, jika benar-benar ada pemenang, pemenangnya tidak diragukan lagi adalah

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 594

    Kahar hampir histeris saat bertanya pada Kama.Satu lagi. Dari Cempaka sampai Kama, dari tunangannya sampai saudaranya sendiri. Kenapa mereka semua memperlakukannya seperti ini?"Katakan, kenapa!"Kemarahan di mata Kahar dibalut dengan emosi yang tidak dapat dijelaskan, seolah-olah dia telah dikhianati. Satu per satu, mereka meninggalkannya dan menyerah padanya di saat-saat seperti ini. Mereka semua juga mau memutuskan hubungan dengannya. Apa dia telah melakukan kesalahan? Namun, apa salahnya?Kahar hanya memilih Ayu yang pernah menyelamatkan nyawanya di antara Syakia dan Ayu. Itukah sebabnya dia salah?Kahar menginginkan jawaban. Sayangnya, Kama tidak ingin lagi memberikan jawaban itu kepadanya sekarang."Kita nggak bisa komunikasi.""Heh? Nggak bisa komunikasi? Kamu sendiri yang nggak mau mengatakannya, 'kan? Dulu, nggak ada yang nggak kamu bicarakan denganku. Sekarang, kamu bilang nggak bisa komunikasi denganku? Apa yang nggak bisa dikomunikasikan di antara kita?"Kahar merasa tidak

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 593

    Kama menunduk dan menatap Ayu yang sudah sedikit marah. Pada akhirnya, dia mengucapkan sesuatu seperti kutukan dengan nada yang sangat mengejek, "Kamu akan berakhir tanpa apa-apa.""Diam!"Ayu tidak tahan lagi. Dia mengira saat Kama kembali, dia seharusnya bisa mengendalikan Kama dengan menggunakan luka kakinya. Namun, dia tidak menyangka bahwa Kama akan menjadi orang yang sepenuhnya berbeda setelah kembali dan menolaknya tanpa ampun.Setiap kalimat Kama membongkar rahasianya, dan setiap kata itu penuh ejekan terhadapnya. Sampai akhirnya, Kama juga berani mengatakan bahwa dia adalah orang yang paling menyedihkan? Apa darinya yang menyedihkan? Dia jelas-jelas tidak menyedihkan saat ini!Ayu sudah berhasil mengusir Syakia. Sekarang, dia barulah orang yang paling disayangi di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan. Dibandingkan dengan Syakia yang menjadi biksuni, dia jelas-jelas memiliki kehidupan yang terbaik. Jadi, bagaimana mungkin dia menyedihkan?Ayu tiba-tiba berdiri dari tempat tidur,

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 592

    Malam itu, Kama duduk di luar gerbang Kuil Bulani hingga subuh. Ketika bel pagi berbunyi dan suara pelafalan sutra samar-samar terdengar, Kama perlahan-lahan berdiri. Setelah melirik pintu Kuil Bulani yang tertutup, dia baru menyeret tubuhnya yang kaku dan dingin berjalan menuruni gunung selangkah demi selangkah.Ketika kembali ke rumah gubuk, fajar baru mulai menyingsing. Namun, Kama melihat seberkas cahaya lilin dari rumah gubuknya dari kejauhan. Dia pun agak mengernyit.Hari sudah hampir terang, memangnya Kahar dan yang lainnya belum beristirahat? Kama yang merasa ada yang tidak beres mempercepat langkahnya dan segera tiba di luar rumahnya. Dia mengangkat tangannya dan mengetuk pintu. "Kahar, buka pintunya.""Iya!"Kahar keluar dengan cepat. Dia berlari beberapa langkah dan membukakan pintu untuk Kama. Kama melirik ke dalam dan melihat Ayu duduk di samping tempat tidurnya. Dia sedang mengusap pergelangan kakinya dengan hati-hati."Kenapa kalian belum tidur? Bukannya aku sudah suruh

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 591

    "Ayo jalan. Bukannya kamu bilang mau lihat bintang? Di mana kita bisa lihat bintang? Kak Kama nggak tahu jalan.""Aku tahu, aku tahu! Aku akan tunjukkan jalannya ke Kak Kama!"Saat mendengar mereka akan pergi melihat bintang, Syakia langsung gembira."Baiklah. Kalau begitu, kamu tunjukkan jalannya. Kakak akan menggendongmu.""Tapi aku berat sekali. Kak Kama bisa capek kalau menggendongku.""Siapa bilang kamu berat?""Kata Kak Kahar.""Dia lemah sekali, bahkan lebih parah dari Ranjana. Jangan pedulikan dia. Dengarkan ucapan Kakak, Syakia nggak berat. Meski kamu sudah besar, Kak Kama juga masih bisa menggendongmu!""Kak Kama baik sekali!""Kalau begitu, siapa yang paling baik? Coba jawab, Kak Abista atau Kak Kama yang paling baik?""Hmm .... Kalian berdua sama baiknya!""Cih, jelas-jelas aku paling baik!""Hehe ...."Hari itu, kakak beradik itu pergi ke pinggiran kota dan memandangi bintang sepanjang malam. Ketika kembali, mereka pasti akan dimarahi. Namun, ketika melihat benjolan di kep

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 590

    "Kak Kama, Kak Kama! Ayah bilang, malam ini akan ada banyak bintang. Ayo kita keluar dan lihat bintang bersama!"Saat itu, Kama yang berusia 10 tahun dihukum ayahnya untuk berlutut di kamar karena memukul anak-anak lain di sekolah. Sementara itu, Syakia yang saat itu baru berusia 6 tahun berlari masuk dan langsung menyaksikan hal ini."Kak Kama, kamu kenapa? Kenapa berlutut di lantai? Kak Kama, cepat bangun! Lantainya dingin. Kata kepala pelayan, kamu bisa sakit kalau berlutut kelamaan."Syakia kecil berlari ke sisi Kak Kama, lalu memeluk lengannya, dan berusaha menariknya untuk berdiri."Jangan ganggu aku, aku mau berlutut di sini!"Kama tidak peduli meski ayahnya menghukumnya. Intinya, dia pasti akan pergi menghajar kedua bajingan bermulut buruk itu setelah hukuman ini! Berani-beraninya mereka memanggilnya anak yatim! Dia pasti akan menghancurkan mulut mereka!Kama yang berusia 10 tahun tidak terima dihukum ayahnya. Dia merasa kesal dan mengangkat tangannya untuk mendorong Syakia men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status